Mohon tunggu...
Maya Triziana
Maya Triziana Mohon Tunggu... -

suka baca, tidur, jalan2, nonton film kecuali horor, seorang IOC via d'BCN

Selanjutnya

Tutup

Pendidikan

Salah Siapa?

3 September 2014   05:04 Diperbarui: 18 Juni 2015   01:46 29
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Gadget. Sumber ilustrasi: PEXELS/ThisIsEngineering

Alkisah terjadi hal seperti ini:

Seorang anak pulang dengan kabar bahwa dirinya tidak naik kelas. Ayahnya menjadi marah dan memaki-maki anaknya. Tak cukup itu saja, sang Ayah kemudian memukuli anaknya hingga pingsan dan harus dibawa ke rumah sakit. Sorenya, Ibu dari anak itu datang ke rumah sang Guru.

"GARA-GARA BAPAK, GA MELOLOSKAN ANAK SAYA NAIK KELAS, DIA JADI DIPUKULI AYAHNYA, sekarang dia masuk rumah sakit.... PUAS PAK?? PUAS BAPAK MENGHANCURKAN HUBUNGAN BAIK AYAH ANAK?? PUAS BAPAK KALAU ANAK SAYA MASUK RUMAH SAKIT??"

Menurut Anda, apakah sang Guru akan merasa bersalah tidak memberi nilai yang baik pada anak itu? Menurut Anda, apakah sang Guru akan menganulir keputusannya dan membiarkan anak itu naik kelas? Apakah sang Guru akan bertanggungjawab membiayai perawatan anak itu di rumah sakit?

Silakan yang mau berpendapat di kolom komentar.... :)

Tapi kalau saya sebagai sang Guru, saya tidak akan merasa bersalah dalam memberi nilai untuk anak tersebut. Saya tidak akan merasa perlu bertanggungjawab. Justru saya akan merasa kasihan pada anak itu, karena memiliki orangtua seperti mereka. Ayah yang tidak dapat mengendalikan kemarahannya, Ibu yang entah bagaimana cara berpikirnya; koq menyalahkan orang lain atas tindakan sang Ayah pada anaknya....

Ada ilustrasi lain:

Satu keluarga, pada akhirnya punya cukup modal untuk memulai usaha kecil-kecilan. Setelah berembuk antara suami istri itu, diputuskan sang Suami usaha jualan gorengan di sore malam hari sesudah ia pulang kerja sebagai officeboy di sebuah kantor. Semangat usahanya memang baik, namun siapa sangka, usahanya tidak berjalan lancar. Selain banyak dipalak preman, gorengannya tidak laku. Modal yang sedikit itu pun tidak dapat diputar. Akhirnya setelah 2bulan, suami istri itu terpaksa mengistirahatkan gerobaknya dan tidak lagi berjualan karena rugi terus.

Istri yang mengalami keadaan ini akhirnya marah. "GARA-GARA KAMU MAS, SOK-SOK MAU USAHA, SEKARANG TABUNGAN KITA HABIS, SETIAP HARI KITA MAKAN GORENGAN KITA YANG GAK LAKU ITU. MUAK SAYA!!"

Menurut Anda, pantaskah sang Istri marah pada suaminya? Pantaskah Ia menyalahkan suaminya? Silakan yang mau berpendapat di kolom komentar... :)

Kalau saya, saya rasa sangat tidak pantas seorang istri marah seperti itu. Jika tidak laku, seharusnya ini adalah kesalahan bersama. Solusi seharusnya dipikirkan bersama. Mungkin pindah tempat jualan, mungkin ganti resep gorengannya, mungkin lebih ramah melayani pelanggan, atau coba bekerjasama dengan penjual soto/bakso/warteg untuk menitipkan gorengan mereka sebagai makanan pendamping, dll. Kalaupun benar-benar harus menyerah, itu adalah keputusan bersama. Jadi bukan kesalahan suami semata.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Pendidikan Selengkapnya
Lihat Pendidikan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun