Mohon tunggu...
Mbah Dharmodumadi Purwalodra
Mbah Dharmodumadi Purwalodra Mohon Tunggu... Dosen - Mati sa'jroning urip iku kudu dilakoni, kanggo ngunduh kamulyan.

Simbah mung arep nulis, sa' karepe simbah wae, ojo mbok protes. Sing penting, saiki wacanen ning ojo mbok lebokke ning jero dodo, yooo ?!!

Selanjutnya

Tutup

Cerpen Pilihan

Merindukanmu di Serpihan jalan

10 November 2014   06:57 Diperbarui: 1 Juli 2017   14:33 50
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Cerpen. Sumber ilustrasi: Unsplash

Oleh. Purwalodra

"Buuud, Budiiii !!! titenono kowe ... Budek !" aku berteriak-teriak dari atas tanggul kali 'dung-dung'.

"Ha ... ha ... ha ... Hi ... hi ... hi .... ?" Budi kegirangan.

"Hei ... Budeeek ! nggak punya otak koweee, ya !"

"Gitu aja kok takut ?"

"Itu ular beneran taaauuuu !

"Siapa bilang ular bohongan ? Ha ... ha ... ha.... Hi ... hi ... hi .... ?" Budi terus menertawaiku. Aku sudah marah besar, sejak dia tinggalkan aku di tengah sawah.

"Cah ... edaaaaaan !" Aku terus mengomel.

Budi, yang biasa kupanggil Budek, telah memasukkan ular sawah ke dalam karung, yang sudah penuh berisi rumput. Bukan baru sekali ini, Budi berbuat seperti itu. Beberapa waktu lalu, ular lareangon dan anak ular air, sengaja dimasukkan dalam Karung-goniku. Kadang-kadang ular itu terbawa sampai ke kandang kelinci. Bahkan, aku baru tahu ada ular di situ, ketika rumput-rumput itu habis dimakan kelinci-kelinciku.

Budi sangat berani dengan yang mana daripada 'ular !'. Ular apa saja. Yang ada di sawah bahkan di kebun tebu. Ilmunya menangkap ular dan kebal terhadap gigitan ular lantaran mbah Slamet, seorang pawang ular di kampungku. Sebenarnya aku sama-sama berguru dengan mbah Slamet. Tapi aku paling takut dan jijik dengan yang namanya ular. Ular apapun itu.

Ketika ujian kenaikan tingkat, mbah Slamet memerintahkan aku dan Budi untuk mencari ular sendok atau ular weling. Mbah Slamet menginginkan aku dan Budi membawa ke rumahnya dalam keadaan hidup. Hampir seminggu aku dan Budi berburu ular. Urusan tangkap menangkap dan bongkar-membongkar sarang ular itu tugas Budi. Sementara, aku hanya bertugas membawakan karung, tempat ular-ular itu disimpan.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
  6. 6
  7. 7
  8. 8
  9. 9
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun