Mohon tunggu...
MHari Subarkah
MHari Subarkah Mohon Tunggu... -

Selanjutnya

Tutup

Inovasi Artikel Utama

Kelebihan Cairan (Bisa) Menyebabkan Kematian

30 Juli 2017   14:08 Diperbarui: 1 Agustus 2017   15:59 1480
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

LA Times pada 2007 melaporkan kasus hyponatremia pada seorang wanita beberapa jam pasca mengikuti kontes minum air putih oleh sebuah stasiun radio. Pangkal masalahnya adalah menurunnya kadar natrium atau sodium dalam darah, yang disebut intoksikasi. Begitulah tubuh kita, kekurangan cairan jadi masalah, kelebihan pun sama saja. Serba lebih atau serba kurang itu ndak baik pokoknya.

Laporan lain menyebutkan, kelebihan cairan paling dahsyat tercatat tahun 1931 yang menewaskan 200 ribu orang. Bedanya, yang kelebihan cairan adalah sungai Yangtse di Cina sana. Tak hanya sekali ini saja, Cina membukukan banyak rekor kelebihan cairan alias banjir besar di tahun sebelum dan setelahnya, hingga kini. Catatan paling kuno yang ditemukan menyebutkan terjadinya banjir besar yang dialami bangsa mesopotamia kuno.

Indonesia sendiri belum lama dihebohkan berita banjir Wasior, Papua, tahun 2010 silam. Limpasan air bah yang membawa serta gelondongan kayu dan lumpur, merusak banyak rumah dan menewaskan warga di sana. Para ahli memperkirakan, gelondongan kayu menumpuk di atas bukit, di tengah hutan, menahan air bervolume super besar, lalu jebol karena tidak lagi mampu menahan tekanan air. 

Setelah kejadian, tak tanggung-tanggung, presiden, menteri dan pejabat penanggulangan bencana turun tangan. Dikabarkan korban berjumlah 158 orang tewas dan 145 orang lainnya hilang.

Bukan jumlah 303 orang atau 200.000 orang korban yang menjadi perhatian. Bagaimanapun, mereka semua adalah manusia. Mereka warga negara yang layak mendapat perhatian sekecil apapun. Negara wajib hadir disana untuk memastikan tidak ada keluhan. Dicegah supaya tidak terjadi dan ditangani bila ada kejadian. Amanat UUD 45 menyatakan demikian.

Barangkali ada yang mengatakan, ah lebay. Biarlah.

Orang-orang pintar bilang, banjir terjadi ketika volume air merendam daratan. Bisa jadi karena sungai, danau atau tempat penampungan lainnya tidak muat lagi. Bisa pula karena daerah yang sebelumnya menjadi daerah tampungan air, diurug jadi perumahan, misalnya. Mungkin juga karena daerah resapan air tidak lagi berfungsi sebagaimana mestinya. 

Sebagaimana yang terjadi pada banjir Bengawan Solo tahun 2008, banjir tahunan Serayu, mungkin juga di beberapa tempat lain. Terbaru, luapan kali Cimanuk tahun 2016. Kalau mau mengkliping berita, bisa jadi ada ratusan kasus banjir dalam setahun di Indonesia, dengan berbagai penyebab. Dari sekian banyak penyebab, secara pasti bukan disebabkan selingkuh suami dan istri yang bukan pasangannya.

Konon katanya sih, banjir salah satunya dikarenakan daerah resapan air atau water catchment area-nya sudah rusak, atau berkurang. Maksudnya adalah daerah yang dulunya menjadi tempat meresapnya air hujan ke tanah, tidak tersisa banyak atau rusak. Kumpulan pohon yang tadinya memperlambat tetes air yang jatuh dari langit sono, yang sebelumnya ditahan pohon, kecepatan tetesannya menurun, lalu masuk ke tumpukan daun atau semak di bawahnya, terakhir meresap ke tanah. 

Tapi karena tidak ada lagi pohon, air yang jatuh dari langit dalam kecepatan tinggi langsung menghajar tanah. Blaarr!! Menghancurkan tanah di permukaan, menyepret ke samping, jatuh lagi ke tanah sebelahnya. Lha kalau jarak antar tetes hujan hanya ukuran 1 cm atau kurang, bisa jadi seluruh tanah di atas lahan yang terkena hujan langsung rusak. 

Tadinya ketebalan tanah 1 mm, rusak. Lalu menjadi 1 cm, rusak lagi, dan seterusnya. Setelahnya adalah, tanah hanyut terbawa aliran air ke bawah, terus, terus hingga masuk sungai/danau/tampungan air lainnya. Sungai dan danau tidak bisa menampung, meluap ke sekitarnya, menjadi banjir. Surutnya bisa beberapa jam, bisa beberapa hari.

Keberadaan pohon juga mengurangi panas langsung sinar matahari. Tanah lebih lembab. Pohon juga meruntuhkan seresah daun, ranting, bunga atau bijinya. Lama-lama seresah itu membusuk, menjadi lapisan tanah atas, yang mengandung banyak unsur hara. Sebagai humus, pori-porinya lebar, air mudah meresap. 

Pohon juga memanjangkan akar agar dapat menjangkau unsur hara yang dibutuhkan. Sepanjang-panjangnya dan sedalam-dalamnya untuk 2 tujuan; menjangkau unsur hara dan air di bawah dan sekitarnya, dan disesuaikan ketinggian pohon itu sendiri agar tidak mudah tumbang. Akar yang melintang atau menembus ke dalam, secara langsung menahan tanah tidak longsor, dan menahan air di dalam tanah. Bayangkan pohon dan akarnya itu layaknya beton tanggul atau bendungan. Secara fungsi, sama saja.

Jadi janganlah salah kaprah bahwa dengan banyaknya pohon, otomatis tidak banjir. Tidak demikian. Bagaimanapun, tanah dan pohon daya tampungnya menahan air dan tanah, terbatas. Pada saatnya terlalu banyak, tanah menjadi lembek, dan pada lahan kemiringan tinggi, bisa jadi timbul longsor. Ada beberapa kasus demikian terjadi. Yang paling sering kita dengar terjadi di Kabupaten Banjarnegara. Kasus banjir di Garut katanya juga demikian. 

Atas kejadian di daerah tersebut, perlu ada penjelasan lebih lanjut; jenis pohon yang ditanam apa, bagaimana tipe perakarannya, berapa kerapatan pohon per satuan luas, bagaimana bentuk kanopinya, apa tipe tanah dibawahnya dan berapa ketebalan tanahnya, berapa curah hujan yang terjadi beberapa waktu sebelumnya, dan sebagainya. Pertanyaan teknis lah.

Terlepas bahwa banyaknya pohon tidak otomatis menghilangkan banjir sama sekali, setidaknya pohon mampu memperlambat laju, menahan air dan mengurangi risiko banjir. Itu sudah diakui ratusan tahun. Secara ilmiah juga terbukti. Pada daerah yang sedikit pohon atau tidak ada pohon sama sekali, sebut saja water catchment area-nya rusak, terbukti sebaliknya. Banjir menjadi langganan rutin. Jadi perdebatan penting atau tidaknya kumpulan pohon terhadap banjir, sudahi saja. Capek tauuukk...!

Oh iya, hampir lupa ditulis. Saatnya turun hujan, muncul aliran air. Dalam perjalanan menuju tampungan atau di sungai itu sendiri, akan bercampur macam-macam larutan. Ada tanah, pasir, batu, potongan ranting, kayu gelondongan, plastik, ember, sepeda, motor, mobil, hingga tembok rumah yang runtuh. Padahal, hanya air saja, benda yang dilintasi bisa rusak. Apalagi ditambah material lain, tentu daya rusaknya tambah besar. Banyak video menunjukkan kejadian demikian. Search saja di internet.

Saya jadi ingat puisi Taufik Ismail, Kerendahan Hati, yang konon katanya terjemahan dari puisinya Douglas Malloch berjudul Be The Best of Whatever You Are;

Kalau engkau tak mampu menjadi beringin

Yang tegak di puncak bukit

Jadilah belukar, tetapi belukar yang baik,

Yang tumbuh di tepi danau

Kalau kamu tak sanggup menjadi belukar,

Jadilah saja rumput, tetapi rumput yang

Memperkuat tanggul pinggiran jalan.

Puisi di atas tentu saja tidak diciptakan serampangan. Ada berbagai pengetahuan atasnya. Ada pengajaran bahwa beringin, belukar atau rumput sekalipun, secara alami menguatkan tanah. Tentu saja tanah yang mampu menumbuhkan rumput dan belukar, ada air di bawahnya. Bukan tanah gersang tanpa air yang menjadi syarat tumbuhnya tanaman. Itulah mengapa belukar dipasangkan dipinggir danau dan rumput bersanding dengan tanggul jalan.

Bayangkan bila belukar dan rumput digantikan beringin. Tentu saja air disimpan dan dibutuhkan sebagai syarat tumbuh lebih banyak. Beringin yang tumbuh lebih tinggi, berakar lebih panjang, berkanopi lebih luas, lalu mengurangi laju air yang jatuh dan merusak tanah. Dan tentu saja menahan air penyebab banjir.

 Eh, tapi puisinya Taufik Ismail atau Douglas Malloch tentang tanah dan air bukan sih..??

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Inovasi Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun