Mohon tunggu...
Arif Bustan
Arif Bustan Mohon Tunggu... -

selalu ceria dan paling benci pada penakut

Selanjutnya

Tutup

Catatan

Kronologi Pemukulan Caaleg Demokrat Kepada Seorang Guru

5 Oktober 2013   20:13 Diperbarui: 24 Juni 2015   06:57 320
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Penuturan Korban ( guru olahraga )

Kamis,tanggal 3 oktober 2013 pukul 7.30 WITA, jadwal pelajaran olahraga di kelas 6B SD impress bangkala II, akan di mulai proses belajar-mengajar. Sebelum pelajaran di mulai saya selaku guru olahraga masuk ke dalam kelasuntuk mengecek kesiapan siswa-siswi untuk praktek olahraga di halaman sekolah, ada 2 murid yang tidak berpakaian seragam olah raga sekolah.

Tariza memakai baju kaos ketat yang mencolok dan Santia tidak memakai baju olah raga. saat itu saya memperingati bahwa, “Kamu tidak usah mengikuti olahraga dulu, tinggal dalam kelas untuk mengerjakan soal penjas saja tapi si Tariza tetap ngotot untuk ikut olahraga.

Karena Tariza tetap ngotot untuk ikut olah raga, jadi saya mengikutkannya karna akan diadakan pengambilan nilai, tapi minggu depan tidak boleh menggunakan pakaian itu lagi (kaos oblong ketat) selanjutnya kami semua ke halaman sekolah. Anak-anak saya suruh berbaris 2 saf, lalu saya mengabsen dan bertanya kepada anak-anak siapa diantara kalian yang sakit dan tidak bisa mengikuti pelajaran olaraga, tapi anak-anak menjawab tidak ada, Selanjutnya saya menyuruh anak-anak untuk lari keliling lapangan untuk pemanasan. Setelah lari . Anak-anak berbaris 4 saf lagi dan saya sampaikan dan peragakan materi Lari Jarak Pendek , lalu anak-anak menyampaikan kalau Tariza kembali ke dalam kelas dan mengajak temannya yang lain tapi hanya 1 orang yang ikut tanpa minta izin sebelumnya.

Lalu saya mengikuti ke dalam kelas tapi Tariza dan temanya mentutup pintu, lalu saya dorong pintu, di depan pintu saya bertanya pada Tariza, “Kenapa kamu tidak ikut olahraga?, terus Tariza menjawab saya sakit kepala dan langsung menangis lalu saya tanya kembali kenapa tadi tidak menjawab bahwa kamu sakit sewaktu pelajaran belum dimulai tapi malah kamu ngotot mau ikut olahraga. Lalu Tariza berdiri dan menuju kearah saya dan membentak dengan nada keras “ saya sakit,saya sakit, saya sakit!!” (dengan memberontak) dan seingat saya anak ini tidak suka olah raga LARI makanya dia berbohong.

Setelah itu Tariza tambah menjadi-jadi dan memberontak bicara keras manantang saya sambil menagis. Dan saya menegurnya, saya bilang “perbaiki dirimu, salah kamu tadi tidak meminta izin kepada saya (ibu guru). Selanjutnya saya menyuruh dia untuk memanggil mamanya ke sekolah untuk memberitahukan masalah-masalahnya di sekolah yang sudah berulang kali dan bukan hanya saya selaku guru bidang studi penjas tetapi dengan guru bidang studi lain juga.

Tariza pun pulang ke rumahnya dalam keadaan menangis. Saya pun melanjutkan mengajar lalu mengambil nilai anak-anak dengan memegang daftar nilai sambil menulis, beberapa saat kemudian saya tiba-tiba di pukul keras dari belakang mengenai batang leher saya, lalu saya tersungkur, dalam keadaaan sempoyongan saya berusaha bangkit perbaiki posisi saya, ternyata saya dipukul oleh ibunya Tariza (Hamsia Sangkala) secara mendadak sambil berteriak “Rasakan pukulan saya dari belakang” lalu saya rangkul dan mengajak ibu tarizamasuk ke kantor, saya bilang “di dalam ki bicarakan secara baik-baik”tiba-tiba dia memukul saya lagi dari depan mengenai bibir saya, dan seorang murid pun terkena tangan dari ibu Tariza saat memukul saya. Tiba-tiba kepala sekolah bangkala I berteriak “Berhenti!!” dan melarang ibu Tariza menghakimi saya sendiri.

Kejadian ini disaksikan beberapa orang tua murid, siswa-siswi, dan beberapa guru SD inpres bangkala I dan II. Beberapa orang tua murid yang melihat saya dianiaya lari melapor ke kepala sekolah bahwa guru olaraga ta dianiaya, lalu kepala sekolah keluar mengajak ibu Tariza ke kantor tapi dia tidak mau sambil memberontak dan berkata-kata kasar bahwa guru-guru di sini sering memukul anak saya, kepala sekolah tetap mengajak ke ruangannya, tetapi ibu Tariza tidak mau dan tetap marah, malah balik memaksakepala sekolah untuk masuk ke dalam kelas 6B untuk mencari kesaksian dari teman-teman Tariza katanya anaknya dipukul.

Saya sempoyongan berjalan ke ruang guru diikuti oleh murid-murid,guru,dan beberapa orang tua murid. Di dalam ruangan guru saya duduk sambil menangis karena shok dan merasa sakit akibat pukulan keras yang mengenai batang leher saya. Beberapa saat kemudian saya dipanggil oleh kepala sekolah ke ruangannya untuk membicarakan masalah Tariza dan kejadian yang menimpa saya saat itu.

Setelah itu, saya permisi keluar kembali ke ruangan guru untuk minum tiba-tiba seorang guru melihat bibir saya mengeluarkan darah, dan saya melihat ke cermin ternyata bibir pecah. Beberapa saat kemudian tiba-tiba suami saya datang menjemput untuk pulang karena jam mengajar saya sudah selesai, dan suami saya melihat saya menangis dan bibir saya berdarah, suami saya berteriak “siapa yang menganiaya istri saya?” kemudian saya merangkul suami saya dan mengatakan “jangan miki pak!” tapi suami saya mengatakan “ini penganiayaan dan main hakim sendiri, kejadiannya di lingkungan sekolah pada saat jam mengajar , kejadian ini harus dilaporkan ke polisi” .

Mohon tunggu...

Lihat Catatan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun