Masalah, ah kenapa harus masalah yang kita bahas. Dengan segala hormat dan takzim kepada para pembaca, yang saya tuangkan dalam susunan kalimat ini adalah gagasan dan imajinasi yang terpendam lama sekali. Terinspirasi oleh cerita dan keluhan beberapa sahabat dekat yang bercerita pada saya, entah kenapa mereka begitu percaya kepada saya. Bahkan, kadang kala ada yang bercerita hal-hal yang tabu menurut saya.
Selesai bercerita, mereka menanyakan pendapat saya bagaimana kira-kira solusinya. Tetapi yang menarik adalah dari usia umumnya sahabat saya lebih tua dari saya dan ada yang menjadi bos saya dikantor (hubungan yang kami bina memang lebih ke persahabatan tidak formal atasan-bawahan, meskipun begitu saya tetap menjaga etika), jadi saya mesti hati-hati dan tidak merasa lebih tahu dari mereka. Tentunya, saya lakukan karena rasa hormat dan sayang saya pada mereka yang begitu baik dengan saya. Jadi, ketika dalam obrolan santai tapi juga serius ....
Saya sering mengatakan dan berulang-ulang meski dalam lain kesempatan:"Jadikan masalah itu sebagai sahabat". Kenapa? Apakah kita akan jadi trouble maker ? Dalam hati saya hanya tersenyum dan mencoba memakluminya.
Sudah menjadi fitrah manusia bahwa hidup ini adalah ujian, yakni kita mengenal Qodar baik dan buruk. Jadi tidak perlu risau dengan masalah yang datang menghadang, karena semua manusia di muka bumi ini pasti punya masalah. Sekarang tinggal, bagaimana kita mengelola masalah kita. Toh, masalah itu sesuai dengan kemampuan kita karena Allah tidak pernah menguji umat-Nya di luar batas kemampuannya.
Sebagai seorang hamba dari Sang Maha Pencipta, sesungguhnya masalah yang kita hadapi itu adalah ibarat puluhan soal matematika yang tentu sudah ada kunci jawabannya. Demikian juga dengan setiap masalah yang kita hadapi, pasti sudah ada solusinya tinggal bagaimana kita mencari jawabannya. Sulitkan? Walaupun memang tidak mudah tetapi juga tentu tidak sulit, bagaimana kesabaran kita dan keikhlasan kita dalam menerima dan menyelesaikan masalah itu.
Untuk tetap stabil ketika kita terbentur masalah yang mungkin membuat kita hampir goyah, adalah dengan kita mengenali diri kita dahulu lebih mendalam. Siapakah kita? Tentunya hanya kita yang mengerti, sebab "dalamnya laut bisa kita ukur tetapi hati manusia siapa yang tahu". Selalu berpikir positif untuk mengenal diri sendiri, keluarga dan orang-orang disekitar kita, mengenali kekurangan-kekurangan kita dan memaklumi kekurangan-kekurangan keluarga dan orang-orang di sekitar kita.
Jangan pernah punya merasa lebih .... atau paling, jangan pernah mengingat kekurangan orang lain tapi ingatlah kebaikannya. Hormati sesama kita meskipun mungkin oleh karena keadaan ia berada di bawah kita, tetapi tetaplah menghormati sesuai harkat dan martabatnya. Jadi, tetaplah menjadi pribadi yang rendah hati dan menghormati sesamanya.
Kenali masalah itu dengan sabar, jujurlah dengan kemampuan kita, jangan hidup dalam mimpi atau kemegahan masa lalu. Yakini, bahwa masalah itu Sunatullah dan kita hanya hamba yang wajib berikhtiar. Menjadi hak Allah perihal hasil atas ikhtiar kita, sehingga tidak ada kata gagal ketika kita yakini bahwa itu semua sudah menjadi Kehendak-Nya. Menerima setiap Keputusan-Nya dengan ikhlas, tanpa melemahkan semangat kita untuk berusaha/berikhtiar. Jalani hidup sesuai kemampuan, hindari hidup "lebih besar  pasak daripada tiang".
Berpikirlah terus tentang masalah yang akan datang, dengan berdoa memohon petunjuk-Nya mencari beberapa solusi alternatif dengan berbagai pilihan. Sehingga, manakala masalah itu datang menghampiri kita, kita telah dapat mendeteksi dari awal dan telah memiliki konsep solusinya. Jadi, hidup dengan konsep melalui renungan-renungan yang selalu kita lakukan. Bertukar-pikiran dengan teman-teman yang sarat dengan pengalaman, akan membuat kita semakin memahami arti sebuah kehidupan dengan suka dan dukanya.
Sebagai ilustrasi sederhana seperti yang pernah saya dapat dari seorang sahabat (next time akan saya ceritakan dalam kesempatan berikutnya) :
"Kita gunakan falsafah catur dalam menyusuri kehidupan ini, ketika kita melangkah pasti akan kita hitung dampak baik dan buruknya. Semakin kita dapat prediksi langkah itu jauh ke depan beberapa langkah, tentu kita akan semakin punya peluang untuk menjadi pemenang. Jadi, ketika satu langkah maju perhitungkan langkah-langkah ke depan berikutnya dengan segala dampaknya".
Demikian ringkasan tentang beberapa sahabat saya dalam aktivitas kami sehari-hari, baik di rumah maupun di kantor. Hubungan personal lebih kami utamakan daripada hubungan fomal-kedinasan, kami saling berbagi baik suka maupun duka. Sebagai pesan untukmu sahabat : "Jadikan masalah itu sebagai sahabat, jangan kau hindari tapi cari solusi, terimalah dengan ikhlas setiap Keputusan-Nya atas hidupmu ...."
Industrial Town, 29 Juni 2010.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H