Mohon tunggu...
Mba Adhe Retno
Mba Adhe Retno Mohon Tunggu... Administrasi - Ibu Rumah Tangga

http://retnohartati.8m.net

Selanjutnya

Tutup

Humaniora Pilihan

Suamiku Tak Pernah Tahu Besar Gaji Saya

13 Desember 2020   17:46 Diperbarui: 13 Desember 2020   18:42 247
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Liburan | Dokumentasi Pribadi

Lenteng Agung, Jakarta Selatan | Kerja, apa itu? Semua hal yang dilakukan dan dibayar, bisa disebut sebgai kerja serta mendapat upah. Kerja seperti itu dimaknai sebagai, "Kerja dan hasil-hasil pekerjaan merupakan salah satu upaya untuk mencukupi dan memenuhi kebutuhan hidup dan sekaligus perbaikan keadaan sosial-kultural manusia." 

Kerja mempunyai nilai kepuasan dan ekonomi, sehingga merupakan usaha untuk mencapai kesejahteraan serta perubahan kualitas hidup dan kehidupan. Nilai kepuasan dan ekonomi tersebut dirasakan (berdampak) pada orang yang bekerja serta institusi yang memberikan pekerjaan. Kepuasan karena mendapat upah yang layak serta sesuai tingkat pendidikan, ketrampilan dan kemampuan pekerja. 

Serta nilai kepuasan ekonomi yang didapat pemberi pekerjaan karena adanya keuntungan dari hasil kerja para pekerja. Kerja (dan juga profesi) merupakan suatu tugas yang mempunyai makna, tujuan, dan nilai ganda; yaitu nilai kemanusiaan yang menyangkut sosial, ekonomi, budaya; serta nilai Ilahi. Kerja mengandung nilai kemanusiaan, karena merupakan upaya manusia untuk memenuhi kebutuhan hidup dan kehidupannya; serta melalui hasil (upah yang didapat) kerja, kehidupan dapat terus berlangsung, (Sumber).

Super Sibuk | Dokumentasi Pribadi
Super Sibuk | Dokumentasi Pribadi
Karena pemaknaan, fungsi, dan tujuan kerja seperti di atas, maka siapa pun, dalam kualitas dan kapasitas dirinya, selayaknya bekerja, apa pun pekerjaannya, dalam rangka memperbaiki dan mencukupi kebutuhan hidup serta kehidupannya. Karena tujuan itu, jika pada keluarga, misalnya suami-isteri, keduanya bekerja (dalam arti di luar rumah dan mendapat upah) maka hal tersebut sesuatu yang wajar, biasa, dan sekaligus bisa saling melengkapi kebutuhan dan biaya-biaya rumah tangga.

Itu juga bermakna, keduanya, suami dan isteri, sama-sama membangun karier, sesuai dengan bidang profesi masing-masing, di luar rumah; dan ada kemungkinan, karena ada peluang, maka jenjang karier isteri melejit naik. Sementara itu, karier suami, karena sikon di mana ia bekerja, terpaku atau tidak menanjak. 

Pada sikon seperti itu, walau ijazah suami isteri tersebut sama, tapi jenjang karier isteri telah melebih suami, tentu saja penghasilan bulanan (gaji dan bonus, plus fasilitas lainnya) melebihi (jauh lebih tinggi) dari suami. Jika seperti itu, bisa jadi masalah? Tergantung keduanya, suami dan isteri tersebut, menyikapinya. 

Misalnya, saya termasuk yang memiliki penghasilan jauh melebihi gaji suami; tapi tak bermakna, meremehkan rupiah-demi-rupiah yang dihasilkan suami atau diberikan suami pada tanggal gajian. Sebab, gaji yang diberikan itu seutuhnya, tentu setelah dipotong hutang di Koperasi. Lalu, bagaimana dengan gaji saya sendiri? Itu, 'rahasia lah;' suami tak pernah tanya besaran gaji tersebut, dan saya pun tak pernah tunjukan ke/padanya. Yang pasti, semua hasil kerja (upah yang didapat), saya kelola dengan baik, membayar kebutuhan, kartu kredit, asuransi kesehatan, bantuan sosial, serta sedikit nabung, traktir makan malam berdua, dan rencana liburan; semuanya dilakukan dengan senyap.

Mengapa diamkan jumlah gaji (plus bonus dan fasilitas) tersebut pada suami? Karena memang ia tak pernah menanyakan, juga saya tidak pernah sampaikan, karena lebih baik seperti itu; lebih baik karena menjaga perasaan psikologis suami.  Sehingga ia tidak merasa bahwa 'dirinya kurang mampu dalam hal mencukupi kebutuhan keluarga.' 

Hal-hal di atas, hanya bisa terjadi jika pasangan suami-isteri memiliki, selain cinta dan kasih sayang, sama-sama memiliki rasa kebersamaan, menyatu, saling pengertian; tanpa itu, maka akan terjadi saling merendahkan atau pun meremehkan. Bukankah cinta dan kasih sayang mampu melenyapkan segala perbedaan?

Adhe RH Hartati

Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun