Mohon tunggu...
Mbah Dharmodumadi
Mbah Dharmodumadi Mohon Tunggu... Dosen - Mbah Dharmodumadi / Wira Dharmadumadi Purwalodra adalah nama pena dari Muhammad Eko Purwanto

Simbah mung arep nulis, sa' karepe simbah wae, ojo mbok protes. Sing penting, saiki wacanen ning ojo mbok lebokke ning jero dodo, yooo ?!!

Selanjutnya

Tutup

Humaniora

Hidup Itu, Selalu Ada ‘Koma’nya

22 November 2015   18:09 Diperbarui: 22 November 2015   18:35 290
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

 Oleh. Dhamodumadi

Keadaan hidup kita sekarang ini bukan merupakan titik final. Semua bisa diubah, asal kita memiliki motivasi dan berusaha untuk merubahnya. Dalam Al Qur’an Surah Ar Ra’du ayat 11 Allah berfirman, “Sesungguhnya Allah tidak akan mengubah nasib suatu kaum kecuali kaum itu sendiri yang mengubah apa-apa yang ada pada diri mereka ” Dari sinilah, kita berkeyakinan bahwa semua yang ada di dunia ini tidak pernah ada ‘titik’nya, tapi terus berproses tanpa henti. Inilah yang biasa kita fahami bahwa hidup itu adalah segala kemungkinan tanpa batas. Atau istilah teman-teman di kampus, bahwa hidup itu selalu ada ‘koma’nya, tak pernah ada ‘titik.’

Pernyataan diatas, tentu memberi harapan kepada kita bahwa kondisi yang menyakitkan dan menyedihkan hari ini tidak pernah berhenti sampai disini. Kondisi itu akan berubah kalo saja kita mau merubahnya. Kemenderitaan kita hari ini tidaklah tetap, tapi hanya sementara, tergantung dari upaya kita untuk merubahnya. Oleh karena itu, kita mestinya selalu optimis dengan perubahan-perubahan yang terjadi di dunia ini. Dengan tetap menjaga semangat agar terus menyala. Dengan begitu kita akan mampu merealisasikan NIAT kita sehari-hari.

Ada sebuah kisah yang mungkin bisa menyentuh hati dan pikiran kita, agar tetap mampu memelihara semangat hidup ini. Pada zaman Tiongkok kuno dulu, ada seorang panglima perang, yang mendapat tugas untuk memimpin pasukan melawan musuh yang jumlahnya sepuluh kali lipat lebih banyak dari pasukannya. Mendengar kondisi musuh yang tak seimbang ini, seluruh prajuritnya gentar dan ragu kalau-kalau mereka akan menderita kekalahan. Dalam perjalanan menuju medan perang, sang Panglima Perang tiba-tiba berhenti di sebuah altar vihara. Ia melakukan sembahyang dan do’a-do’a meminta petunjuk para dewa. Sedangkan rajuritnya menanti di luar vihara dengan harap-harap cemas.

Tak lama kemudian, sang panglima keluar dari vihara. Ia berteriak pada seluruh pasukannya, ‘Kita telah mendapat petunjuk dari langit’. Lalu ia mengeluarkan koin emas simbol kerajaan dari sakunya. Sambil mengacungkan koin itu ke udara ia berkata, ‘Sekarang, kita lihat apa kata nasib. Mari kita adakan toss. Bila koin ini gambar ‘kepala’ yang muncul maka kita akan menang. Tapi bila ekor yang muncul, kita akan kalah. Hidup kita tergantung pada koin emas ini‘. Sang panglima lalu melempar koin emas itu ke udara.

Koin emas pun berputar-putar di udara. Lalu jatuh berguling-guling di tanah. Seluruh pasukan mengamati apa yang muncul. Setelah agak lama menggelinding ke sana-kemari, koin itu terhenti. Dan yang muncul adalah gambar ‘Kepala.’ Kontan seluruh pasukan berteriak kesenangan. ‘Hore! Kita akan menang. Nasib berpihak pada kita! Ayo, serbu dan hancurkan musuh. Kemenangan sudahlah pasti ada di tangan kita !’

Dengan penuh semangat sang panglima dan pasukannya bergerak menuju medan perang. Pertempuran berlangsung sangat sengit. Dengan bekal keyakinan dan tekad baja akhirnya musuh yang tak terhingga banyaknya dapat dikalahkan. Panglima dan seluruh pasukannya betul-betul senang. Seorang prajurit berkata, ’Sudah kehendak langit, maka tak ada yang bisa mengubah nasib’. Sesampai di ibu kota mereka disambut meriah oleh seluruh penduduk. Raja pun terkagum-kagum mendengar kisah peperangan yang dahsyat itu. Beliau bertanya pada sang panglima, bagaimana ia mampu mengobarkan semangat pasukannya hingga begitu gagah berani. Sang panglima kemudian menyerahkan koin emasnya pada Raja sambil berkata, ‘Paduka, inilah yang memberikan mereka nasib baik’. Raja menerima dan mengamati koin emas itu yang ternyata kedua sisinya bergambar Kepala.

Dari kisah tersebut, kita bisa mengambil hikmahnya, bahwa apapun resikonya, apapun kesulitannya, jika semangat menjadi panglima dalam hidup kita, maka resiko dan kesulitan bisa diatasi dengan baik. Seperti Firman Allah diatas, bahwa Allah akan mengubah nasib kita, ketika kita berusaha maksimal untuk mewujudkan cita-cita yang mejadi NIAT kita itu. Semangat yang ada pada diri kita bisa mengubah hal yang tidak mungkin menjadi mungkin, karena rezeki dan pertolongan Allah datang dari tempat yang tidak pernah kita duga-duga. Kita juga dapat mensugesti alam bawah sadar kita, agar alam bawah sadar kita mampu bekerja untuk mewujudkan keinginan kita itu. Karena kekuatan alam bawah sadar kita menyimpan energi sebesar 88% yang belum kita gunakan.

Dalam tradisi filsafat timur, kita juga mengenal dua metode agar kita mampu merubah pola hidup kita, dari ketidakberdayaan menjadi suatu kekuatan yang menyemangati kita untuk senantiasa melakukan perubahan-perubahan dalam hidup ini. Metode pertama untuk mengubah pola pikir dan hidup kita adalah dengan hidup dalam kesadaran. Ini berarti, bahwa kita mesti hidup saat demi saat dengan kepenuhan serta kesadaran. Ketika kita makan, kita sepenuhnya makan. Ketika kita berjalan, kita sepenuhnya berjalan. Dimana tubuh kita berada, disitulah pikiran kita berada.

Metode kedua adalah apa yang di dalam filsafat Timur disebut sebagai meditasi. Meditasi berarti melihat kenyataan apa adanya, tanpa ditambahi dengan analisis, konsep dan penilaian dari kita. Meditasi juga berarti mencerap kenyataan disini dan saat ini apa adanya. Ketika kita hidup dalam pola meditatif ini, otak kita akan tenang, jernih dan sehat, sehingga bisa digunakan untuk apapun.

Inti dari kedua metode ini sebenarnya sama dalam mengunggah spirit/semangat kita, agar selalu bertahan dalam setiap kondisi, yakni kembali ke saat ini. Sekarang adalah satu-satunya waktu yang kita punya. Disini adalah satu-satunya tempat yang bisa kita tempati. Dengan hidup sepenuhnya disini dan saat ini, orang bisa membentuk pola berpikir baru yang menciptakan kesehatan dan kejernihan bagi struktur otak dan jiwa kita, sekaligus meningkatkan mutu hidup kita secara keseluruhan. Dari sini kita bisa melihat, bahwa ternyata ada hubungan antara otak kita, kesadaran dan kebahagiaan hidup kita.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun