[/caption]
Oleh. Purwalodra
"Aku minta waktumu lima menit aja."
"Untuk apa !" jawabnya, ketus.
"Sedikit aja untuk bicarakan kesiapanmu jadi seorang penulis."
"Cuma butuh lima menit ?!"
"Iya" jawabku singkat. "Sekarang duduklah disampingku"
Dengan sangat terpaksa, iapun duduk persis disamping kiriku, sambil melihat kiri-kanan, depan-belakang, kalo-kalo ada yang memperhatikan dirinya ketika berada disampingku.
Di halaman kantor, usai senam pagi ini, sambil menunggu sarapan yang sudah disiapkan oleh pihak sekretariat. Aku merasakan betapa sulitnya berhubungan dengan perempuan yang satu ini, yang selalu sibuk .. buuk .. buuk .. buuuuk. Aku pikir memang dia tidak ada waktu lagi untuk sekedar ngobrol yang tak berguna. Itulah sebabnya, aku hanya butuh lima menit waktu yang tak berguna itu untuk membicarakan hal-hal yang menurutku sangat berguna.
Mungkin, waktu lima menit bagi dirinya sangat berarti, buktinya dia mengatakan, "untuk apa !" Dan akupun juga tau dirilah, bahwa tak semua perempuan yang ku kenal bisa mudah tertarik padaku. Apalagi aku sudah terlanjur distempel 'Modus' (modal dusta) oleh dirinya. Tapi tak mengapa, tokh ini penting untuk dia dalam tugas-tugasnya sebagai seorang sekretaris di sebuah kantor besar, sementara aku hanya seorang staff yang tujuh tahun gak pernah naik-naik, tuh gaji !!!.
"Oke, gimana"