Sikap-sikap semacam itu memasung keinginan orang lain untuk berkembang. Orang-orang yang menjadi korban dari sikap tidak beradab cenderung juga untuk bersikap tidak beradab pada teman-temannya. Dihadapan perlakuan yang tidak beradab tersebut, orang akan cenderung bersifat defensif, malas mengambil resiko di dalam pekerjaan, dan pada akhirnya enggan untuk mengembangkan kemampuan diri mereka sendiri.
Tentu saja, sikap beradab sudah semestinya menjadi bagian dari budaya organisasi, baik yang berorientasi profit maupun sosial. Dan sikap ini hanya dapat dibentuk, jika ada proses kritik dan saran yang berlangsung secara berkelanjutan antar orang-orang yang ada di dalam organisasi. “Masukan-masukan”, demikian tulis Spreitzer dan Porath, merupakan “menciptakan kesempatan dan energi untuk belajar yang amat penting untuk menciptakan kultur pengembangan diri.” Peran kritik dan saran amatlah penting untuk menciptakan kultur yang memungkinkan semua orang untuk bisa belajar dan mengembangkan diri.
Pada titik inilah, maka tugas seorang pemimpin adalah menunjukkan kelemahan (weaknesses) serta kekuatan (strengths) organisasi, dan mengajak setiap orang yang ada di dalam organisasi untuk membantu mengembangkan kekuatan, serta mengurangi kelemahan yang ada. Dimana, pendapat setiap orang dihargai, dan diberikan tempat yang semestinya. Dengan pola ini setiap orang akan merasa menjadi bagian dari pembentukan budaya dan proses untuk mewujudkan visi-misi organisasi.
Memang, dalam jangka pendek, kritik dan saran justru bisa melemahkan semangat kerja organisasi. Satu-satunya cara untuk mencegah hal ini adalah dengan tetap mempertahankan nilai-nilai luhur yang ada di dalam organiasai, dan perilaku beradab, serta tetap menegaskan kepada semua orang yang bekerja di dalam organisasi, bahwa proses kritik dan saran adalah bagian integral dari proses organisasi, dan mereka sendiri untuk berkembang.
Pada akhirnya, yang terpenting untuk membangun pilar-pilar perjuangan bagi organisasi, baik yang fokus pada profit maupun bukan, adalah kekuatan kehendak dan tindakan dari para pimpinan organisasi itu, untuk membangun budaya organisasi yang ada melalui keempat pilar di atas. Hal ini amat penting untuk dilakukan, karena membantu orang untuk mengembangkan diri bukan hanya baik untuk kemajuan organisasi, tetapi itu adalah hal yang wajib dan benar untuk dilakukan kepada setiap manusia !?? Wallahu A’lamu Bishshawwab.
Bekasi, 19 April 2017.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H