Akhir-akhir ini masyarakat banyak disibukkan dengan geliat aktivitas politik nasional atau daerah. Pembahasan di dalam lingkungan pertemanan atau keluarga seringkali disibukkan dengan pembahasan pilihan calon presiden atau legislatif.
Adanya fenomena politik "tusuk sate" hadir sebagai istilah yang menggambarkan sebagian kondisi masyarakat Indonesia. Istilah tersebut digunakan untuk menggambarkan langkah-langkah yang dilakukan oleh para politisi untuk menggaet target pemilih.
Strategi dalam menggaet target pemilih tentu sangatlah bervariatif, mulai dari mengadakan pemasangan baliho, bantuan sosial, bantuan pembangunan, bahkan pemberian uang kepada masyarakat. Semua langkah tersebut tentu diharapkan mampu meyakinkan masyarakat untuk membantu mereka.
Namun fenomena tersebut seolah-olah justru menyebabkan masyarakat akan berfikir pragmatis dan tidak terdidik dengan baik. Dikarenakan masyarakat nantinya akan terbiasa untuk menerima bantuan terlebih dahulu, baru mau untuk memilih calon tersebut. Sehingga masyarakat seringkali menerima bantuan dari beberapa calon, kemudian mereka akan memilih calon yang memberikan bantuan lebih banyak. Tentu kejadian seperti itu membuat rasionalitas masyarakat untuk memilih calon pemimpin akan terhambat dengan urusan-urusan materiil.
Fenomena tersebut diibaratkan seperti tusuk sate, dimana para calon tersebut siap memberikan apapun untuk kepentingan suara dia. Kemudian masyarakat ibarat seperti daging yang siap untuk ditusuk dengan segala macam bentuk bantuan yang diberikan.
Terjadinya fenomena tersebut tentu perlu menjadi perhatian bagi kita agar menyadari pentingnya pendidikan politik. Dengan tingginya pendidikan politik di masyarakat tentu bentuk politik transaksional kepada masyarakat dapat diminimalisir.
Tidak cukup di masyarakat untuk diberikan pencerdasan politik, namun infrastruktur penyelenggara pemilu harus bertindak tegas dalam menghadapi fenomena seperti ini. Agar hari ini calon-calon pemimpin di negeri ini dapat memiliki kualitas, etika dan moralitas yang bisa dipertanggungjawabkan.
Hal ini menunjukkan perlu adanya langkah yang serius dan konkret dari semua lini untuk mengatasi masalah yang terjadi hari ini dan tetap menjaga iklim demokrasi di Indonesia dengan rasional.
"Pemimpin Kalian adalah Cerminan Diri Kalian"
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H