Mohon tunggu...
Mayrizva Aileen Ramaniya
Mayrizva Aileen Ramaniya Mohon Tunggu... Lainnya - SMA

Aileen

Selanjutnya

Tutup

Kebijakan Pilihan

Inklusi Kultur Barat yang Dialami "Negara" Bali

6 Februari 2025   12:27 Diperbarui: 6 Februari 2025   12:27 91
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Sumber: Detik.com, 2024

Indonesia dikenal sebagai negara dengan keberagaman budaya yang tercermin dalam semboyan Bhinneka Tunggal Ika, yang berarti "Berbeda-beda tetapi tetap satu." Salah satu daerah yang paling mencerminkan kekayaan budaya Indonesia adalah Bali. Pulau ini memiliki tradisi yang kuat, mulai dari upacara keagamaan Hindu Bali, tarian sakral, hingga arsitektur khas pura yang menjadi daya tarik wisata. Keunikan budaya ini menjadikan Bali sebagai destinasi wisata internasional yang menarik jutaan wisatawan setiap tahunnya. Popularitas Bali sebagai tujuan wisata global membawa dampak besar, baik secara ekonomi maupun sosial-budaya (Japar, et al., 2019). Tingginya jumlah wisatawan asing yang datang ke Bali menyebabkan terjadinya inklusi budaya Barat di berbagai aspek kehidupan masyarakat. Banyak tempat wisata, restoran, dan pusat hiburan yang mengadopsi budaya Barat demi menarik perhatian turis. Bahasa asing seperti Inggris dan bahkan Rusia semakin sering digunakan, sementara kebiasaan lokal mulai bergeser menyesuaikan dengan selera global. Akibatnya, terjadi perubahan pola konsumsi, gaya hidup, serta cara berpakaian masyarakat Bali, yang perlahan mengadopsi elemen-elemen budaya luar. Proses ini menunjukkan bagaimana globalisasi mempercepat akulturasi budaya di Bali, yang tidak selalu berjalan seimbang dengan pelestarian budaya asli (Widiastuti, 2020).

Fenomena ini memunculkan kekhawatiran akan pergeseran nilai dan identitas budaya Bali yang semakin tergerus oleh pengaruh asing. Beberapa tradisi dan ritual mulai mengalami modifikasi agar lebih "ramah wisatawan," sementara aspek budaya yang kurang menarik secara komersial perlahan terpinggirkan. Artikel ini bertujuan untuk menganalisis sejauh mana kultur Barat telah meresap di Bali dan dampaknya terhadap budaya lokal. Dengan memahami dampak yang ditimbulkan, diharapkan dapat ditemukan solusi untuk menjaga keseimbangan antara modernisasi dan pelestarian budaya agar Bali tetap mempertahankan identitas budayanya di tengah arus globalisasi.

Globalisasi budaya adalah suatu proses di mana nilai, norma, dan praktik budaya dari satu wilayah menyebar ke berbagai belahan dunia akibat perkembangan teknologi, komunikasi, dan mobilitas manusia. Salah satu teori yang relevan dalam memahami fenomena ini adalah teori akulturasi, yang menjelaskan bagaimana suatu budaya dapat mengalami perubahan akibat kontak dengan budaya lain. Akulturasi terjadi ketika budaya lokal berinteraksi dengan budaya asing, khususnya dari wisatawan Barat, sehingga menghasilkan perpaduan atau bahkan pergeseran nilai budaya. Proses ini tidak selalu bersifat seimbang, karena sering kali budaya yang lebih dominan dalam hal ini budaya Barat lebih memengaruhi budaya lokal daripada sebaliknya (Sumaryanto & Ibrahim, 2023).

Beberapa penelitian sebelumnya telah menyoroti dampak pariwisata terhadap budaya lokal di Bali. Studi mengungkap bagaimana pariwisata tidak hanya mengubah ekonomi Bali tetapi juga mengonstruksi ulang citra budaya Bali itu sendiri (Putri, et al., 2024). Pariwisata menyebabkan beberapa tradisi mengalami komodifikasi, di mana budaya tidak lagi sekadar dijalankan sebagai bagian dari kehidupan masyarakat, tetapi juga sebagai atraksi bagi wisatawan. Selain itu, penelitian lain oleh Vickers (2013) dalam Bali: A Paradise Created menunjukkan bagaimana narasi "surga tropis" yang diciptakan untuk menarik wisatawan telah mengubah cara masyarakat Bali memandang dan mempraktikkan budayanya sendiri.

Dampak dari akulturasi ini juga terlihat dalam berbagai aspek kehidupan masyarakat Bali, seperti perubahan dalam kesenian, arsitektur, dan gaya hidup. Sebuah penelitian menunjukkan bahwa dalam beberapa dekade terakhir, banyak bangunan di Bali yang mengadopsi desain modern dengan sedikit elemen tradisional untuk memenuhi selera wisatawan asing (Suweta, 2020). Semakin banyak generasi muda Bali yang mengadopsi kebiasaan Barat, seperti cara berpakaian dan gaya hidup yang lebih individualistis, yang berbeda dari nilai-nilai komunal masyarakat Bali (Sukarniti, 2020).

Sumber: BPS, 2024
Sumber: BPS, 2024

Berbagai data menunjukkan bahwa inklusi budaya Barat di Bali semakin meningkat seiring dengan meningkatnya jumlah wisatawan mancanegara (wisman). Pada April 2024, tercatat sebanyak 503.194 kunjungan wisatawan asing, mengalami kenaikan sebesar 7,24% dibandingkan bulan sebelumnya. Wisatawan asal Australia mendominasi kunjungan dengan persentase sebesar 23,35%. Lonjakan kunjungan ini berkontribusi terhadap meningkatnya aktivitas ekonomi di sektor pariwisata, namun juga membawa dampak sosial dan budaya bagi masyarakat setempat. Salah satu dampak paling nyata adalah perubahan gaya hidup masyarakat Bali, yang semakin menyesuaikan diri dengan selera wisatawan asing demi memenuhi permintaan pasar.

Dampak dari tingginya jumlah kunjungan wisatawan terlihat dalam sektor akomodasi. Tingkat Penghunian Kamar (TPK) hotel berbintang di Bali pada April 2024 mencapai 57,69%, meningkat 4,98 poin dibandingkan bulan sebelumnya. Jika dibandingkan dengan periode yang sama pada tahun 2023, TPK mengalami kenaikan signifikan sebesar 13,38 poin. Sementara itu, hotel non-bintang mencatatkan TPK sebesar 44,05%, naik 5,61 poin dari bulan sebelumnya. Meskipun peningkatan ini menguntungkan dari sisi ekonomi, dominasi industri pariwisata yang dikelola oleh pemilik asing menyebabkan keuntungan lebih banyak dinikmati oleh investor asing, sementara masyarakat lokal hanya memperoleh manfaat sebagai tenaga kerja dengan upah yang relatif rendah.

Terdapat pergeseran dalam pola konsumsi masyarakat Bali yang semakin dipengaruhi oleh gaya hidup Barat. Rata-rata lama menginap tamu asing dan domestik di hotel berbintang pada April 2024 tercatat 2,76 hari, mengalami sedikit penurunan dari bulan sebelumnya tetapi tetap lebih tinggi dibandingkan tahun sebelumnya. Sementara itu, hotel non-bintang mencatatkan rata-rata lama menginap sebesar 2,51 hari. Data ini menunjukkan bahwa wisatawan asing cenderung tinggal lebih lama dan berkontribusi terhadap pertumbuhan industri pariwisata. Namun, dampaknya terhadap budaya lokal cukup kompleks, karena tingginya permintaan wisatawan terhadap fasilitas yang sesuai dengan standar internasional telah mendorong perubahan pada tata kota, kuliner, dan bahkan adat istiadat lokal.

Salah satu isu utama akibat inklusi budaya Barat adalah overtourism, di mana arus wisatawan yang berlebihan menyebabkan tekanan besar pada infrastruktur dan lingkungan Bali. Wilayah seperti Kuta dan Seminyak mengalami peningkatan jumlah pengunjung yang menyebabkan kemacetan lalu lintas dan produksi sampah yang meningkat drastis. Sampah plastik menjadi salah satu masalah serius, dengan hanya 7% dari total sampah plastik yang berhasil didaur ulang, sementara sisanya mencemari laut dan sungai. Selain itu, pembangunan hotel mewah yang masif mengakibatkan eksploitasi sumber daya alam seperti air, dengan sektor pariwisata menyedot hingga 65% dari total pasokan air bersih di Bali (Suyadnya,  (2021).

Inklusi budaya Barat juga berpengaruh terhadap perubahan struktur sosial dan budaya di Bali. Salah satu contohnya adalah dominasi ekonomi oleh warga asing yang membuka usaha di sektor perhotelan, kafe, dan persewaan vila. Banyak dari bisnis ini beroperasi tanpa izin resmi, sehingga menimbulkan persaingan tidak sehat bagi pelaku usaha lokal. Selain itu, beberapa wisatawan asing sering kali tidak menghormati adat istiadat setempat, seperti berpakaian tidak pantas di area sakral atau melanggar aturan keagamaan. Fenomena ini memicu sentimen negatif di kalangan masyarakat lokal, yang merasa bahwa budaya mereka sedang dieksploitasi demi kepentingan ekonomi semata (Utama, et al., 2024).

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Kebijakan Selengkapnya
Lihat Kebijakan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun