Media sosial saat ini seperti pisau bermata dua. Di satu sisi, bisa digunakan untuk hal-hal positif seperti berbagi ilmu dan informasi. Tapi di sisi lain, media sosial juga sering disalahgunakan untuk menyebarkan radikalisme dan intoleransi. Di Indonesia, banyak akun aktif yang menyebarkan ide-ide ekstremis dengan membungkusnya dalam narasi agama. Mereka sering menargetkan orang-orang yang sedang kesulitan, seperti yang hidup dalam kemiskinan atau kebingungan, dan memanipulasi mereka dengan pesan yang menyesatkan.
Yang lebih mencengangkan, peran perempuan dalam gerakan radikal makin besar. Jika dulu mereka hanya membantu di balik layar, sekarang mereka bahkan jadi pelaku utama, seperti dalam aksi bom bunuh diri. Meski begitu, perempuan tetap saja ditempatkan dalam narasi patriarki yang memperkuat pandangan bahwa mereka harus tunduk pada otoritas laki-laki, bahkan ketika mereka melakukan tindakan radikal.
Di sinilah moderasi beragama menjadi sangat penting. Moderasi bukan berarti melemahkan iman, tapi membuat kita memandang agama sebagai sumber perdamaian dan keadilan. Dengan moderasi, kita bisa menghindari pandangan ekstrem yang justru sering merugikan banyak pihak.
Perempuan juga punya peran besar dalam moderasi beragama. Kalau perempuan diberi pemahaman yang benar tentang ajaran agama yang damai, mereka bisa jadi agen perubahan yang luar biasa. Di era digital ini, perempuan perlu diberdayakan untuk melawan narasi ekstremis, baik di media sosial maupun di komunitas sekitar mereka. Dengan begitu, mereka tidak hanya jadi target radikalisasi, tapi juga pemimpin dalam menyebarkan kedamaian.
Semua pihak harus terlibat dalam upaya ini, mulai dari pemerintah, lembaga agama, hingga masyarakat. Media sosial harus diarahkan kembali sebagai alat untuk menyebarkan edukasi, bukan kebencian. Moderasi beragama harus digalakkan, baik di dunia nyata maupun dunia maya, supaya generasi mendatang bisa hidup di lingkungan yang lebih harmonis.
Media sosial tidak harus menjadi ancaman. Dengan pendekatan yang tepat, ia bisa menjadi senjata ampuh untuk menyuarakan moderasi, mendidik masyarakat, dan memberantas radikalisme. Sekarang, pilihan ada di tangan kita: apakah kita akan membiarkan media sosial dikuasai oleh kebencian, atau mengubahnya jadi tempat untuk menyebarkan perdamaian?
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H