Anjing dalam Animal Farm dan bila dikonversikan kedalam realita merupakan kekuatan pemerintah, baik dalam bentuk prajurit atau polisi yang hanya sami'na watoqna kepada atasan mereka dan tidak mau tahu perintah itu salah atau tidak, Kenapa? karena mereka mendapatkan 'asupan' darinya. Ketika ada yang memberontak dan mau bersuara, para anjing dan buzzer babi akan menjadi orang pertama yang melakukan intimidasi. Â
Adapun karakter-karakter lain merupakan representasi dari masyarakat kita pada umumnya, yang pada akhirnya patuh karena superioritas pemimpin dan takut untuk bersuara karena Undang-Undang sudah dirubah dan tajam kebawah, serta akan selalu ada seekor babi dan anjing yang akan melakukan intimidasi. Mereka yang telah dikuasai rasa takut akan selamanya patuh dibawah tirani maupun diktator yang sedang berkuasa.
Saya sejujurnya bingung mau membawa review Animal Farm besutan George Orwell ini kemana, sebab banyak sekali nilai yang dapat diambil dan relevan dengan zaman maupun sejarah Indonesia. Memang secara garis besar dan dapat dilihat bahwasanya Animal Farm merupakan kritikan terhadap Uni Soviet saat perang dunia ke II.Â
Dalam buku ini disentil bagaimana komunis hanyalah formalitas belaka yang berkedok kapitalis, bagaimana Gulag terjadi, dan banyak lagi yang lainnya dan sangat teramat mirip dengan negara kita. Akan tetapi buku ini lebih daripada itu, ia lebih dalam menyinggung negara-negara demokrasi yang katanya menggunakan suara terbanyak untuk memilih, namun acapkali demokrasi hanyalah formalitas belaka sebab pada akhirnya semua menjadi oligarki yang hanya mementingkan diri mereka sendiri.
Aturan-aturan, sama seperti di banyak negara juga dirubah sesuai keinginan dari pemerintah itu sendiri dan menggunakan Undang-Undang untuk menyerang balik masyarakat dan mengekangnya dalam aturan-aturan tersebut. Bagaimana jika Undang-Undangnya masih belum mampu mengekang masyarakat? Gampang! Jika teksnya tidak bisa dirubah, tinggal rubah saja konteks Undang-Undangnya.Â
Selebihnya, membaca Anilal Farm membuat saya tahu bagaimana propaganda terjadi dan yang terpenting bagaimana pendidikan begitu urgen untuk ada pada setiap individu jikalau mereka tidak mau menjadi budak politik. Kendati samar-samar dalam buku ini, namun hal itulah kuncinya, sebab mereka yang tidak berpendidikan akan selamanya berada dibawah superioritas dan akan diperas sampai mampus.
Bagi saya buku ini adalah masterpiece, bukunya tidak setebal buku-buku karya Tere Liye, disampaikan dengan padat dan jelas tanpa ada prosa yang tidak berarti seolah semua memiliki makna dan bisa dikaji. Bukunya ringan dan hanya 140 halaman saja, dan tentu saja, ditambah dengan aroma bau buku yang mantap akan membuat buku ini baik untuk anda baca.
Jujur masih banyak hal yang bisa dikaji dari buku ini, masih banyak hal yang bisa direnungi. Saya masih ingat dalam perjalanan saya mencari buku di toko buku Airlangga, saya tidak pernah menyangka bisa menemukan sebuah novel klasik. Ia tiba-tiba berada dihadapan saya kendati saya telah menelusuri pojokan-pojokan Airlangga, dan pada akhirnya, selain Rubaiyat karya Jalaludin Rumi, George Orwell menjadi salah satu buku yang saya beli.
Dan tentu, saya menyarankan anda untuk membaca masterpiece ini, apalagi anda menyukai buku-buku sastra dan suka merenung, buku ini sangat pantas untuk menjadi bahan untuk renungan anda.
Saya rasa saya cukupkan sampai disini dulu, kendati banyak hal yang bisa dibahas, saya berharap bisa membawakannya untuk anda suatu saat nanti. See you! Â Â
Baca Juga:Â Dark Stories Riddle, Mampukah Anda Menebaknya?