Mohon tunggu...
Mba Adhe Retno
Mba Adhe Retno Mohon Tunggu... Administrasi - Ibu Rumah Tangga

http://retnohartati.8m.net

Selanjutnya

Tutup

Humaniora

Bercadar Hanya Sekedar sebagai Penutup Kepala

13 Maret 2018   13:46 Diperbarui: 13 Maret 2018   14:15 642
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Dokumentasi Kompasiana

Sekali lagi tentang cadar. Cadar, jilbab, kerudung, hijab, atau apalah istilahnya, tiba-tiba (kembali) menjadi tren percakapan di Medsos serta berbagai komunitas diskusi virtual, misalnya WA dan LINE. Apa pun istilah dan sebutannya, semua tertuju pada selembar kain berwarna polos (belakangan sudah ada dari kain batik), berbentuk bujur sangkar atau segi empat beraturan, dan berukuran satu meter. Kain tersebut, biasa digunakan oleh perempuan (di Indonesia oleh mereka yang beragama Islam), untuk menutup kepala, sehingga yang terlihat hanya wajah

Walau banyak pendapat pro-kontra tentang perempuan yang memakai atau pun tidak memakainya (dengan berbagai alasan), cadar telah menjadi bagian dari kelengkapan berbusana atau berpakaian banyak perempuan di dunia. Bahkan, cadar pun seringkali hanya sekedar asesoris atau pelengkap yang 'menempel' di kepala. Lalu, buat apa seorang perempuan memakai atau menggunakan cadar?

Lihat saja, ada banyak contoh di sekitar kita; di Kampus, Sekolah, Kantor, Pusat Perbelanjaan, Commuter Line, Bus Kota, dan lain sebagainya, banyak perempuan dari berbagai usia memakai cadar.  Namun, hanya sekerdar 'menutupi' kepala atau rambut. Cukup di situ. Cadar, yang katanya, sebagai dalah satu ciri wanita Muslimah, hanya sebagai pelengkap untuk menutup rambut atau pun kepala. Sedangkan bagian tubuh lainnya, termasuk dada, dibiarkan 'terbuka,' seksi, serta mempertontonkan lekak-lekuk tubuh. Ini lah atau itulah cara bercadar?

Di salah satu Grup WA, ada yang berkomentar bahwa, "Jika hanya menutup kepadala atau rmabut, itu bukan cadar. Penampilan seperti itu, diancam menjadi penghuni neraka, bahkan di ancam tak mencium aroma surga, dan dikategorikan sebagai wanita pezina ...;" ada juga komentar seperti ini, "Berjilbab namun berpakaian terbuka. Itu hanya sekedar bejilbab agar disebut beragama; asal pakai kerudung, poninya nampak atau pergelangan tangannya kelihatan."

Dengan demikian, jika cadar disebut sebagi penutup aurat, maka seharusnya juga tidak memperlihatkan bentuk-bentuk tubuh yang bisa membuat lawan jenis berimajinasi pada aurat perempuan atau si pemakai cadar. Katakanlah, kepada bercadar, celana jeans ketat, rok mini, atau kaos yang ketat sehingga bentuk payudara menonjol, dan lain sebagainya.

Jadinya, menurut saya, penggunaan atau pemakaian cadar, pada banyak perempuan di Indoneisia, hanya sekedarnyua saja atau 'asal memakai dan pakai asal-asalan.' Cadar, yang pada budaya aslinya di Timur Tengah, karena udara panas dan berdebu, maka berfungsi sebagai pelindung dari debu debu dan panas; serta berpakain longgar agar ada aliran udara sampai pada kulit, dan menurunkan suhu tubuh. Jadi, bukan seperti umumnya di Indonesia, bercadar namun dalam balutan celana atau pun baju ketat.

Ternyata, kita di Indonesia, hanya meniru dan sekedar meniru sedikit.

Ilustrasi (Buat Sendiri, Foto dari Wordpress dan Google)
Ilustrasi (Buat Sendiri, Foto dari Wordpress dan Google)
MAR - JAKARTA SELATAN

ARTIKEL TERKAIT

Jilbboobs Hanyalah "Eksibisionis Ringan"

Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun