WAKTU
MBAH HAR - WAHYU
(Ku...ku..ruyuk...!)
Itulah bunyinya. Ayam jantan berkokok dan akupun berkoar hari telah pagi. Aku benahi selimutku dan kemudian aku gosok mukaku dan sekujur tubuh serta jiwa dan raga dengan air suci dan mensucikan.
Karena aku tinggal seorang diri, aku mulai dari diriku sendiri. Udara pagi, kapan lagi kalau bukan di pagi hari...pikirku waktu itu. Kalau enam jam ke depan, namanya bukan lagi pagi, jadi apa yang kutunggu...apa yang akan kutunggu?
Kau tahu apa yang aku tunggu...aku ambil kunci, aku nyalakan sepeda genjot dan sepasang sepatuku membawa menjajaki jalanan yang masih menyisakan hawa dingin. Wonderfull...! Pikirku saat itu. Aku kira aku bangun paling awal, ternyata paling akhir dibanding sama rumput dan rerumputan yang tak pernah tidur...lihat mereka lebih dulu menghijau dan menorehkan bakti!
Wonderfull...! Bentuk keherananku yang artinya aku belum pernah tahu seterunya atau bisa juga tak pernah tahu.
Aku lanjut menggayuh sepedaku, menaiki tebing berbatu dan menuruni tebing berbatu pula. Di sana-sini tanah di sini tak pernah kutemui kerataan dan keseragaman. Jangankan pada tanah-tanah itu, aku sendiri sering menemukan diriku yang tak sama ratanya, jadi apa yang kuketahui kalau begini kejadiannya?
Dingin masih juga dingin. Kabut masih juga belum diberi nama lain oleh orang-orang, begitupula aku. Kabut pula yang mengelebatkan seorang rupa memunculkan sosok bayangan putih nyaris aku tak kenal, selanjutnya?
Lengkap sudah dan langkah berikutnya aku lengkapi dengan embun-embun yang menetes. Terus aku bergerak dari satu tempat ke tempat yang lain, dinding-dinding terjal menunjukkan betapa kuatnya dunia mencengkeram jendela-jendela mereka...lukisan alam yang indah menurutku.
Pertanyaanku, apakah kau sudah tahu atau apakah kau tahu isi jurang-jurang itu? ketahuilah kedalamannya dengan ketepatan ukuran rata dan rataannya!
Berkelana di pagi hari begini agaknya lebih mengasikkan. Aku tak merasa panas atau kepanasan, dinginpun perlahan mulai sirna. Aku bisa melihat perlahan sang pagi menyembul dari balik bukit sana, memangnya ada yang salah?