Mohon tunggu...
Khoirudin
Khoirudin Mohon Tunggu... Penjahit - Orang biasa

Hanya orang biasa, tidak lebih dan tidak kurang

Selanjutnya

Tutup

Cerita Pemilih

Jika Kalah, Panitia Curang

2 April 2019   16:26 Diperbarui: 2 April 2019   16:54 53
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Dalam sebuah perlombaan dan kalah, kita seringkali akan menuduh lawan bermain curang. Lebih parah lagi, kita akan menuduh panitianya yang curang. Namun jika kita menang, kita akan mengatakan bahwa perlombaan berjalan dengan semestinya dan menjunjung tinggi fair play.

Itu yang terjadi di sekolah saya beberapa tahun yang lalu.

Setiap tahun kami mengikuti kegiatan Jambore Ranting dan tidak pernah sekalipun mendapatkan juara. Jangankan juara 1, juara harapan saja kami tidak dapat. Predikat kami mentok di berharap jadi juara.

Setelah kegiatan selesai, Kepala Sekolah selalu bilang. Bahwa juaranya sudah disetting, sudah diplot oleh panitia untuk sekolah-sekolah besar. Sekolah dengan jumlah siswa yang banyak. Untuk sekolah-sekolah kecil, hanya sebagai penggembira saja.

Hal itu berlangsung bertahun-tahun.

Hingga kemudian, salah satu dari kami mengusulkan, agar persiapan Jambore Ranting dilakukan jauh-jauh hari sebelumnya. 3 bulan sebelum Jambore berlangsung kami sudah melatih anak-anak. Kami juga memanggil pelatih dari luar untuk hal-hal yang kurang kami kuasai.

Hari H tiba, Jambore berlangsung dan kami menggondol 2 piala sekaligus. Juara 2 untuk lomba PBB dan juara 3 lomba K3. Selesai kegiatan itu tidak ada lagi suara bahwa panitia berlaku curang dengan mengkapling pemilik juara.

Tahun depannya kami melakukan hal yang sama dan menang lagi.

Ketika membaca berita di timeline medsos, ada salah satu petinggi partai yang mengatakan jika jagoannya kalah, berarti KPU curang dan siap menggerakan people power. Saya teringat dengan kejadian di atas dan tersenyum sendiri.

Nampaknya beliau perlu belajar pada kami.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerita Pemilih Selengkapnya
Lihat Cerita Pemilih Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun