Mohon tunggu...
Mayrin Aunsy Nariswari Utomo
Mayrin Aunsy Nariswari Utomo Mohon Tunggu... Mahasiswa - Mahasiswa S1 Fakultas Psikologi Universitas Airlangga

Mahasiswi fakultas Psikologi Universitas Airlangga tahun 2023. Memiliki kemampuan dapat mengkomunikasikan sesuatu dengan baik ke khalayak umum dan pernah tergabung dalam divisi publikasi. Memiliki interpersonal yang baik dan mampu bekerja sama dengan orang lain

Selanjutnya

Tutup

Humaniora Pilihan

Self Centered, Salah Satu Ciri Pasangan Pengidap Narcisstic Personality Disorder

19 Juni 2024   18:30 Diperbarui: 19 Juni 2024   18:35 65
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Humaniora. Sumber ilustrasi: PEXELS/San Fermin Pamplona

Jika merujuk kepada pedoman Diagnostic and Statistical Manual of Mental Disorders, Narcisstic Personality Disorder diartikan sebagai gangguan kepribadian di mana seseorang memiliki fantasi atau perilaku berlebihan terhadap keberhasilan, kecerdasan, kecantikan, dan citra diri yang relatif positif. Umumnya gangguan ini disertai pula dengan keinginan untuk selalu menjadi pusat perhatian, termasuk tampil sebagai pemecah masalah yang trampil.

Dalam konteks hubungan romantis, seseorang dengan gangguan NPD cenderung memiliki kebutuhan yang bersifat konstan akan kekaguman serta pengakuan (validasi) dari pasangannya, mereka mengharapkan perlakuan khusus yang serupa selama proses interaksi dan menganggap diri mereka selalu "benar" pada setiap diskusi. Secara umum, perilaku pasangan dengan gangguan dapat dicirikan melalui beberapa perlakuan berikut:

1. Minim Empati
Orang yang mengidap NPD biasanya sulit untuk merasakan empati. Hal ini kemudian berhubungan secara langsung dengan kesulitan (atau bahkan ketidakmampuan) dalam memahami emosi pasangannya. Perhatiannya hanya terfokus pada dirinya sendiri, sedangkan untuk mencapai sebuah hubungan yang "sehat" -atau yang disebut sebagai "healthy relationship" oleh gen z-, empati adalah salah satu unsur penting di dalamnya.

2. Kesulitan untuk mengakui kesalahan dan meminta maaf
Karena merasa dirinya "benar", si-NPD cenderung bersifat defensif jika menyangkut dengan kesalahan mereka, apapun akan mereka upayakan guna menjustifikasi kesalahannya. Bahkan tidak segan-segan untuk melakukan gaslighting dan memanipulasi emosi dari pasangannya.

3. Manipulatif
Menurut Braiker (2004), perilaku manipulatif adalah perangai licik, menipu, atau bahkan kasar yang dilakukan dalam tujuan mempengaruhi atau merubah keputusan dari individu sasarannya. Dengan memanipulasi psikologis dari pasangannya, mereka mengharapkan kontrol atas hubungan yang dimiliki, menjadi penentu arah hubungan berdasarkan apa yang mereka inginkan.

4. Menjadikan hubungan sebagai "ajang kompetisi"
Masih berhubungan dengan poin sebelumnya, penderita NPD selalu menginginkan kontrol hubungan ada pada tangannya. Memiliki kebutuhan untuk menjadi "main character", si NPD menginginkan dirinya menjadi pusat perhatian. Dengan sifat yang demikian, ia akan berusaha untuk selalu terlihat lebih baik bahkad dengan pasangannya sendiri. Menjadikan sebuah hubungan semata-mata adalah ajang untuk membuktikan keunggulan dirinya sendiri.

Dari sejumlah ciri penderita NPD di atas, bukan kah terdengar begitu melelahkan untuk menghadapi bad traits yang demikian? Terlebih dalam konteks hubungan romantis, di mana kebahagiaan adalah hal yang pertama kita harapkan dari komitmen tersebut. Akan tetapi, jika terdengar seburuk itu, lalu mengapa banyak orang yang masih terjerat di dalamnya?

Ternyata, dikutip dari situs Bridges to Recovery, dikatakan bahwa untuk jatuh cinta kepada seorang NPD pada awal hubungan memanglah hal yang mudah untuk dilakukan. Hal ini dikarenakan, para NPD senang untuk membual mengenai "gagasan romantis" atau hubungan romantis ideal kepada calon pasangannya. Termasuk juga pembicaraan mengenai sisi baik dirinya tanpa menunjukan sedikitpun sisi rentan ataupun buruk mereka.

Hal serupa juga ditemukan pada artikel pada situs Healthline, mengatakan bahwa pada masa awal menjalin hubungan dengan seorang NPD, dunia kita mungkin akan terasa indah dan menyenangkan. Kata-kata afirmasi berupa ungkapan cinta dan sebetapa mereka merasa cocok untuk menjalin hubungan bersama kita akan sering di dengar. 

Pada kenyataannya, hal ini bukan didasarkan kepada kekaguman mereka terhadap kita. Justru demikian karena orang narsisis merasa dirinya hanya cocok untuk disandingkan dengan orang yang "setara", dalam artian dirinya sebagai seseorang yang spesial hanya cocok disandingkan dengan orang yang sama istimewa atau spesialnya. Tidak lain merupakan bentuk afirmasinya terhadap dirinya sendiri.

Lalu bagaimana jika sudah terlanjur terjebak dengan orang yang demikian? Adalah hal yang rumit untuk menyelesaikan persoalan dengan seorang NPD, kebanyakan dari mereka tidak menyadari bahwa dirinya adalah seorang narsisis (tentu saja, ini bertentangan dengan prinsip "selalu benar" yang mereka miliki). 

Hal pertama yang dapat dilakukan adalah mencari dukungan emosional dari orang lain. Hal ini sangat penting dalam membentuk sebuah tembok pertahanan dan harga diri. Komunikasi yang jujur dan terbuka dan obrolan pentingnya rasa empati dalam sebuah hubungan juga sangat diperlukan. 

Orang yang narsisis mungkin memerlukan dorongan lebih agar bisa mengungkapkan perasaannya yang sesungguhnya. Kemudian, menetapkan batasan kepada diri sendiri juga dapat menjadi sebuah opsi. Batasi kekerasan emosional yang dapat kita terima, jangan ragu untuk meninggalkan pasangan jika apa yang mereka lakukan telah melewati bataas yang telah kita buat.

Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun