Mohon tunggu...
Hanifati Laili Mazaya
Hanifati Laili Mazaya Mohon Tunggu... -

teknologi industri pangan 2009, UNPAD

Selanjutnya

Tutup

Cerpen

Pemilihan Umum Hati

21 April 2014   02:14 Diperbarui: 23 Juni 2015   23:25 28
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Cerpen. Sumber ilustrasi: Unsplash

Ada yang berbeda dengan suasana taman pagi ini. kubikel-kubikel  dadakan yang terbuat dari kertas karton tersusun rapi di sepanjang ruas jalan kanan dan kiri. Banyak orang yang berlalu-lalang, entah berbaju bebas, entah menggunakan batik. Beberapa diantara mereka bertanda khas di jari kelingking kirinya.

Beberapa sepeda berjejer di sekeliling taman. Mia meletakkan sepedanya di sana. Ia melihat ke sekeliling taman, mencari bilik bernomor 65. Statusnya yang pengangguran membuatnya memiliki banyak waktu untuk sekadar bersantai di taman, namun terik matahari pukul sembilan mulai menyerang. Mia memutuskan segera menemukan bilik tersebut dan bergegas pulang.

Ada rasa nyeri saat bahu Mia bertubrukan dengan seseorang laki-laki. Ia meringis pelan, namun tak ingin memperpanjang masalah.

“KAMU!” ucap laki-laki itu dengan suara lantang.

Mia hanya menunduk tak berani menatap laki-laki itu. Sudah lama ia tak menetap di wilayah ini, sehingga ia tak tahu persis seperti apa tingkah laku penduduk di sini. Hanya kata maaf yang mampu Mia ucapkan.

“KAMU?” ucap laki-kali itu lagi.

Hening. Mia tak berani mejawab, tak berani juga untuk pergi melangkah.

“Mia kan?” tanya laki-laki itu lagi.

Merasa dikenali, Mia lalu menegakan pandangannya mencari tahu siapa laki-laki di depannya itu.

Mia memandangi laki-laki itu. Laki-laki itu berambut hitam legam dengan potongan sebahu, kaca matanya tak mampu menutupi hidungnya yang mancung, alis matanya tebal, wajahnya putih, postur tubuhnya yang bidang dan tinggi menaikkan nilai jual laki-laki itu. Mia kagum sesaat menikmati ciptaan Tuhan di depannya itu. Mia berusaha mengenali siapa laki-laki itu. Namun Mia benar-benar tak mengenalnya.

“Kamu Mia Sulistiani kan? Aku Iman, kamu ingat tidak?”

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun