Difteri merupakan penyakit infeksi yang disebabkan oleh kuman berjenis bakteri bernama Corynebacterium diphtheriae. Difteri merupakan penyakit menular yang bila ditemukan satu kasus saja di sebuah daerah, maka daerah tersebut dinyatakan KLB (kejadian luar biasa) atau wabah (permenkes 1501 tahun 2020). Selain dari segi epidiemiologi, pasien dan keluarga juga menjadi perhatian tenaga medis dalam hal ini. Difteri merupakan penyakit yang sering muncul pada anak-anak. Penyakit ini masuk dalam cakupan imunisasi wajib, yaitu 1-5 tahun DPT-HB-Hib, 5-7 tahun vaksin DT, anak >7 tahun vaksin Td. Kejadian difteri pada orang dewasa sangat jarang ditemukan, kecuali pada orang-orang dengan daya tahan tubuh rendah/imunokompromis (HIV, penderita kanker).
sakit-rumah sakit yang ditunjuk sudinkes. Tata cara untuk mendapatkannya dengan menunjukkan bukti foto dijumpai pseudomembran pada tenggorokan dan berkomunikasi langsung dengan tim surveilans difteri. Penyelidikan epidemiologi dilakukan (paralel dengan pengobatan/ADS) dalam waktu 2x24 jam setelah ditemukan sangkaan kasus. Tujuan penyelidikan epidemiologi untuk mengisolasi kasus agar tidak menularkan dan mendapatkan informasi untuk melakukan penanggulangan dan pengendalian KLB.
Saat mendapatkan anak yang sudah disangkakan mengalami infeksi difteri. Petugas kesehatan akan secara paralel melakukan terapi dan pelaporan kepada sudinkes (suku dinas kesehatan) setempat atau penyelidikan epidemiologi. Antidifteri serum (ADS) merupakan terapi defteri yang tepat, obat ini tersebar di rumahHal yang sangat sulit saat menjadi pasien. Anak ditemukan demam tinggi, nyeri menelan, leher teraba membsar atau dijumpai gerenjel (bull neck), dan yang sangat penting adalah dijumpai pseudomembran. Pseudomembran merupakan selaput berwarna keabuan yang biasanya ditemukan di tenggorokan. Namun tidak hanya itu, pseudomembran juga dapat dijumpai di seluruh saluran napas seperti hidung dan saluran napas yang lebih bawah (trakea, bronkus). Pada beberapa kasus yang terlambat diberikan pertolongan, pseudomembran sudah terlanjur menyebar ke saluran napas bawah sehingga menyebabkan anak sulit bernapas dan berujung pada kematian. Saat anak disangkakan mengalami infeksi difteri anak harus menjalani pengobatan yang cukup panjang untuk mengeleminasi kuman dan mencegah komplikasi.
Menjadi ayah dan ibu anak yang sakit difteri. Diperlukan orangtua yang memberikan support penuh kepada anak bersama tim tenaga kesehatan untuk bersama-sama menjalankan terapi yang tidak pendek dan cukup memelahkan bagi anak secara fisik dan emosional. Anak akan dilakukan swab tenggorokan untuk membuktikan adanya kuman C. diphtheriae dan sekaligus mengambil gambar pseudomembran. Proses ini mungkin sangat tidak nyaman bagi anak karena selain tenggorokannya sudah sakit anak juga diminta untuk membuka mulut. Swab/apus tenggorokan dilakukan sebagai pengambilan bahan sampel kultur dan pewarnaan Albert. Hasil akan keluar 2 hari - 1 minggu, bila hasil menunjukkan positif difteri, maka anak akan melanjutkan terapi antibiotik selama 14 hari. Terapi antibiotik dapat menggunakan antibiotik suntik atau yang diminum. Untuk anak-anak dengan gejala klinis difteri berat, maka antibiotik diberikan melalui suntikan. Penyuntikan dilakukan setiap hari selama 14 hari. Anak juga dilakukan skrining jantung, ginjal, dan saraf untuk menghindari komplikasi racun-racun C. diphtheriae.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H