Semester baru, dosen baru, mata kuliah baru. Mungkin dari kalian dan mereka juga ada yang “baru” menjadi mahasiswa (?).
Terkhusus bagi mahasiswa di jurusan ilmu komunikasi atau yang berkaitan dengan itu.
Baru memasuki hitungan tri semester awal -- (kayak orang hamil aja -_-) –
Oke, baru memasuki bulan pertama kuliah, nama itu sudah santer di kalangan mahasiswa baru. Dia disebut-sebut layaknya nama dewa dan juru selamat mahasiswa. Kompasiana.Terdengar cantik dan anggun bukan?
Kompasiana adalah satu-satunya nama yang diperkenalkan oleh dosen kepada mahasiswa. Setidaknya, begitulah yang saya alami ketika menjadi mahasiswa baru. Dan saya baru sadar sekarang, siapa Kompasiana itu.
“Bantu lihat dan nilai artikel ku dong ...” kalimat ini menjadi sering sekali terdengar menjelang akhir semester. Para mahasiswa berlomba dan berfikir keras untu menulis apa saja yang dapat ia tulis, dan segera berburu wifi untuk menguploadnya ke Kompasiana. Dari tulisan yang bermutu, sampai tulisan yang hanya sekedar mengotori halaman putih Ms. Word pun mereka upload untuk mendapatkan nilai. Sebetulnya, alasan klasik mereka adalah, ketakutan terhadap soal UAS yang tidak bisa mereka jawab, yang akan memberikan dampak nilai jelek terhadap mata kuliah tertentu. Jadi, solusinya adalah dengan menulis sebanyak-banyaknya artikel dan menguploadnya pada kompasiana untuk memberikan nilai lebih terhadap mereka.
Tugas untuk menulis artikel dan menguploadnya di Kompasiana sebenarnya sudah diberikan oleh dosen sejak kami memasuki bulan pertama perkuliahan. Terkhusus mata kuliah Jurnalistik. Dengan iming-iming, setiap artikel bernilai 10 poin. Tak hanya itu, nilai tambahan 50 poin diberikan kepada artikel yang berhasil menjadi Pilihan Kompasiana, dan ketika artikel tersebut menjadi Headline Kompasiana, maka artikel tersebut bernilai 100 poin. Menarik bukan? Jika untuk mendapat nilai A, kami diharuskan mengumpulkan 400 poin, maka cukup dengan 4 Headline maka kami telah mendapatkan nilai A dan tidak perlu mengikuti ujian akhir semester. Namun jika tak ada yang menjadi Headline dari artikel-artikel kami, maka bersiaplah untuk menguras otak dengan menulis 40 artikel, atau bayangan nilai UAS akan menghantuimu.
Begitulah ketika Kompasiana cantik seketika menjadi favorit para dosen dan mahasiswa. Seketika, untuk sepanjang tahun pada setiap tahunnya. Sama saja sepanjang masa!
Dosen memang pandai membuat pintar mahasiswanya. Dengan memperbanyak menulis, kami diberikan kesempatan untuk berfikir kritis dan mengembangkan ilmu serta memperluas wasan kami. Dengan tuntutan seperti ini, dosen membuat kami sadar betapa pentingnya membaca dan menulis. Apalagi bagi seorang jurnalis dan orang-orang yang memiliki profesi erat dengan ilmu komunikasi. Bukan hanya itu, para ekonom, teknisi, dan atau agamis pun sebenarnya perlu dan penting untuk menulis, kepentingan informasi ilmu dan berita dunia.
Terimakasih dosen, terimakasih Kompasiana! (^^)9
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H