Mohon tunggu...
Mbah Dharmodumadi Purwalodra
Mbah Dharmodumadi Purwalodra Mohon Tunggu... Dosen - Mati sa'jroning urip iku kudu dilakoni, kanggo ngunduh kamulyan.

Simbah mung arep nulis, sa' karepe simbah wae, ojo mbok protes. Sing penting, saiki wacanen ning ojo mbok lebokke ning jero dodo, yooo ?!!

Selanjutnya

Tutup

Humaniora Pilihan

Energi Tanpa Batas: Ilmu Pengetahuan sebagai Katalis Perubahan Global!?

26 Agustus 2024   15:42 Diperbarui: 26 Agustus 2024   15:56 89
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Gambar: irfanihome.archin

Oleh. Mbah Dharmodumadi

Selama perjalanan panjang peradaban manusia, kita senantiasa diliputi oleh rasa haus akan pengetahuan. Kita mencari jawaban di antara bintang-bintang dan di dalam partikel terkecil. Seiring dengan kemajuan sains dan teknologi, kita menemukan cara baru untuk melihat realitas kehidupan kita, menggali lebih dalam tentang energi yang menggerakkan alam semesta dan diri kita. 

Salah satu konsep yang muncul dari kebangkitan ini adalah energi tanpa batas, sebuah potensi yang melampaui keberadaan material dan membuka pintu menuju transformasi spiritual dan kesadaran yang lebih tinggi. Di sinilah ilmu pengetahuan dan hukum ketertarikan bertemu, yang menunjukkan kepada kita bahwa pikiran kita adalah jembatan menuju pengaruh yang lebih besar.

Einstein pernah mengatakan, "Energi tidak dapat diciptakan atau dimusnahkan, hanya dapat berubah dari satu bentuk ke bentuk lainnya." Dalam konteks kesadaran, energi ini adalah alat yang kita gunakan untuk menciptakan realitas kita. Low of Attraction mengajarkan bahwa kita memiliki kekuatan untuk menarik hal-hal yang kita pikirkan ke dalam hidup kita. Dalam pandangan ini, setiap pemikiran adalah getaran yang memancarkan energi ke alam semesta, membentuk respon dari lingkungan sekitar kita. Ini adalah inti dari bagaimana sains dan spiritualitas dapat bersatu untuk menciptakan perubahan yang berkelanjutan.

Filosof muslim seperti Al-Farabi dan Ibn Arabi melihat hubungan antara sains dan spiritualitas sebagai simbiosis yang saling melengkapi. Kesadaran spiritual tidak hanya tentang melatih pikiran untuk menjadi lebih terkoneksi dengan Tuhan, tetapi juga memahami hukum-hukum alam sebagai cara Tuhan bekerja dalam ciptaan-Nya. Al-Farabi menekankan pentingnya kebijaksanaan sebagai jalan menuju kebahagiaan sejati, dan dalam hal ini, kebijaksanaan itu mencakup pemahaman tentang energi yang mengalir melalui segala sesuatu dan bagaimana kita dapat menyalurkannya untuk kebaikan bersama !?.

Dalam fisika kuantum, kita belajar bahwa partikel dapat berada di lebih dari satu tempat sekaligus, dan hasil observasi ditentukan oleh sang pengamat. Ini selaras dengan ajaran spiritual yang menganggap "kesadaran kita sebagai penentu pengalaman." Dengan kuatnya hubungan antara pengamatan dan realitas ini, fisika kuantum menawarkan pandangan ilmiah untuk memperkuat praktik-praktik yang diusulkan oleh Low of Attraction. "Milikilah pandangan positif," demikian pesannya, "dan dunia akan menyesuaikan sesuai dengan energi yang Anda lepaskan."

Para sufi mengajarkan pentingnya konsentrasi dan meditasi dalam membangun kesadaran spiritual. Konsep ini mirip dengan bagaimana seorang ilmuwan melakukan eksperimen, yakni: dengan kesabaran, perhatian, dan keyakinan bahwa hasil penelitian dapat diungkapkan ketika waktunya tepat. Al-Ghazali, misalnya, berbicara tentang pencerahan sebagai sebuah proses yang membutuhkan keterbukaan dan penjelajahan yang mendalam, baik ke dalam batin maupun fenomena alam. Dalam dunia yang semakin modern ini, penggunaan sains sebagai alat untuk menyelidiki sesuatu, bukan hanya objek-objek fisik saja, tetapi juga potensi spiritual di dalam diri kita.

Teknologi modern menawarkan kemampuan yang belum pernah terjadi sebelumnya untuk menyebarkan pengetahuan dan menghubungkan individual-individual di seluruh dunia. Namun, dengan kekuatan ini, maka datang tanggung jawab etis untuk menggunakannya sebagai katalis perubahan positif. Dalam kerangka Low of Attraction, teknologi dapat dilihat sebagai perpanjangan dari keinginan kolektif kita untuk mencapai tujuan-tujuan yang lebih besar. Menggunakan energi digital ini secara bijaksana menuntut kebijaksanaan, sama seperti para filosof terdahulu menceritakan pentingnya kebijaksanaan dalam kehidupan batin.

Ketika kita berbicara tentang perubahan global, kita harus memahami peran kesadaran kolektif dalam menentukan arah peradaban. Pemahaman bahwa setiap pikiran dan tindakan memberikan dampak energi pada lingkungan kita menggambarkan tanggung jawab bersama dalam menciptakan dunia yang ingin kita huni. "Bersihkan pikiran Anda, dan segalanya akan menjadi lebih baik," kata Rumi, menekankan pentingnya harmonisasi antara dunia batin dan realitas luar.

Seiring kita menyelami lebih dalam ke dalam realitas energi ini, kita diundang untuk berpikir tentang bagaimana peran kita dalam kolaborasi global adalah manifestasi dari Low of Attraction. Kemanusiaan, dalam semua kreativitas dan inovasinya, adalah sebuah contoh dari kemampuan kita untuk menyalurkan energi untuk menghasilkan perubahan. Ketika kita memfokuskan pikiran pada solusi daripada masalah, kita melepaskan gelombang energi positif yang membawa perbaikan.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun