Hari AIDS sedunia baru saja dilalui dengan menyisakan kontroversi. Adanya bis yang membagikan kondom gratis ke masyarakat adalah salah satu topik hangat. Kehebohan ini cukup beralasan karena seolah-olah Kemenkes mendukung legalitas "free sex" asalkan "safe sex" dengan menggunakan sarung karet yang bentuknya lucu itu. Bis yang dipergunakan untuk sarana keliling dalam pembagian karet tipis juga tidak kalah provokatif: bergambar Julia Peres berbaju merah dengan pose yang menggoda syahwat kaum pria. "LAKUKAN SAJA, TIDAK MASALAH asalkan memakai pelindung" mungkin itu pesan yang hendak disampaikan si pemrakarsa kegiatan itu. Bahkan di negara Belanda yang liberal pun tidak dengan norak bin menjijikkan membagikan kondom secara langsung ke rakyatnya. Poster yang menampilkan akibat dari AIDS berupa kematian dan penyakitlah yang ditonjolkan dengan maksud ada efek jera.
Pembagian kondom gratis memang tidak akan menyelesaikan permasalahan penyebaran AIDS di seluruh penjuru dunia. Karena sejatinya penyebaran virus HIV sang biang penyakit AIDS juga bisa melalui jarum suntik tidak steril yang dipakai bergantian, transfusi darah yang tercemar virus. Penyebaran virus itu melalui hubungan sex, kenapa itu menjadi isu yang dominan? Ya karena memang sesuai dengan hukum alam juga bahwa, seiring kemajuan teknologi manusia, moralitas akan kembali merosot ke masa zaman batu, periode sebelum Adam diturunkan ke bumi. Perilaku manusia yang semakin menghalalkan free sex memang telah meng-global. Tidak usahlah menyalahkan negara mana atau kaum mana yang mempelopori, tapi kenyataannya memang saat ini bahkan di negara mayoritas Islam terbesar di dunia ini juga semakin banyak dijumpai. Kebijakan pemerintah negara ini memang reaktif dan seringkali hanya bersifat jangka 10 meter di depan mata (=untuk menyebutkan jarak sangat pendek!). Pembagian karet pelindung alat kelamin bukan solusi untuk mengatasi akar masalah dan cuma menghambat penyebaran AIDS saja.
Benarkah AIDS tidak ada obatnya? YA sampai saat ini belum ditemukan obatnya dan bisa jadi tidak akan ditemukan obatnya jika teknologi manusia semakin tidak bersahabat dengan alam. Trend back to nature, go green atau apalah yang kembali ke alam mungkin dirasa terlambat setelah manusia berbuat kerusakan yang nyata di muka bumi. Hubungannya dengan penyakit AIDS? pasti ada... sampai saat ini diklaim sebagai penyakit yang tidak ada obatnya, TAPI manusia dengan kebodohannya bahkan menghancurkan tempat-tempat yang berpotensi menjadi sumber obat bagi penyakit-penyakit di masa depan. PENGHANCURAN HUTAN adalah salah satu bukti nyata kebodohan manusia.
Hutan terutama hutan hujan tropis dengan segala macam tumbuhan di dalamnya bahkan belum tergali segala potensinya oleh manusia. Manusia hanua menginginkan kayu dari tumbuhan besar di dalamnya dan mengabaikan kelangsungan hidup tumbuhan lainnya yang ikut musnah karena hilangnya naungan dari rimbunnya daun pohon-pohon berkayu besar. PADAHAL manusia dengan keterbatasan ilmunya tidak mengetahui bahwa kemungkinan dari tumbuhan-tumbuhan kecil yang selama ini diabaikan ternyata mengandung khasiat obat untuk penyakit yang saat ini diklaim belum ada obatnya. Kalau demikian kejadiannya, bisa jadi memang AIDS akan menjadi penyakit yang tidak tersembuhkan karena bahan pembuat obatnya telah punah duluan.
Ternyata kerusakan alam, munculnya penyakit yang aneh-aneh seiring dengan kemajuan teknologi adalah sebuah keniscayaan. Sejatinya manusia dikaruniai akal pikiran dan nurani supaya berjalan beriringan ke arah kebaikan. Tapi seringkali akal pikiran berkreasi sedemikian rupa sehingga menimbulkan pengaruh buruk berupa sifat sombong, serakah, dungu yang menutupi kebaikan yang akan ditampilkan oleh nurani. Kasus AIDS adalah sebagian kecil dari permasalahan yang akan dihadapi manusia di masa depan dengan kemajuan teknologi dan kemerosotan moralnya.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H