Pagi yang indah di Alas Tuwo, Bojonegoro. Langit cerah dengan sedikit awan tipis dilangit, angin sepoi-sepoi bertiup sesekali. Pagi ini, acara ngeluyur dari Soka menuju Jampet. Sepanjang perjalanan, suasana tenang, nyaman, dan menyenangkan. Saya sekali-sekali bertukar sapa dengan beberapa warga desa yang saya temui, yang memang umumnya sangat ramah. Ini mengasyikkan, tapi juga kadang mencederai alokasi waktu saya yang memang terbatas ini. Keramahan yang menjadi semakin mahal di kota2, disini saya rasakan berlimpah, sepanjang jalan.
Â
Matahari mulai terasa panasnya, keringat membanjir, 'kempol' mulai terasa 'kemeng'. Sebuah toko kelontong di pinggir jalan kelihatan bersih, rapi, tetapi kosong sepi. Tak ada pembeli, penjualpun tak. Bermacam minuman dingin me-lambai2 dari dalam 'cold box' berpintu kaca bening itu. Dan tiba2 saja rasa haus itu seperti diingatkan, menyerbu tenggorokan saya. Memang waktu yang sangat tepat untuk hidrasi, sambil melepas lelah. Di-tunggu2 gak ada orang, saya ambil sebotol aqua dingin, langsung meminumnya habis. Lega. Yg empunya gak keluar juga. Wah, lama juga menunggu, bosan juga. Disamping waktu yang tersedia bagi saya semakin habis.
Â
Teringat cara perdagangan model dahulu antara orang pedalaman dengan para pendatang yang tak saling kenal, tanpa saling bertemu muka, dengan cara barter. Biasanya orang pedalaman meninggalkan hasil kebun/hutan dagangannya ditepi hutan, kemudian mengintai dari jarak jauh. Kemudian pembeli datang, menaksir nilai barang, lalu meninggalkan benda2 penukar yg nilainya setara didekat tumpukan barang dagangan itu, kemudian pergi menjauh. Penjual datang lagi, menilai barang2 tukaran. Kalau sepakat, maka ia akan mengangkut barang2 penukar menuju hutan, tempat tinggalnya. Berarti terjadi 'deal'. Kalau tak sepakat, ia akan meninggalkan lagi tanpa membawa pergi barang2 penukar. Si pembeli akan menambahkan barang tukaran, dan menjauh lagi. Demikian seterusnya, hingga terjadi 'deal'.
Â
Timbul ide gilu (gila lucu). Maka saya tinggalkan uang 3 ribu (biasanya harganya paling mahal 2 ribu) diatas 'cold box', saya tindih botol aqua kosong tadi, lalu saya tinggal pergi. Hanya saja, saya tidak perlu mengintai dari jarak jauh, wong memang harganya sudah pantas kok. Dan saya yakin juga, si pemilik tidak sedang mengintai saya dari balik gorden. Saya hanya geli membayangkan yg empunya toko setelah keluar nanti. Ya tentunya sama2 geli, to ya...?
Â
 Alas Tuwo, 30 September 2010.
Â
Catatan: beberapa dialek Jawa, kempol= betis; kemeng= capai.