**Jangan Terlalu Cepat Menilai**
Di sebuah kota kecil yang tenang, hiduplah seorang pria bernama Budi. Dia dikenal sebagai sosok pendiam dan jarang bergaul dengan tetangganya. Setiap hari, Budi bekerja di bengkel mobil miliknya dan pulang larut malam. Penampilannya yang selalu kusut dan wajahnya yang jarang tersenyum membuat banyak orang menilainya sebagai orang yang sombong dan tidak ramah.
Suatu hari, seorang wanita muda bernama Sari pindah ke rumah sebelah Budi. Sari adalah orang yang ceria dan suka berteman. Namun, ketika dia mencoba menyapa Budi, pria itu hanya mengangguk singkat tanpa sepatah kata pun. Hal ini membuat Sari merasa bahwa semua gosip tentang Budi mungkin benar adanya.
Namun, suatu sore, ketika Sari sedang berjalan pulang dari pasar, hujan turun dengan deras. Dia lupa membawa payung dan terjebak di bawah atap toko yang sempit. Saat itulah, Budi lewat dengan mobil tuanya. Melihat Sari yang kebasahan, Budi berhenti dan menawarkan tumpangan. Awalnya, Sari ragu, tetapi karena hujan semakin deras, dia akhirnya menerima tawaran tersebut.
Selama perjalanan, Budi tetap diam, tetapi Sari memberanikan diri untuk memulai percakapan. Dia bertanya tentang pekerjaan Budi dan kehidupannya di kota kecil itu. Perlahan-lahan, Budi mulai terbuka. Dia bercerita bahwa dia sangat sibuk mengurus bengkel sendirian setelah ayahnya meninggal setahun lalu. Beban pekerjaan yang berat dan tanggung jawab yang besar membuatnya sering kali tampak lelah dan kurang bersosialisasi.
Sari mendengarkan dengan penuh perhatian dan mulai memahami situasi Budi. Dia menyadari bahwa penilaian awalnya terhadap Budi salah. Di balik sikap pendiamnya, ternyata Budi adalah orang yang baik hati dan pekerja keras.
Setelah kejadian itu, Sari dan Budi menjadi teman baik. Sari sering membantu Budi di bengkel saat akhir pekan, dan Budi pun mulai lebih sering tersenyum dan berinteraksi dengan tetangganya. Kehadiran Sari membawa perubahan positif dalam hidup Budi, dan perlahan-lahan, pandangan masyarakat terhadap Budi pun berubah.
Cerita ini mengajarkan kita untuk tidak cepat menilai seseorang hanya berdasarkan penampilan atau kesan pertama. Setiap orang memiliki cerita dan perjuangan masing-masing yang mungkin tidak terlihat dari luar.
 Seperti hadis yang diriwayatkan oleh Bukhari: "Tidak sepatutnya kita menuduh seseorang fasik atau kafir, karena tudingan itu akan kembali kepada si penuding jika tidak sesuai dengan kenyataan." Hadis ini mengingatkan kita untuk berhati-hati dalam menilai orang lain dan memberi kesempatan untuk mengenal mereka lebih dalam. Dengan begitu, kita bisa menemukan kebaikan yang mungkin tersembunyi di balik kesan pertama.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H