Mohon tunggu...
ariya
ariya Mohon Tunggu... profesional -

Ariya

Selanjutnya

Tutup

Catatan

Andai Saja “Bantuan” Setan itu Aku Terima (Kisah Nyata)

3 Agustus 2013   11:33 Diperbarui: 24 Juni 2015   09:40 4481
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Sebelumnya, saya mohon maaf kepada teman-teman di kompasiana, jika saya sering memposting pengalaman nyata yang berkaitan dengan dunia ghaib, saya sama sekali tidak bermaksud untuk menggiring pembaca kepada hal-hal yang sifatnya mistik. Namun saya hanya menceritakan apa yang saya alami dan rasakan selama ini. Dan setiap menulis saya selalu tidak memberikan kesimpulan, karena saya sendiri juga merasa tidak begitu yakin bahwa apa yang saya lihat, apa yang dengar dan apa yang terjadi pada diri saya adalah sebuah kebenaran. Namun satu hal yang saya yakini bahwa makhluk ghaib itu ada. Soal bentuk makhluk ghaib yang begini dan begitu mungkin saja itu disesuaikan dengan suasana jiwa dan hati saya sendiri. Saya sendiri merasa bahwa sejak kecil saya sering mengalami hal-hal yang mengarah ke kehidupan ghaib. Dan bahkan saya lahir di tanggal 1 suro yang menurut kepercayaan orang Jawa, adalah hari yang dinaungin oleh aroma mistis. Namun, saya sebagai seorang muslim, tidak terlalu memikirkan hal tersebut, saya lebih suka berpikir yang rasional walaupun saya juga juga sangat menghormati tradisi, budaya dan nilai-nilai kearifan lokal disetiap daerah. Ada banyak kisah ghaib yang pernah saya alami dan selama ini selalu menjadi catatatn permanen di hati dan pikiran saya. Nah, ketika saat ini ada rubric kompasiana saya ingin berbagi pengalaman semoga ada hal-hal yang bisa diambil manfaatnya bagi orang lain.

Beberapa tahun lalu, sekitar tahun 2002 an, saya mengalami kondisi yang sangat buruk khususnya dalam hal ekonomi. Ujian yang sangat berat saya alami ketika saat itu saya seharusnya masih menikmati masa-masa pengantin baru. Intinya adalah ekonomi terpuruk sehinga saya mengalami kesulitan yang amat sangat. Saat itu saya bekerja apa saja (serabutan) untuk bisa memenuhi kebutuhan hidup sehari-hari. Tiap pagi saya pergi tanpa tujuan dengan niat hanya satu “mencari uang untuk bisa makan hari ini”. Setiap keluar rumah, saya hanya pegang uang yang sangat pas-pasan untuk naik angkutan umum 2 x saja. Saya tidak memikirkan bagaimana nanti pulangnya. Jadi setiap pagi saya berangkat dari rumah dan naik angkutan umum menuju suatu tempat yang tidak pasti. Pikir saya waktu itu: “Ayam saja, asal dia mau keluar kandang pasti akan mendapatkan makanan”, “Burung-burung itu, terbang dari sarangnya untuk mencari makan, dan ternyata dia pulang ke sarangnya membawa makanan buat anak-anaknya”. Jadi saya juga yakin bahwa saya harus keluar rumah untuk mencari rezeki, Entah kemana yang penting dari ber-ikhtiar keluar rumah.

Hampir setiap harisaya berkeliling kota dan hampir 90% nya saya lakukan dengan berjalan kaki. Rata-rata setiap hari saya menempuh perjalanan kakisekitar 20-30 km. Sepanjang perjalanan saya menemukan beberapa uang logam dan uang kertas yang jatuh. Setiap waktunya shalat saya selalu berusaha untuk mampir di masjid untuk berjamaah. Tidak jarang saya menerima uang dari jamaah masjid yang ngobrol dengan saya dan merasa kasihan dengan saya. Harapan saya sebenarnya hanya satu. Semoga Allah mempertemukan saya dengan orang baik yang bisa mengangkat saya dan bisa memberikan bimbingan agar saya bisa keluar dari semua kesulitan yang sedang menimpa.Sebetulnya itu tujuan saya melakukan tirakat jalan kaki setiap hari. Sedangkan mendapatkan uang 10 ribu atau 20 ribu sehari dari memungut uang jatuh dijalan atau menerima pemberian orang lain itu bukan tujuan saya. Tepat di hari ke 30 saya melakukan tirakat ini, saya mengalami suatu hal yang menurut saya adalah sebuah ujian dari Allah. Ketika itu saya sedang berjalan kaki mau pulang ke rumah yang jaraknya masih sekitar 10 km dari tempat saya berada. Saya berjalan menyusuri jalan antar kota yang panas menyengat. Dan seperti biasa sepanjang perjalanan saya selalu melakukan dzikir dengan Asma Ul Husna. Kira-kira kurang 2 km dari rumah, hari sudah menjelang magrib. Dan saya harus melewati sebuah jalan yang sunyi. Sebuah jalan yang selama ini terkesan angker, dimana ada sebuah makam tua yang penuh dengan pohon-pohon besar dan disebelahnya ada sebuah sungai besar yang airnya tidak jalan (artinnya sungai itu dalam) dan banyak ditumbuhi pohon-pohon besar.

Suasana begitu sepi dan hari sudah mulai gelap, saya melewati jalan didepan makam itu pas menjelang adzan magrib. Beberapa langkah dari makam itu saya merasakan angin yang berhembus ketubuh saya, sangat dingin dan saya merasakan sekujur tubuh saya merinding. Saya tetap berjalan dan cuek saja tidak menoleh kearah makam. Saya terus fokus kedepan sambil terus melakukan wirid. Sampai akhirnya ada sebuah suara yang berat dan besar menyapa saya “Mau dibantu Kang ?”. Saya menoleh ke belakang, tidak ada satu orangpun yang lewat jalan itu, saya noleh ke kirijuga tidak ada orang dan ketika saya menoleh kesamping kanan astaga. Ada sosok yang bertubuh tinggi besar,berbulu lebat seperti orang hutan berdiri didepan pohon besar. Saya bisa melihat dengan jelas postur tubuhnya namun saya tidak bisa melihat wajahnya, wajahnya tidak jelas seperti tertutup kabut.  Dialog yang kami lakukan dengan menggunakan bahasa Jawa.

“Kamu siapa ?” Tanya saya.

Dia tidak menjawab pertanyaan saya, namun kembali menawarkan bantuan

“Mau tidak saya bantu ?”katanya mengulang

“Bantuan apa ?”Tanya saya penasaran

“Saya akan bantu agar kakang tidak susah lagi” jawab sosok tinggi besar itu

Saya betul-betul terkesima dengan sikap dan tawaran itu. Maklum hampir selama 30 hari saya berharap bisa bertemu orang yang bisa membantu saya dengan tulus. Dan saya melihat ada ketulusan di sosok yang saya temui ini. Hampir saya bersorak kegirangan sebelum akhirnya saya sadar akan sosok yang sedang saya hadapi itu. Saya berpikir “Lho, bukankah ini bukan manusia ?”, kalau manusia kenapa bentuknya seperti ini. Dan sedetik kemudian saya baru sadar bahwa saya sedang berhadapan dengan makhluk ghaib entah sejenis genderuwo atau apa.Akhirnya saya langsung ingat cerita istri, yang mengatakan didekat rumahnya ada keluarga yang kaya raya, dia membuka usaha rumah makan dan maju pesat, namun satu persatu anggota keluarganya, anaknya, keponakannya, karyawannya meninggal secara tidak wajar. Ada yang naik sepeda dan jatuh kemudian meninggal, ada yang jatuh diparit kecil dan meninggal beberapa hari kemudian, ada yang tertabrak motor dan meninggal. Hampir saja saya menerima tawaran “manis” ini sebelum akhirnya saya ingat dengan cerita istri saya. Tak lama kemudian saya menoleh lagi ke sosok tersebut yang ternyata sebagian badannnya sudah tidak tampak. Hanya dada keatas yang bisa saya lihat dan kini saya bisa melihat dengan jelas muka nya. Sangat menyeramkan ternyata. Mirip dengan orang hutan namun memiliki taring yang tajam dan menonjol keluar dari mulutnya. Daun telinganya terlihat runcing ketas. Dan dia mukanya terlihat seperti marah. Dia memandang saya dengan tajam dengan raut muka yang ganas. Ketika itu perasaan saya cukup bergidik dan ngeri. Namun, saya tetap berdiri sambil wirid dan memegang tasbih yang memang sepanjang jalan selalu saya gunakan. Entah dari mana asalnya keberanian saya tiba-tiba muncul. Saya lemparkan tasbih saya ke tubuh sosok hitam tinggi besar itu dan klap, tubuh tinggi besar itu hilang dari pandangan saya dan saya hanya mendengar suara tasbih yang membentur pohon besar itu.

Tiba-tiba pula saya menjadi merinding dan kemudian saya cepat berjalan setengah berlari meninggalkan tempat itu tanpa sempat mengambil lagi tasbih yang tadi saya gunakan untuk melempar sosok ghaib itu. Sesampai dirumah, saya melihat istri saya sedang tidur. Dan saya langsung memeluknya sambil menagis dan bersyukur, saya sudah selamat dari ujian berat yang saya hadapi. Andai saja ketika itu saya terima tawaran makhluk itu, mungkin tak lama dari itu saya akan bisa mendapatkan kekayaan yang melimpah ruah dan saya akan menjadi “hamba setan”, Dan andaikan beberapa tahun lalu saya terima tawaran itu mungkin saat ini saya sudah jadi konglomerat namun saya juga mungkin sudah kehilangan orang-orang yang saya cintai dengan cara yang tragis. Beberapa waktu kemudian saya menemui seorang Ustadz dan menanyakan hal yang saya alami. Ustasz memberikan nasihat “jangan percaya dengan ucapan setan, karena mereka akan menjerumuskan hidup kita, Dan jangan pernah sekali-kali terlibat perjanjian apapun dengan mereka karena mereka pasti tidak akan pernah menepatinya, Jangan sampai keluarga kita jadi korbanatas apa yang kita dapatkan dengan jalan yang sesat”.

Mohon tunggu...

Lihat Catatan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun