Jagakarsa, Jakarta Selatan | Dalam catatan saya, "Kerja (dan juga profesi) merupakan suatu tugas yang mempunyai makna, tujuan, dan nilai ganda; yaitu nilai kemanusiaan yang menyangkut sosial, ekonomi, budaya; serta nilai Ilahi. Kerja mengandung nilai kemanusiaan, karena merupakan upaya manusia untuk memenuhi kebutuhan hidup dan kehidupannya; serta melalui hasil (upah yang didapat) kerja, kehidupan dapat terus berlangsung.
Kerja mempunyai nilai Ilahi, karena merupakan tugas dan panggilan TUHAN; artinya melalui kerja manusia melaksanakan tugas dalam dunia milik TUHAN, dan pada saatnya ia harus mempertanggungjawabkan kepada-Nya.
Karena adanya nilai ganda dalam bekerja tersebut, maka hasil kerja berupa upah, jasa, dan kepuasan dapat bermanfaat untuk orang lain, misalnya, anggota keluarga, masyarakat, maupun keuntungan pada pemberi kerja. Hasil kerja bisa juga difungsikan untuk memuliakan TUHAN Allah, misalnya perpuluhan, zakat, menolong orang lain, membantu mereka yang kekurangan, ungkapan syukur, sumbangan uang kepada institusi keagamaan, dan lain sebagainya, (MAR dan OJ).
Seringkali, banyak orang berpikir bahwa kerja, bahkan profesi, hanya berkaitan dengan kegiatan luar rumah, Â misalnya di pabrik, kantor, perusahan, atau tempat lainya. Sehingga kerja dimaknai sebagai sejumlah kegiatan di luar rumah untuk menghasilkan uang. Padahal, pendapat seperti itu, tidak sepernuhnya benar. Apalagi, pada hampir dua bulan terakhir; banyak kegiatan dan kerja dilakukan melalui/dan di Rumah karena ulah Covid-19.
Saat Ini, kerja melalui/di Rumah merupakan suatau keharusan yang tak terelakan; dan untuk seorang Ibu Rumah Tangga yang memiliki tugas rangkap sebagai pekerja di luar rumah dan mengrus segala sesuatu di rumah, justru merupakan sesuatu keberuntungan baginya. Sebab, biasanya setiap pagi harus berangkat kerja (meninggalkan dan menyisahkan kerjaan rumah tangga) dan pulang soreh atau malam hari, kini ia tetap bekerja; sekaligus berkerja pada dua tempat 'di rumah dan office.'
Dengan itu, gegara Covid-19, dan bekerja di dua tempat sekaligus, maka bisa menguru urusan office sambil mencuci (tentu dengan mesin cuci) atau pun memasak, bahkan membuat kue untuk Lebaran. Nimat khan.
Kerja tanpa pengawasan atau diawasi ini lah, yang menjadi 'problem' utama para karyawan dan juga pimpinan. Dan jika, hasil kerja dari/di rumah tidak menghasilkan hasil yang sesuai kebutuhan atau tugas yang diperintahkan pimpinan, tentu akan menjadi masalah berikutnya. Â Jadinya, ada kecenderungan tidak mudah melakukan tugas kantor melalui kerja di/dari rumah, karena menyangkut ketepatan dan kecepatan hasil kerja serta sesuai kebutuhan. Lalu apa yang harus dilalakukan?
Jadi, jelas bahwa mengurus urusan kantor di/dari rumah sambil melakukan pekerjaan rumah, bukam merupakan beban baru, melainkan menambah kenikmatan hidup dan kehidupan
MAR - JAKARTA SELATAN