Mohon tunggu...
Umaimah Hanina
Umaimah Hanina Mohon Tunggu... -

Mencoba menggoreskan rasa yang kadang hilang dihempas waktu. Hanya sebuah Catatan Hati Seorang Istri yang ingin mempersembahkan sesuatu yang terbaik untuk keluarga

Selanjutnya

Tutup

Catatan Artikel Utama

Bahagia Menjadi Seorang Ibu

26 Maret 2015   11:28 Diperbarui: 17 Juni 2015   08:59 42
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Sebagai ibu rumah tangga, saya baru belajar merangkai kata. Harapannya, di kompasiana ini saya bisa berbagi sekaligus belajar meningkatkan diri...

Suatu hal yang paling menakutkan dan menjengkelkan bagi saya bahwa jika nanti berkeluarga memiliki suami acuh tak acuh dalam urusan rumah tangga, bayangkan saja pekerjaan yang sebanyak itu harus dikerjakan sendiri.

Saya sangat bersyukur sekali suami saya mau diajak bekerjasama dalam mengatur rumah, bergotong royong menangani masalah, mau mendengar keluhan-keluhan saya.. walalupun terkadang sampai emosi juga kalau ditanggapi dengan dingin…

Pada pagi hari setelah sholat shubuh tet.., saya harus cepat bergerak, berpacu dengan waktu agar tidak ada yang terlambat berangkat ke sekolah,  Saya harus mencuci baju satu rumah membilas dan mengeringkannya walaupun lebih sering menjemurnya bila sdh beres smua pekerjaan rumah, atau disela2 mengajar jika ada jam kosong saya pulang untuk menjemur pakaian, kebetulan rumah saya kan deket ama sekolahan..

Saya suka mengerjakan sesuatu dengan menyambi pekerjaan yang lain, selain memutar mesin cuci, saya membangunkan anak-anak untuk siap memandikan mereka, saya harus membangunkan sikecil dulu baru yang besar, saya mandikan adeknya yang umur 3 bulan lbh awal supaya kakanya gak menggannggu saya ketika memandikan, pernah saya kebalik kakanya dulu baru adeknya, masyaallah… kakanya sangat ingin membantu saya ikut memandikan adeknya bukan malah cepet tapi justru lebih lama dan terkadang yang paling parah dia ingin ikut nyemplung ke dalam bak mandi bersama adeknya. bikin saya garuk2 kepala dipagi hari….

Aksi berikutnya saya memandikan si kaka yang berumur 2,5 tahun, sungguh pengalaman yang luar biasa, disaat anak masih mengantuk harus dibangunkan, terkadang menangis karna masih mengantuk h dibangunkan secara paksa ke kamar mandi, matanya aja masih merem,  aslinya mana saya tega. Tapi demi membangun kedisiplinan ya saya harus tega, supaya anak-anak juga terbiasa kalau hari sekolah harus bangun pagi. Saya biasa merayunya supaya mau melek dengan menanyakan mau mandi air dingin atau air panas(hangat)… biasanya dengan kata2 inilah anak saya mulai sadar bahwa dia harus mandi dan diberikan pilihan. Kalau tidak menjawab tetap saya guyur sedikit demi sedikit dengan air dingin sampai ia bangun, dan bilang pakai air panas umi… sambil merengek dia meminta kepada saya. Ya allah saya betul-betul merasa menjadi seorang ibu, ketika hamper semua pekerjaan rumah saya yang mengerjakan. Suami saya memang tidak sempat melayani anak2, ikut membantu saya mengurus karena kesibukannya yang begit padat dari subuh jam 5 sampai sore jam 5, terkadang ditambah malam hari yang ada rapat atau mengisi pengajian.

Sungguh bukan suatu yang mudah bagi saya untuk melakukan semua itu, kalau bukan dilandaskan rasa kasih sayang terhadap keluarga dan rasa saling memberi  serta menerima maka keluarga akan bisa harmonis. Dan tentu satu sama lain akan merasa terbebani, tidak bisa bersinergi untuk mewujudkan cita-cita berkeluarga.

Kata-kata lelah, bosan atau monoton pasti ada dalam benak seorang ibu tapi disitulah titik juang dan ujiannya seberapa tahan kita bisa terus melakukannya. Saya yakin ibu-ibu diseluruh dunia bisa melakukannya dengan berbagai motivasi. Kalau saya pribadi merasakan memang berkarir menjadi ibu rumah tangga itu mulia, sangat mulia sekali, tidak ada cuti, tidak ada uang lembur, tidak boleh sakit, tidak ada gaji,  bekerja 24 jam total, mengerjakan semuanya harus ikhlas. Baik yang memiliki pembantu ataupun tidak.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Catatan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun