Perubahan Iklim dapat di artikan sebagai perubahan cuaca yang tidak menentu akibat adanya pemanasan global yang terjadi pada dunia yang semakin cannggih dan maju. Dengan adanya kemajuan globalisasi tentunya memiliki dua dampak, bak mata pisau, ada yang positif ada pula yang negatif. Dampak Positifnya dengan adanya kemajuan global, semakin mudah kita, yakni masyarakat dalam berkegiatan sehari-hari seperti adanya penggunaan AC yang membuat sejuk ruangan, atau bahkan sekarang terdapat mobil listrik yang katanya mengurangi polusi udara, seperti yang dikatakan tentunya terdapat dampak negatif dari hal tersebut. Salah satunya adalah perubahan iklim cuaca yang tak menentu, kalau biasanya di bulan yang berakhir dengan 'ber'Â sebagai tanda musim penghujan, sekarang menjadi kemarau. Atau sebaliknya yang tadinya di periode bulan Maret musim panas, bisa jadi sudah di guyur hujan.
Pada Januari 2024, para ilmuwan menyatakan tahun 2023 sebagai tahun terpanas yang pernah tercatat. Seharusnya, kabar tersebut menjadi peringatan untuk mengerem emisi karbon. Namun, yang terjadi tidak demikian: emisi karbon terus meningkat dan menyebabkan suhu kembali memecahkan rekor pada tahun 2024. Laporan perkembangan iklim Organisasi Meteorologi Dunia (WMO) mengungkapkan bahwa konsentrasi tiga gas rumah kaca utama (karbon dioksida, metana, dan dinitrogen oksida) mencapai rekor tertinggi pada tahun 2023. Emisi metana mengalami peningkatan terbesar sebesar 165% dibandingkan tingkat pra-industri, diikuti oleh karbon dioksida (51%) dan dinitrogen oksida (24%). Data real-time menunjukkan bahwa tren ini akan berlanjut pada tahun 2024.
Lalu, Apa dampak signifikan yang terjadi akibat perubahan cuaca yang tidak menentu. Dampak yang di timbulkan tentunya sangat banyak dan tidak hanya masyarakat yang akan terdampak tetapi lingkungan dan alam sekitar pun terkena imbasnya. Akibat dari semakin majunya dunia. Penulis tidak dapat juga mengatkan hal yang terjadi sebagai sesuatu hal yang salah, segala hal yang terjadi didunia ini pasti memiliki hikmah-nya masing-masing. Lalu, apa hanya berserah diri dan pasrah kepada tuhan akan hal ini, terutama penulis yang masuk dalam kategori gen Z, yang katanya merupakan agent of change begitulah orang-orang menaruh harapan bangsa ini kepada kita.
Adapun menurut penulis, dan yang penulis terapkan dalam menjadi bagian dari agent of change dengan cara menggunakan tenaga listrik dengan secukupnya terutama AC yang digunakan pada saat malam hari saja, daripada menggunakan kendaraan pribadi dan bermacet-macetan ria, penulis menggunakan Transpotasi Umum yang telah disediakan oleh pemerintah, selain itu penulis juga lebih memilih utuk mengurangi penggunaan bahan yang sulit terurai seperti plastik. Penulis lebih suka membawa botol minum dibandingkan harus membeli botol minuma plastik, menggunakan katong belanja seperti tote bag. Juga mencoba menanam tanaman di rumah.Â
Rasanya memang sulit, apabila hal tersebut dilakukan sendiri, tapi bagi penulis lebih baik ada satu orang yang melakukan perubahan, daripada tidak sama sekali, karena dari satu dapat tumbuh menjadi dua dan seterusnya. Diharapakn hal ini juga dilirik oleh pemerintah selain dari program makan gratis. Karena dengan lingkungan yang baik, tentunya anak-anak dapat mengasup oksigen lebih maksimal, belajar menjadi lebih fokus dan dapat melahiran agent of change lainnya untuk membawa kepada Indonesia Emas.
Keadaan iklim saat ini jelas berlawanan arah dengan apa yang diharapkan dapat dicapai hampir 10 tahun setelah Perjanjian Paris. Namun, hal ini tidak berarti bahwa seluruh upaya untuk mengurangi emisi karbon dan membatasi pemanasan global sia-sia dan hilang semua harapan.Â
"Karena pemanasan bulanan dan tahunan untuk sementara melampaui 1,5C, penting untuk ditekankan bahwa hal ini tidak berarti bahwa kita gagal memenuhi tujuan Perjanjian Paris untuk menjaga kenaikan suhu permukaan rata-rata global jangka panjang jauh di bawah 2C di atas tingkat pra-industri dan mengupayakan upaya untuk membatasi pemanasan hingga 1,5C," kata Sekretaris Jenderal WMO Celeste Saulo.
Pada akhirnya, kondisi ini harus menjadi peringatan bagi mereka yang duduk di tampuk kekuasaan agar tidak melupakan pentingnya mengatasi perubahan iklim. Mengambil langkah tegas untuk menghentikan penggunaan bahan bakar fosil dan mengoptimalkan energi terbarukan, serta meningkatkan sistem peringatan dini dan upaya mitigasi bencana, harus diprioritaskan oleh para pemangku kepentingan di semua tingkatan dan sektor untuk mencapai perubahan nyata.Â
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H