Mohon tunggu...
Mazhend Hendrijanto
Mazhend Hendrijanto Mohon Tunggu... -

SangGURU yang selalu ingin menjadi GURU.

Selanjutnya

Tutup

Pendidikan

Mendidik Dengan Karakter

24 September 2013   23:08 Diperbarui: 24 Juni 2015   07:26 83
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Pada suatu hari, di sebuah sekolah menengah. Saat jam istirahat, ada perkelahian antara dua murid laki-laki di kelas. Kerumunan murid pun berakhir saat seorang guru datang menengahi dan melerai mereka. Tidak lama kemudian, saat pelajaran berikutnya akan dimulai, SangGURU masuk ke kelas tersebut dan langsung menyampaikan maksud kedatangannya.

“Thoriq, kamu nanti datang kantor Bapak, jam 3 sore.”Seisi kelas terdiam sedangkan murid yang dimaksud seketika berwajah pucat pasi.
“Baik Pak,” ia menjawab lemah. Habis aku! Pasti akan dimarahi dan dikenai sanksi gara-gara perkelahian tadi, begitu pikir Andika.
Tepat pukul 3 sore, Thoriq telah ada di depan kantor dan mengetuk pintu ruangan SangGURU. Jantungnya berdegup keras dan tubuhnya serasa lunglai.

“Masuk!” terdengar suara dari dalam. Thoriq pun masuk. Dengan takut-takut, ia berdiri dekat meja kepala sekolah, sambil menundukkan kepalanya dalam-dalam.
“Duduklah Thoriq. Kamu tentu sudah bisa menebak, kenapa Bapak memanggilmu kan? Tentu berkaitan dengan perkelahianmu tadi,” kata SangGURU yang diikuti anggukan kepala Thoriq.

Lanjutnya, “Thoriq telah melanggar peraturan tentang tidak boleh berkelahi di dalam lingkungan sekolah, apalagi di kelas. Tetapi ada beberapa hal yang ingin bapak sampaikan berkaitan dengan kasusmu ini. Pertama, bapak senang kamu datang tepat waktu, itu menunjukkan kamu adalah anak yang disiplin.” Beliau membuka laci mejanya, mengambil sebuah permen, dan meletakkannya di meja.

“Kedua, bapak menghargai kedatanganmu saat ini. Artinya kamu menghargai bapak sebagai gurumu. Kamu adalah anak yang berjiwa besar dan siap bertanggung jawab. Betul begitu Thoriq?’ Kembali Thoriq mengiyakan dalam diam. Beliau mengambil permen dan meletakkannya lagi di meja.
“Bapak sudah berbicara dengan beberapa guru dan mendengar dari beberapa temanmu. Kamu berkelahi dengan Stanley karena membela teman perempuan yang dilecehkan olehnya. Benar begitu? Bapak salut. Ini pertanda kamu adalah seorang gentleman, laki-laki sejati. Tapi ingat: berkelahi bukanlah pilihan untuk menyelesaikan masalah. Thoriq harus lebih bijak dan jelas, bukan dengan berkelahi seperti tadi.” SangGURU meletakkan sebuah permen lagi di atas
meja.

“Nah yang terakhir, karakter positif yang telah Thoriq tunjukkan hari ini harus dipertahankan dan dikembangkan di masa depan. Bapak yakin kamu akan berubah dan akan maju di kemudian hari. Belajar lebih baik Thoriq, oke?” Sambil tersenyum, beliau menambahkan satu buah permen lagi di meja dan menyodorkan permen-permen tersebut ke arah Thoriq. “Ambillah hadiah dan kenang-kenangan dari Bapak ini!”

Thoriq yang awalnya ketakutan akan mendapat hukuman, dan tidak menyangka justru mendapat “penghargaan” dari SangGURUnya, mengangguk mantap. “Terima kasih Pak. Saya sangat terkejut. Bapak tidak menghukum saya bahkan memuji dan menghargai saya. Saya berjanji, pasti berubah dan akan lebih rajin belajar untuk masa depan saya sendiri.”

Renungan :
Betapa pentingnya nilai budi pekerti ditanamkan kepada anak-anak sejak dini. Kita tahu, mereka kadang melakukan kesalahan tetapi kalau cara kita sekadar keras dengan hanya menghukum tanpa diberi pengertian yang baik, tentu akan melahirkan ketidaksehatan perkembangan mental. Antara lain, bisa menimbulkan sakit hati, dendam, kebencian,depresi, putus asa, dan sifat-sifar negatif lainnya.

Akan tetapi bila kita mampu memberikan pengertian sekaligus menanamkan budi pekerti yang baik, sekalipun ada hukuman, tetap nilainya akan berbeda. Harga diri dan kepercayaan diri anak-anak tetap terjaga dan sangat positif dalam pertumbuhan di kehidupan mereka selanjutnya.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Pendidikan Selengkapnya
Lihat Pendidikan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun