Mohon tunggu...
Mbah Dharmodumadi Purwalodra
Mbah Dharmodumadi Purwalodra Mohon Tunggu... Dosen - Mati sa'jroning urip iku kudu dilakoni, kanggo ngunduh kamulyan.

Simbah mung arep nulis, sa' karepe simbah wae, ojo mbok protes. Sing penting, saiki wacanen ning ojo mbok lebokke ning jero dodo, yooo ?!!

Selanjutnya

Tutup

Humaniora Pilihan

Perilaku Politik Itu, Perilaku Sadar?

15 April 2017   09:58 Diperbarui: 26 Oktober 2023   11:17 544
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Photo koleksi pribadi

Oleh. Mbah Dharmodumadi Purwalodra.

Kita seringkali menyaksikan bahwa perhelatan politik selalu diwarnai dengan berbagai perilaku di luar kesadaran manusia. Ketidaksadaran ini seakan menjadi sebab sekaligus akibat dari setiap peristiwa politik yang tidak kita inginkan, mulai dari politik lokal, regional bahkan nasional. Perilaku diluar kesadaran ini seringkali memicu seseorang untuk melakukan perbuatan jahat, melukai orang lain, bahkan tindakan-tindakan tidak beradab lainnya, yang tiba-tiba menjadi pemandangan kita sehari-hari. Mereka terbius oleh berbagai perilaku yang bermuara pada kekuasaan. Pertanyaannya, mengapa muncul ketidaksadaran ?

Ketidaksadaran kita, selaku manusia, menimbulkan berbagai perilaku yang menyimpang, sehingga perilaku kita tidak lagi sesuai dengan norma-norma dan nilai-nilai yang berlaku umum. Dari titik inilah, diviasi terhadap hukum terjadi. Perilaku kita tidak lagi sesuai dengan hukum positip yang rekomendasikan. Hal ini terjadi karena, kekuasaan menjadi sesuatu yang penting yang harus diraih dan diusahakan dengan berbagai cara. Meskipun dengan cara-cara yang jahat ?!!

Perilaku politik yang diarahkan untuk menentukan atawa memilih figur pemimpin publik yang akan memegang kekuasaan selama satu periode jabatan, sebenarnya merupakan aktivitas rutin yang sudah diatur mekanisme dan proses permainannya. Namun, tidak jarang orang hanyut dalam gelombang perseteruan antar beberapa kubu yang saling berhadapan untuk memperebutkan kursi kekuasaan. Lantas, mereka menjadi tidak sadar diri, tidak kritis, tidak obyektif, dan bahkan tidak rasional. Padahal secara sistemik dan prosedural, poses suksesi telah diatur sedemikian rupa, sehingga kita sebenarnya masih bisa berfikir kritis dan rasional untuk menjalaninya.

Ketika fitnah bertebaran dimana-mana tanpa kendali. Kita tak melihat lagi norma-norma politik yang dipegang oleh masing-masing calon pemimpin publik tersebut, yang ada hanya kebencian tanpa syarat. Saling bunuh kharakter menjadi perilaku biasa. Aturan main hanya sebagai hiasan dinding saja, sementara persekongkolan jahat terjadi setiap saat. Ketika strategi dan tatik tak lagi menarik, lantas kesantunan tiba-tiba hilang ditelan gemuruh ambisi yang terpendam, maka tindakan anarkhis tidak bisa kita hindari lagi.

Para psikolog memahami, bahwa kesadaran manusia bukanlah otaknya. Maka, kesadaran tidak dapat dipahami dengan pendekatan biologis atau neurologis (saraf) semata. Kesadaran bukan pula sebuah fenomena empiris yang bisa ditangkap dengan indera manusia. Lebih dari itu, kesadaran juga bukanlah semata konsep yang mampu dipahami dengan akal budi manusia.

Berbagai penelitian tentang kesadaran, sampai pada titik paling dalam, menunjukkan, bahwa konsep ini kosong. Sebenarnya, tidak ada kesadaran di dalam diri manusia. Lebih tepat dirumuskan, tidak ada kata dan konsep yang sanggup menjelaskan makna kesadaran secara memadai. Maka dapat disimpulkan pula, bahwa memahami kesadaran manusia berarti menyadari sepenuhnya, bahwa ia kosong secara konseptual ?!

Di dalam filsafat timur, terutama di dalam tradisi Zen, memahami kesadaran berarti memahami inti dari seluruh alam semesta, karena manusia dan alam semesta memiliki substansi kesadaran yang sama. Maka dari itu, dapat dikatakan, bahwa memahami kesadaran berarti menjalani perubahan kesadaran itu sendiri. Proses ini berarti menyadari seutuhnya, bahwa kesadaran bukanlah sebuah rumusan konseptual yang bisa didiskusikan dengan bahasa dan konsep, melainkan sesuatu yang harus dialami secara langsung sebagai ‘ada’, tanpa penjelasan apapun. Ketika orang menyadari ini, maka ia menjalani perubahan kesadaran mendasar, yang berarti juga perubahan perilaku, dan perubahan mendasar seluruh hidupnya.

Kesadaran manusia ada, sebelum segala bentuk pikiran, konsep, bahasa ataupun kata “kesadaran” itu sendiri. Memahami dan menyadari hal ini secara otomatis membawa perubahan mendasar pada cara berpikir dan cara hidup seseorang. Inilah pendekatan normatif di dalam filsafat kesadaran. Ketika banyak orang menyadari ini, maka otomatis hidupnya akan dibaktikan untuk kepentingan bersama, institusi-institusi yang kokoh bisa berdiri dan keadilan serta kemakmuran bersama bisa dicapai.

Terdapat hubungan yang sangat erat dan pengaruhnya signifikan (nyata), antara perubahan perilaku sadar dan perilaku politik guna membangun masyarakat yang beradab. Filsafat politik dan semua ilmu sosial tidak akan bisa mewujudkan keadilan dan kemakmuran, tanpa mendorong perubahan kesadaran mendasar di tingkat hidup pribadi (individual). Aspek politik dari filsafat kesadaran dan aspek personal dari filsafat politik inilah yang luput dari beragam kajian di kedua bidang tersebut.

Selanjutnya, politik, yang sejatinya bertujuan amat luhur, kini dipersempit hanya menjadi sekedar pecapaian kekuasaan belaka. Politik kehilangan maknanya untuk memperkaya hidup kita sebagai warga, dan menjadi semata mesin yang buta dan tak punya perasaan. Ketika Aristoteles lebih dari 2000 tahun yang lalu pernah bilang, bahwa manusia bisa mewujudkan keutuhan dirinya di dalam politik. Dan, yang salah mungkin bukanlah politik pada dirinya sendiri, tetapi kesalahan berpikir kita semua yang mengubah politik hanya menjadi semata perebutan kekuasaan birokrasi semata yang tanpa jiwa.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun