Mohon tunggu...
WAHYU AW
WAHYU AW Mohon Tunggu... Sales - KARYAWAN SWASTA

TRAVELING DAN MENULIS

Selanjutnya

Tutup

Cerpen

Jogja, Antara Aku, Kamu, dan Cinta (Salam Kenal Jogja)

31 Mei 2024   11:45 Diperbarui: 31 Mei 2024   11:53 461
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Cuaca cerah, deru mesin di sini tidaklah terlalu bising bahkan cenderung sunyi. Aku duduk di ruang tunggu terminal. Menarik, antara ruang tunggu dan terminal pemberangkatan terpisah. Seperti bandara desainnya, aku di atas, sedangkan bus di bawah. Aku bisa melihat datang dan pergi berganti bus menuju ke tempat tujuan. Istimewa.

"Jogja adalah saksi, bahwa aku masih berjuang hingga kini demi mengisi ruang rindu!"

Pikiranku menerawang. Pandanganku tertuju pada tas punggungku. Tanganku berusaha merengkuh isi dalam tasku "Buku". Pakdhe pesan padaku "Buku ini adalah pilihan seorang laki-laki kecil, memilih umur pendek demi kejayaan Cinta!".

Buku tentang cita-cita dan semangat hidup. Tidak punya tujuan yang lain lagi dalam Cinta, selain Cinta.

Aku tidak terlalu paham dan harus mikir dan itu jadi pikiranku. Tadi waktu di Bus Trans Jogja, tidak terlintas tentang buku itu. Tetapi kita dalam kesendirian sunyi, tiba-tiba menyeruak, menunjukan eksistensinya. Buku ini hidup dan ada, tumuju ke langit.

"Buku apa Pakdhe?

"Tentang cinta sejati...tentang pejuang cinta yang berdamai dengan cintanya. Tentang Parangtritis yang tak pernah lelah dengan deburan ombaknya, tentang merapi yang tak pernah ingkar janji"

Catatan apik selintas kalimat di pembatas buku ini. Hanya tulisan tangan, digdaya satriya tata sembodo wiratama sewu katon sewu kartiko. Hanya ada dua (2), selebihnya jangan sampai hilang atau rusak. Kenangan lebih indah dari realita. Bolehlah sambil lalu di baca, temukan gondo harum, rembesen trisno rasa tirto nansuci. "Simpan baik-baik!"

Semilir aku timang-timang. Tulisan senja dikala pagi hari, di hari kemarin. Mumpung padang rembulane, ingin aku buka sekarang, dalam rangkaian kertas putih.

Aku turun ke tempat pemberangkatan bus. Terminal pemberangkatan. Tinggal pilih-pilih lajur jurusan bus yang aku suka. Ada patas via tol, wusssss. Ada pula ekonomi AC lewat jalur arteri. Bisa lewat Surabaya, ada pula langsung Mojosari mempersingkat waktu tembus Bangil Pasuruan. Tapi nanti, aku di sini masih ingin dengan diriku. Menghitung bus yang melintas menuju Kota,  menenunggu seseorang "Menanti pacar jawabku!"

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun