Ngacir, begitulah Andi yang masih anak-anak. Bermain jadi nomer satu, sekali main lupa segalanya. Itulah anak-anak yang belum dewasa, bukan begitu?
Menyusuri jalan sempit, berlari mengejar parit-parit. Lompat ke sana, lompat ke mari diharapkan dapat menyingkat waktu dan jarak. Menelisik mengitari pematang sawah menunjuk pada satu arah.
"Aduh!"
terperosok rupanya, artinya terhambat. Tapi tak begitu berarti, cepat berangkat kembali kejar ketertinggalan. Tidak perlu takut, karena kita berdiri di rumah sendiri, di atas tanah sendiri.
"Aku datang (Je..buurrr)!"
Ngungsep di kali. Mandi bareng bersama teman-teman nikmati. Segernya air mengalir sampai jauh. Alam pedesaan, belum begitu mengenal pencermaran dan gak mau kenal pencemaran.
"Anang!" Kata Andi
Tak terasa panas, begitu redup dan sunyi. Terkirim semerbak payung memayungi, dari langit datangnya. Gerombolan daun melebat dibentangkan. Kokoh tinggi beringin "Mbah Punden". Akar menjulur kuat, dahan dan ranting cocok main ayunan...nyenengkeh!
"Enakkkee...!"
Wajah-wajah yang cerah, sama seperti hari yang cerah. Bacakan seruan sebersih hati. Yang ada hanya bermain melewatkan hari.
He'eh....koor dengan serempak. Menikmati tiupan serulung bamboo, merdu senandungkan rindu. Bertengger di dahan nyanyikan lagu-lagu kenangan, terasa burung berkicau menemani nyanyikan bait demi bait syair lagu.