Mohon tunggu...
Mazz Karebet
Mazz Karebet Mohon Tunggu... karyawan swasta -

Sederhana dalam segala hal

Selanjutnya

Tutup

Cerpen

Akupun Bahagia Sekaligus Menangis...Walau Aku Lelaki

13 April 2012   12:53 Diperbarui: 25 Juni 2015   06:39 422
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
13342403651814592672



  • Besok adalah hari bahagia bagi dirimu,Aku yang terasing inipun harus semakin terasing saat harus menyaksikan hari bersejarahmu besok.


"Ehemm,ngelamun aja ron,mana bunga mawar plastik yang kemarin kamu beli..kok belum di pasang di vas keramik itu?" Kagetku mendengar tegurannya,dengan gagap dan seperti baru terbangun dari tidur Aku segera menjawab, 'emm..anu sin..anu,belum ku bawa kemari,masih di meja depan,tadi belum tak ambil" jawabku singkat.   "Istirahat dulu gih,dari tadi Aku lihat kamu menata kamarku dan membantu mendesain sedemikian rupa,apa nggak cape?",Sinta bertanya sambil tersenyum menatapku.   Tatapan itu,walau ramah sebagai wujud persahabatan,tapi bagiku adalah tatapan pengharapan akan isi hatiku,akh..Aku terlalu mendramatisir sesuatu,apa mungkin Sinta tahu?,tapi sudahlah Aku harus tetap mendukungnya dalam situasi apapun.  "Eh,iya Sin...Aku lapar ni,juga haus,mana jus apel sama kue bolunya?" Jawabku untuk menyembunyikan air mukaku yang berubah karena tatapannya yang membuatku seolah dapat perhatian lebih darinya.


  • Pagi sekali Aku sudah terbangun,waktu menunjukkan pukul 05:10 pagi,ku lirik ponselku yang tergeletak di meja kecil samping kasur,ku ambil dan ku aktifkan,hmm..nggak ada panggilan masuk ataupun sms.  Ku rapikan selimut serta bantal lalu Aku melangkah ke wastafel usang di pojok dekat pintu kamar,ku usapkan air ke wajah,terasa segar meski mata agak sepat.  Nada dering careless whisper di ponselku berbunyi,ada panggilan masuk,ku sambar ponselku segera ,"halo...pagi ron,kamu dah bangun ya..." satu sapaan halus terdengar,"pagi juga sin,jawabku singkat.  "Jangan lupa ron,nanti jam 10 kurang kamu sudah harus di masjid ya,soalnya akad nikah jam 10 tepat,Om sama Tanteku sudah datang semalem,rencananya nanti Om Jaya yang akan menjadi wali dari pihak keluarga mewakili almarhum papa...ingat,kamu harus datang sebelum jam 10...ok?"  Aku terdiam sejenak,"oke sin.. aku datang nanti sebelum jam 10.


"Mas nadrinya ada mbak?',tanyaku ketika seorang perempuan muncul membukakan pintu kamar kost samping kamarku.  "Eh..Roni,mas Nadri nya sedang tidur,kemarin mas Nadri masuk shift malem,tadi pulang jam 2 pagi,jadi jam segini belum bangun,ada apa ya?"  Tanya perempuan yang ku panggil mbak di depanku penuh selidik. "Owgh,masih tidur ya,emm bisa di bangunkan sebentar nggak mbak,saya ada perlu sebentar"     '"Mbak nggak berani bangunin dia ron,nanti aja ke sini lagi antara jam 10 an,mas Nadri pasti sudah bangun,ya?"   "Ya sudah mbak kalo begitu,nanti saya ke sini lagi",jawabku lemas,dalam hati Aku berkata,"Mbak ini sepertinya tidak senang tiap kali Aku nyari suaminya,apa karena sudah dua kali ini Aku pinjem motornya mas Nadri?,ah sudahlah...siapa suruh nggak punya motor"  Mana sudah jam 8 lewat lagi,cuma mas Nadri satu-satunya orang yang bisa di ajak gantian...dalam bimbangku,Aku memutuskan jalan kaki ke pangkalan ojek di depan gapura kampung.
Sampai di masjid Al-Falah ku lihat banyak mobil dan belasan motor terparkir di halaman masjid dengan rapi,begitu sampe pintu masuk masjid seorang kerabat menyambutku dengan senyum ramah ,"Ron,ayo ke rumah sakit dulu"   " Lho,ada apa pak Din,memangnya siapa yang sakit? tanyaku heran.  "Omanya Sinta..tadi tiba-tiba beliau pingsan di dalam masjid,Sinta bilang padaku suruh ngajak kamu ke rumah sakit buat nemenin Omanya Sinta,karena pak Jaya  pamannya Sinta yang  jadi wali pernikahan masih di rumah sakit,tadi sewaktu Omanya Sinta pingsan langsung di bawa ke rumah sakit sama pak Jaya,lha kamu harus gantiin pak Jaya buat jagain Omanya Sinta"

"Sebentar pak Din,saya harus menemui Sinta dulu..."
"sebentar lagi penghulunya datang Ron,nggak ada waktu lagi,ayo cepat..."


  • Akupun melangkah mengikuti pak Din,dengan berboncengan motor kami berdua meninggalkan halaman masjid,selama setengah jam perjalanan menuju rumah sakit hatiku selalu bimbang,di satu sisi Aku tidak ingin melewatkan hari yang sangat bersejarah bagi gadis yang sangat ku cintai ini,tapi di sisi lain, Aku yang selalu berusaha menyenangkan hati Sinta tidak kuasa menolak pinta nya walau melalui pak Din.


Di salah satu kamar rumah sakit,nampak tergolek lemah sosok perempuan tua usia 80 tahun,ya..Omanya Sinta ini adalah sosok yang sangat sabar dan tegar,nampak di samping beliau duduk seorang pria setengah baya yang bukan lain anaknya,adik Almarhum papanya Sinta.


  • "Selamat pagi Om,gimana keadaan Oma? tanyaku  pada Om Jaya yang bangkit berdiri ketika melihatku memasuki ruangan.  "Sudah siuman kok Ron,kata dokter nanti sore juga sudah boleh pulang,o iya Ron,Om minta tolong padamu ya,tolong gantiin Om jagain Ibu,sekarang sudah jam 9,Om harus segera kembali ke masjid,barusan istri Om telepon penghulunya sudah datang,nanti setelah acara akad nikah selesai kami sekeluarga langsung kembali ke rumah sakit ini untuk menjaga Oma sekalian membawanya pulang ke rumah" sambungnya  .

  • "Baik Om"
    "Kamu ke sini sama siapa Ron?"

  • "bareng sama pak Din Om,tapi pak Din nya langsung balik ke masjid",jawabku singkat.

  • "Ya sudah,sebelumnya terima kasih ya Ron,Om tinggal dulu ya?"  "Ya Om" .


Dua jam lebih Aku duduk di sofa kamar rumah sakit,sesekali ku pandangi Omanya Sinta yang sesekali bergerak pelan,ku raba kantong kiri celanaku..Astaga,di mana ponselku,celaka...pasti tertinggal di kamar,aduh..bodohnya diriku,pasti tadi ketika buru-buru meninggalkan kamar kost Aku lupa membawanya,kumat lagi penyakit lupaku..." gumamku lirih sambil mengelus-elus rambutku."Di mana Aku...", tiba-tiba Oma membuka suara,lirih tapi cukup terdengar.  "Syukurlah Oma sudah baikan,Oma ada di rumah sakit sekarang,tadi Om Jaya membawa Oma,karena Oma pingsan di masjid",Aku menjawab sembari berdiri mendekati tempat tidur di mana Oma menggeletak.  "Kok kamu di sini nak,mana Jaya?" Oma bertanya seraya memandangku seperti heran.
"Anu Oma,Om Jaya kembali ke masjid,karena tadi ketika Oma di bawa ke rumah sakit,acara akad nikah sudah hampir di mulai,khan Om Jaya sebagai walinya,lalu Om jaya meminta tolong kepada saya agar jagain Oma,bentar lagi keluarga Oma juga ke sini,Om Jaya bilang setelah acara selesai akan segera ke sini sekeluarga,sekalian membawa Oma pulang ke rumah" "Nak Roni,Oma merasa bahagia sekali nak Roni sudah mau jagain Oma,terima kasih ya nak".  "Jangan begitu Oma,saya ini selalu menganggap Oma sudah seperti mamaku sendiri,walau saya nggak pernah tahu wajah Ibu saya,jadi kapanpun Oma membutuhkan saya,saya akan berusaha untuk tidak mengecewakan Oma"

Kamipun terdiam sejenak,Tok..tok...permisi,terdengar pintu di ketok,lalu masuklah beberapa orang, Om jaya melangkah masuk sambil tersenyum,hampir berbarengan bersama  istrinya serta anak perempuan mereka yang sebaya denganku,di belakang mereka menyusul melangkah masuk dua orang,seorang lelaki gagah memakai setelan jas biru tua dengan hiasan setangkai mawar putih di saku kiri atas,menggandeng tangan seorang perempuan dengan dandanan pengantin yang di padu dengan batik sebagai kebayanya,perempuan ini bukan lain adalah Sinta,sambil tersenyum Sinta menyapaku ramah ,"Maaf ya Ron,merepotkanmu terus,sekali lagi terima kasih kamu sudah menjaga Oma..."   Aku hanya mengangguk pelan,Aku sedikit menyingkir dari tempatku berdiri,memberi celah kepada mereka untuk berdiri dekat dengan Oma.  Satu persatu mereka saling bergantian mencium tangan Oma dan langsung tenggelam dalam obrolan-obrolan kecil,sesaat Aku seperti terlupakan.  Tiba-tiba Sinta menggandeng tanganku,mendekatkan Aku dengan pria yang sudah resmi menjadi suaminya.   "Mas Dwi,inilah Roni yang sering saya ceritakan di telepon" kata Sinta. Sang suami yang di panggil Sinta mas Dwi pun langsung menjabat tanganku,dengan senyum ramah suami Sinta ini menyebutkan namanya,"Dwi Pratama,senang bertemu denganmu Roni,Sinta banyak cerita tentangmu".
"Selamat ya,bagaimana acara akad nikahnya?"
"Alkhamdulillah,semua lancar-lancar saja,dan terlaksana dengan baik",jawab suami Sinta sambil melirik Sinta yang agak gugup ketika mata kami bertemu pandang.


  • Di dalam mobil sepanjang perjalanan dari rumah sakit menuju rumah Omanya Sinta Aku hanya terdiam,Aku semobil bersama Om jaya,sedangkan Sinta bersama suaminya naik mobil bersama keluarga sang suami,iring-iringan mobil rombongan kamipun sampai di rumah Omanya Sinta.    Setelah beberapa jam lamanya berbincang-bincang hangat,Akupun pamit pulang kepada seluruh keluarga Oma termasuk Sinta dan suaminya.     Aku langsung merebahkan tubuhku di atas tempat tidur,pikiranku melayang jauh...Aku teringat ponselku,Aku bangun dan duduk di tepi ranjangku ,ku arahkan pandanganku ke semua sudut kamarku,pandanganku terbentur ke keranjang kecil di mana ku letakkan pakaian kotorku,Aku melangkah mendekati keranjang dan mengambil celanaku,ku rogoh kantong depan sebelah kiri,haa...ternyata nyelip di sini,rupanya tadi Aku lupa,setelah ganti celana langsung saja ngeloyor pergi".Ku pandangi layar ponselku,ku pencet tombol aktif ponselku,ada pesan masuk,ku buka ke kotak masuk ternyata pengirimnya Sinta,langsung ku buka isi pesan tersebut dan membacanya  :


Asslmlkm,Roni..terima kasih ya atas semua yang telah kamu lakukan untukku, entah kapan  Aku bisa membalasnya,Aku teringat Oma berkata kepadaku.." Sinta,Oma merasa lega mendengar kamu akan segera menikah,Oma berharap semoga suami kamu bisa menjagamu,karena tugas Oma sudah selesai..... sudah ada orang yang menjagamu menggantikan Oma,semoga suami kamu  bisa melakukannya,Oma sangat berharap suami kamu seperti Roni,karena Oma tahu,bahwa Roni sangat menyayangimu,Roni mengingatkan Oma pada almarhum suami Oma,almarhum Opa sangat setia kepada Oma,tulus mengabdi pada cinta..  sosok seperti itulah yang Oma lihat dalam diri Roni,orang yang selalu ada buat Sinta dan juga Oma dalam situasi apapun....   Ron,maafkan Aku ya...Aku baru tahu ternyata Oma sangat mengharapkan kamu sebagai suamiku,tapi jodohku lain Ron,karena selama ini Kamu selalu membisu kepadaku,kamu tak pernah mengutarakan putihnya isi hatimu kepadaku,sekali lagi maafkan Aku Ron...Aku hanya gadis tolol yang tak mampu melihat ketulusan cinta di depan mataku...

wassalam
Sinta-MU

Ku hanya duduk terpaku di pinggir tempat tidurku,terdiam..ku remas jemari tanganku... Bukan Kamu yang tolol Sin,tapi Akulah yang tolol dan pengecut dalam kebisuan hatiku...." Tatapanku kosong ke depan,ada aliran-aliran kecil di sisi kedua mataku,menyentuh bibir yang terkatup........

Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun