Mohon tunggu...
Muklis B Rackman
Muklis B Rackman Mohon Tunggu... -

Nikmatnya hidup itu karena bersyukur

Selanjutnya

Tutup

Cerpen

Penyemangat, Penyemangat, Penjatuh cita-cita

24 November 2014   00:26 Diperbarui: 17 Juni 2015   17:02 20
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Cerita yang tak begitu penting tapi ya kalau dibaca dengan teliti terasa tetap tidak penting.. hahaha

dulu kala ketika masih duduk di bangku sekolah dasar, tentu kita semua memiliki cita-cita yang begitu besar dan tinggi sekali. seperti bintang dilangit. namun tak semua cita- cita dapat diwujudkan dengan mudah, ya seperti saya. dari kecil bercita-cita menjadi seorang Militer, namu ketika dewasa dan slesai SMA blm juga dapat mewujudkan cita-cita. sampai akhirnya kuliah dan sampai slesai juga dan gak kepikiran lagi tentang Tentara.

ngomong -ngomong masalah cita-cita, dulu ketika SD saya di tanya oleh seorang guru, " apa cita-citamu nak ?", tanya guru , saya jawab , "jadi tentara pak " pujian dan sanjungan pun terlontar dari bapak guru yang satu ini, rasa bangga dan besar kepala pun muncul pada diriku, berlanjut ke sekolah menengah pertama (SMP) pertanyaan yang sama pun di lontarkan oleh salah seorang guru, dan saya jawab "saya mau jadi seorang teknisi mesin , lalu hal yang sama pun terlontar dari bpk guru, pujian dan sanjungan yang begitu memberikan semangat.

dan ketika saya memasuki sekolah menengah atas (SMA) ada seorang guru kewarganegaraan, dan sampai sekarang pun saya masih ingat namanya ....................... (gak boleh disebut ) beliau bertanya. "hai muklis, apa cita-cita kamu ?" dan dengan santai saya jawab, "ya pak, cita-cita saya mau jadi presiden" dan sontak saja satu kelas dan bahkan guru ini pun menertawakan saya dengan terbahak-bahak. lalu saya bertanya, ada yang salah dengan jawaban saya ?. saya rasa semua manusia bebas menentukan apa yang menjadi keinginnan, ya memang mustahil dan hampir tidak mungkin saya akan menjadi seperti apa yang saya cita-citakan . lanjut ke guru tadi. lalu sang guru dengan gayanya yang agak gimana gitu dia berkata " lebih baik urungkan saja niat kamu " dan begitu terkejutnya saya , lalu di tambahkanya lagi "tak mungkin orang sipil seperti kamu mau jadi presiden, jadi DPR saja kamu belum tentu, mau jadi presiden",

sebelumnya tak pernah saya sangka, bahwa imbas dari jawaban saya akan seperti itu, dan disitu terjadi perdebatan antara saya dan guru saya, saya tidak terima karna seorang guru harusnya menjadi penyemangat bagi murid-muridnya, bukan menjatuhkan, mungkin hanya guru ini saja yang menjawab mimpi muridnya dengan nada seperti itu, istilahnya berkata sumbang .... hahahah..

hanya berharap setiap cita-cita dari anak-anak kita ataupun dari saudara-saudara kita haruslah tetap didukung, bukan dijatuhkan. mengarahkan dan menjatuhkan itu dua hal yang berbeda.

sekian cerita dari saya. terimkasih telah berkunjung.

see u next post MBR

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun