Mohon tunggu...
Mbah Dharmodumadi Purwalodra
Mbah Dharmodumadi Purwalodra Mohon Tunggu... Dosen - Mati sa'jroning urip iku kudu dilakoni, kanggo ngunduh kamulyan.

Simbah mung arep nulis, sa' karepe simbah wae, ojo mbok protes. Sing penting, saiki wacanen ning ojo mbok lebokke ning jero dodo, yooo ?!!

Selanjutnya

Tutup

Filsafat

"Diktator" Sebagai Penyakit Mental?

6 Juli 2023   19:59 Diperbarui: 26 Oktober 2023   10:46 235
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Sumber Gambar : Dok. Pribadi

Oleh. Mbah Dharmo Purwalodra

Dalam kehidupan sehari-hari, kita sering menemukan orang-orang yang bermental diktator, meskipun tidak memiliki kelebihan apapun, atau mungkin tidak memiliki kelayakan sama sekali sebagai seorang diktator. Namun, kerna mereka memperoleh legitimasi, kewenangan dan kekuasaan untuk menjadi pemegang kuasa atas organisasi atau apapun, mendadag muncul mental diktator.

Mental diktator merujuk pada persepsi, pandangan, dan sikap seseorang yang cenderung otoriter, dominan, dan mengontrol berbagai situasi, yang ada disekelilingnya atau di luar dirinya. Istilah ini sering digunakan untuk menggambarkan pola berpikir, atau sifat kepemimpinan yang mengutamakan kekuasaan, ketertiban, dan kepatuhan, atas kebebasan individu dan hak-hak orang lain.

Seseorang dengan mental diktator, biasanya memiliki kebutuhan yang sangat kuat untuk mengendalikan atau memanipulasi orang lain. Mereka mungkin merasa memiliki superioritas dan/atau hak istimewa yang membenarkan tindakan kooptasi dan dominasi terhadap orang lain. Orang-orang yang bermental diktator juga seringkali tidak toleran terhadap perbedaan pendapat atau ideologi, dan cenderung menindas, serta membatasi kebebasan berpikir dan berekspresi orang. Singkatnya, mereka yang bermental diktator bisa disamakan dengan orang-orang berkebutuhan khusus !!?.

Selanjutnya, berkaitan dengan hubungan personal, antar personal dan profesional, seseorang yang bermental diktator cenderung mengesampingkan kebutuhan dan hak-hak orang lain, demi memenuhi keinginan dan kebutuhannya sendiri. Orang yang bermental diktator, selalu berusaha untuk mengontrol segala hal, mulai dari pengambilan keputusan, pemikiran, hingga tindakan dan perilaku orang lain. Orang-orang ini, mungkin saja menggunakan cara-cara intimidasi, manipulasi, emosional, dan melakukan penghukuman, guna mempertahankan kekuasaan dan kendali mereka.

Dampak yang ditimbulkan dari orang-orang yang bermental diktator, dapat merugikan orang lain, secara individual maupun kolektif. Mereka yang terkena dampak dari orang yang bermental diktator, akan merasa tidak dihargai, cemas, dan kehilangan rasa percaya diri. Hal ini disebabkan, karena hidup dalam bayang-bayang dominasi dan kontrol, dari orang yang bermental diktator. Mental Diktator juga dapat menciptakan lingkungan yang tidak sehat di tempat kerja, di dalam keluarga, dan di masyarakat pada umumnya, di mana kolaborasi, kebebasan berbicara, dan pertumbuhan pribadi, menjadi terbatasi.

Penting untuk diingat, bahwa mental diktator adalah perilaku atau sikap yang bisa berubah dan dapat dipelajari. Dengan mengakui dan menyadarinya, bahwa seseorang memiliki pola pikir seperti ini, adalah langkah awal dalam upaya memperbaikinya. Selanjutnya, orang yang bermental diktator harus mendapatkan dukungan atau support dari orang lain, seperti: sahabat yang yang dipercaya (bukan pembisik), konsultan, atau profesional, guna memperbaiki dan mengubah pola pikir dan perilaku diktator tersebut.

Mental diktator tidak ujug-ujug datang dari langit. Ia juga tidak tiba-tiba datang secara alamiah. Mental diktator dibentuk oleh keadaan, baik secara individual maupun pertemanan. Keadaan masyarakat secara umum juga berperan besar dalam menciptakan individu yang bermental diktator. Secara filosofis, ada empat hal yang patut diperhatikan, guna mengetahui lebih dalam munculnya mental diktator ini.

  • Pertama, seorang yang bermental diktator selalu berusaha mencengkram kenyataan. Hal ini karena ia merasa ketakutan akan ketidakpastian hidup. Padahal, jika dipikir lebih positip, hidup penuh dengan ketidakpastian. Sementara banyak hal yang bisa kita atur, meskipun jauh lebih banyak hal-hal di luar jangkauan kita sebagai manusia. Orang-orang yang bermental diktator tidak akan mampu memahami hal ini.
  • Kedua, orang-orang yang memiliki mental diktator selalu dijajah oleh hasrat kekuasaan yang tak terkelola dengan baik di dalam dirinya. Hasrat berkuasa ini dilahirkan dari keadaan sosial yang tak sehat. Masyarakat yang selalu diselimuti oleh sifat-sifat kemunafikan dan miskin keteladanan. Kondisi ini akan melahirkan orang-orang bermental diktator.
  • Ketiga, orang-orang yang terlanjur memiliki mental diktator, dibentuk oleh keluarga dan masyarakat yang bermental diktator pula. Orang-orang ini dididik dengan kualitas pendidikan yang rendah dan dididik untuk tidak berani berpikir mandiri, dan memilih hidup di dalam penjajahan tradisi secara buta.

Pada akhirnya, mulai saat ini kita mesti sadar, bahwa hidup adalah ketidakpastian. Kesadaran ini akan sedikit-demi sedikit menyingkirkan mental diktator sampai ke akar-akarnya. Jika seseorang yang bermental diktator dan/atau yang terdampak, tidak menyadari hal ini, maka keadaan akan memaksanya untuk berubah. 

Akan banyak kejadian-kejadian yang sangat menyakitkan, guna memaksa orang-orang bermental diktator ini kembali, untuk berani menatap ketidakpastian hidup. Dan, kita mesti membangun kebiasaan berpikir mandiri. Artinya, kita semestinya terbiasa membuat pertimbangan dengan akal sehat dan nurani yang kuat, agar kita dapat menanggalkan kepatuhan pada tekanan sosial dan pada tradisi secara buta. Wallahu A'lamu Bishshawwab.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Filsafat Selengkapnya
Lihat Filsafat Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun