The Origins Of Beauty; Mengapa Perempuan Tidak Pernah Cantik?
Pada suatu malam saya menemukan salah satu adek kelas saya yang mengepost status Whatsapp yang merendahkan dirinya sendiri; biar dah, kita perbaiki diri dulu baru orang mau sama kita. Ucap statusnya. Â Dan sebab iseng, saya pun mengomentari statusnya tersebut "spill...spill...spill...kakak kepo nih!" canda saya. Namun tak terduga, ia menjawab;
"Iya kak, mau perbaiki diri dulu baru ada yang mau sama saya kak, soalnya saya gemuk, jelek lagi! Mana ada yang mau, makanya mau perbaiki diri dulu baru ada yang mau sama saya"
Saya kemudian diam beberapa detik sebab ingatan saya melalang buana ke setahun yang lalu, tepat ketika saya menjabat menjadi bagian kaderisasi di salah satu organisasi eksternal PMII. Dan kasusnya sama, namun saya tahu anak itu walaupun kami beda jurusan, ia memiliki kulit putih seperti bulu angsa, memiliki tatapan yang menenangkan, senyum manis, dan kekanak-kanakan. Ia cantik. Saya bahkan tidak perlu kuliah tinggi-tinggi hanya untuk mendefinisikan kecantikannya. Ia cantik dan sebenar-benarnya cantik. Namun dia mengatakan secara terang benderang bahwasanya dirinya jelek, sebuah pengakuan yang membuat pada akhirnya saya bertanya,
"Mengapa kamu insecure?"
"Karena orangtua saya bilang kalau saya jelek"
Dan saya terdiam.
Pada zaman serba teknologi dimana media sosial hampir mengambil alih peran segala hal dalam kehidupan kita, kita tentu pernah menemukan hal yang serupa; orang-orang yang merasa insecure akan dirinya sendiri, merasa jelek, merasa tidak layak kepada siapapun. Dan hal tersebut dilatarbelakangi oleh banyak hal, misalnya saja, diputusin-diselingkuhi pacar atau keluarga yang durhaka sama anaknya, atau bisa jadi, anak itu terlalu banyak bermain di media sosial sehingga baginya kecantikan menjadi definisi dan hanya cocok untuk satu mata.
Sebagai manusia emosional, saya sendiri mempercayai bahwasanya cewek melakukan tradisi insecuritas tersebut bukan hanya sebagai pesan kalau mereka masih lajang, namun juga sebagai simbol bahwa mereka membutuhkan 'perhatian'. Insecuritas lebih mirip sebuah simbol kelelawar yang dilangitkan di kota Gotham, berharap bahwa 'Batman' itu akan muncul. Tapi cewek manapun juga sudah pasti tahu kalau memanggil 'Batman' di Indonesia agak sedikit riskan, sebab bukan hanya tidak setia, tapi juga terkadang gila wanita, hehe.
Tertarik atas kasus tersebut, saya pun melontarkan pertanyaan ke status Whatsapp; Cantik itu apa sih?