Kata hati mungkin takkan pernah berubah...hati berkata mungkin akan berubah.
Turut ke sana...dan...aku ikuti dari sini
Call...aku memanggil, aku memanggil disaat aku ingin mengundang. Bara yang telah jadi api, tidaklah panasnya mengobori. Lempengan tembaga yang terbelah, jangan dikira ketebalan dan ketipisannya, karena jika begitu akan selalu ada yang lebih tipis dan tebal.
Kalau aku bertanya, hakikatnya aku yang ditanya. Kalau aku berfenomena, aku berkata dengan kebicikan fisik. Tapi yang kutahu tidak untuk saat ini, aku telah mengisyaratkan dan mengsyaratkan.
Berpajang waktu...mengulas tuntas penghuni di dada. Dengan rumah yang terbalut kilau mentari, aku merasa menyentuh bayang-bayang masa kini dan masa depan. Membawa aku mengganti jurang, bukanlah sebaliknya membawa rongsokan terperosok dalam jurang. Aku tak hendak berkata demikian, akan sangat ironis mengimpletasikannya.
....ke...sana...
Cem...macem dan macem-macem. Proses dengan kepribadian dan dalam berkepribadian kita berproses.
Dalam sikap diam aku mengambil sikap dan dalam sikapku aku tak pernah diam, apalagi berpangku tangan. Aku manggung bukan di atas pentas, tetapi aku pentas bukanlah sebagai kalayak yang ingin bersensasi.
Hati yang bersensasi dan perasaan pula yang memerah sensasi. Aku raih sudah jiwa yang tenang dan ketenangan kuraih dalah hidupku menggelora dan menggugat kesengajaan yang hidup.
Duduk dan duduk jika aku nyaris membentrokkannya. Memenjara diri dan terpenjara, mungkin penghadanganku yang terdengar dan mengorganisir dalam penjagaan granat memborgol. Aku merasa lebih dari termasuki, melainkan juga sejumlah busur membidik ulu hati.
Tatkala sebelum...aku merasa