Menjalankan ibadah haji adalah idaman setiap umat Islam. Terutama bagi mereka yang mampu secara materi dan fisik. Persiapan mental yang matang juga tidak kalah pentingnya. Lingkungan dan budaya yang berbeda, kondisi cuaca, perubahan rutinitas, serta tantangan lain dapat membuat jemaah haji kehilangan fokus pada tujuan utama menjalankan ibadah.
Wukuf merupakan salah satu rangkaian ibadah haji yang wajib dilaksanakan. Saat berada di Arafah jemaah akan tinggal di dalam tenda, berbagi sarana dan fasilitas dengan jutaan jemaah lain. Tantangan cuaca dan lingkungan akan terasa sekali di padang luas ini.
Persiapan tambahan apa yang dapat kita lakukan, sebelum dan saat akan melaksanakan wukuf agar pelaksanaan ibadah berjalan lancar?
Aleesya, salah satu peserta haji yang berangkat dari Jepang pada tahun 2018, menuturkan pengalamannya di bawah ini.
Wanita asal kota Jakarta ini mengawali pembicaraan dengan pernyataan rasa haru saat hampir mendarat di tempat tujuan. Ia merasa betapa Allah itu maha besar. Apa yang dilihatnya dari jendela pesawat membuatnya terus menyebut namaNya.
“Kami disambut pemandangan gurun pasir. Sebuah pemandangan yang baru bagi saya karena beda sekali dengan belahan bumi yang selama ini pernah saya kunjungi. Bumi terlihat berwarna cokelat. Saya tidak berhenti mengucapkan `Allahu Akbar, masya Allah`. CiptaanNya benar-benar sangat menakjubkan. Menyadarkan saya tentang keterbatasan manusia, bahwa masih banyak hal yang tidak saya ketahui, rasakan, serta temui dari ciptaan Allah SWT,” tuturnya terharu.
Aleesya dan keluarganya yang saat ini berdomisili di kota Tokyo menekankan untuk tidak memaksakan diri saat berada di padang Arafah dan terus menjaga kondisi fisik. Terutama bagi mereka yang merasa kurang sehat atau kelelahan.
“Bagi jemaah haji, wukuf di Arafah merupakan suatu hal yang mungkin hanya bisa dilakukan sekali dalam seumur hidup. Meski demikian menurut saya tidak perlu memaksakan diri untuk keluar dari tenda jika stamina kurang fit.”
Setelah wukuf, jemaah akan melanjutkan dengan pelaksanaan mabit. Dilansir detikjatim (14 Juni 2024), mabit di Muzdalifah adalah satu dari amalan haji yang tidak bisa ditinggalkan. Waktu mabit mencakup awal malam hari tanggal 10 Zulhijah sampai terbit fajar.
Menanggapi pernyataan di atas wanita itu semakin menekankan pentingnya menjaga kekuatan tubuh karena ada rukun haji berikutnya yang harus dilaksanakan.