Mohon tunggu...
Mbah Lapendos
Mbah Lapendos Mohon Tunggu... -

Sang Perindu-Mu

Selanjutnya

Tutup

Cerpen

Belah Duren

24 Juni 2012   06:16 Diperbarui: 25 Juni 2015   03:36 239
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Pendidikan. Sumber ilustrasi: PEXELS/McElspeth

Malam minggu ini, saya; si Mbah Lapendos mendapatkan giliran jaga malam/alias ngeronda bersama 6 orang tua lain yang sudah mau mati seperti Mbah Sukiran, Mbah Sumiran, Mbah Sumingan, Mbah Sutiran, Mbah Poniran, dan khususnya Mbah Ponijan. Pagi tadi kami semua sepakat untuk menikmati buah durian yang saya beli. Kami juga sepakat bahwa dalam setiap jaga malam kami melakukan diskusi sampai menjelang shubuh. Namun untuk malam minggu ini kami mengambil tema diskusi dengan tema “BELAH DUREN”.

Sebagaimana biasa kami awali dengan menyampaikan statemen masing-2 kami dua, dan biasanya yang lain akan diam dan mengikuti pembicaraan kami. Inilah kata mbah Ponijan:

Duren itu Perempuan yang shalehah. Dia enak dinikmati karena isinya bukan kulitnya. Kulitnya tajam bagi pria yang kasaruntuk membukanya. Sebab dia bisa melukai tangan, begitu juga perempuan. Sekilas bagi yg belm pernah makan duren, maka buahnya itu jelas tak menarik. Tidak semenarik anggur yang dapat langsung dimakan bahkan oleh anak kecil sekalipun. Durian itu buah yang paling kokoh, sebab dia jatuh dari pohon yang tinggi sekalipun tapi tidak rusak. Perempuan shalehah juga gitu, dia sanggup untuk menderita tanpa harus merusak isi iman di dalam hatinya.

Untuk membukanya perlu kesabaran dan kerja keras. Sebab isinya sangatlah berharga. Trik membukanya juga harus melalui celah garis antar kulitnya dengan pisau yang tajam. Celah itu adalah agama. Pisau itu adalah pernikahan. Saat celah kulit sudah terbuka, isinya tetap belum bisa dinikmati sebab dibutuhkan tenaga yang tidak perlu terlalu kuat namun tidak bisa juga terlalu lemah.

Mengapa begitu? Sebab perempuan adalah tulang rusuk yang bengkok pada hakikatnya. Jadi untuk meluruskannya perlu ketegasan dan juga kelembutan. Jangan terlalu keras sebab dia akan rusak dan berserakan isinya dan jangan juga terlalu lemah sebab dia akan angkuh pada akhirnya.

Saat menikmati isinya, biji tetap tidak bisa dimakan. Sebab biji itu akan menjadi pohon durian lainnya jika ditanam dan dirawat dengan baik. Dari perempuanlah akan lahir pohon-pohon penegak Islam jika dirawat dan ditanam dengan baik.

Makan durian juga jangan terlalu banyak, walau diperbolehkan. Sebab darah tinggi kita bisa kumat. Maka itu, memiliki perempuan juga jangan banyak-banyak sebab nantinya darah tinggi kita juga bakal kumat, lha wong makan satu aja kadang kala darah tingginya kumat, konon lagi makan sampai empat buah sekaligus. Kesimpulan saya, durian itu adalah perempuan yang shalehah… heheheh… Sekarang giliran kamu Pendos.”

Saya terdiam… dari tadi pagipun saya sudah bingung mau buat statement apa tentang durian. Kata-kata Mbah Ponijan benar sih… tapi saya mau balas apa statementnya.

Kemudian saya teringat sesuatu, “ini dia” pikirku…

“Baiklah para mbah-mbah yang sudah bau tanah yang saya hormati, banyak cara untuk menikmati hidup. Banyak cara untuk menikmati duren. Sebab duren juga kenikmatan dan kebahagiaan hidup bagi kita yang doyan. Saya tidak bisa membuat pernyataan ini. Saya hanya mau bernyanyi. Sebelum kita membuka durian ini, maka saya akan putar musik karaoke sebuah lagu, saya berharap mari kita berjoget bersama agar malam minggu ini menjadi malam yang ceria bagi kita.”

Kemudian, saya memutar musik menggunakanWinamp di laptop saya. Begitu musik mengalun saya berteriak mesra pada mereka:

“Mari mbah…. Digoyaanggggg terusss mbah… sampe pagiii….. Tariiiikkkk mbahhhh…..”

Terus saya bernyanyi dan para Mbah-mbah gendheng itu juga mulai bergoyang dangdut ala tahun 70-an:

*)

Makan duren dimalam hari…
Paling enak dengan para Mbah …
Dibelah Mbah dibelah…
Enak Mbah silahkan di belah..

*)
Pelan-pelan dibelah
Enak Mbah silahkan dibelah..

Semua orang pasti suka belah duren
Apalagi malam minggu
Sampai pagi pun yo wis ben Mbah..

Kalo Mbah suka tinggal belah saja
Kalo Mbah mau tinggal bilang saja..

“Digoyaanggggg terusss mbah… sampe pagiii….. Tariiiikkkk mbahhhh…..”

Setelahselesai, kemudian saya bertanya pada Mbah-mbah yang lain: “Lebih bagus mana statement pembuka antara saya Mbah Lapendos dengan Mbah Ponijan????”

Coba tebak… kira-kira siapa yang menang! Mbah Lapendos kah? Atau Mbah Ponijan?

WKWKWKWKWKWKKW

(SALAH SATU SENI MENIKMATI HIDUP ADALAH MENGAMBIL HIKMAH DARI CANDA)

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun