BEST PRACTICE GURU SMK
MEMBENTUK KARAKTER SISWA MELALUI AJANG PRESTASI
SEBAGAI SYARAT
GURU BERPRESTASI
TINGKAT KOTA PROBOLINGGO
TAHUN 2013
OLEH:
DWI ANGGRAENI, M.Pd
NIP. 10970521 200312 2 006
DINAS PENDIDIKAN
SEKOLAH MENENGAH KEJURUAN NEGERI 3
KOTA PROBOLINGGO
Jl. Pahlawan No. 26A (0335) 421564
2013
BIODATA PENULIS
Nama: Dwi Anggraeni, S.Pd, M.Pd
NIP: 197505212003122006
Tempat/Tanggal Lahir: Probolinggo/ 21 Mei 1975
Pendidikan Terakhir: S-2 (Magister Kebijakan Dan Pengembangan Pendidikan)
Instansi Asal: SMK Negeri 3 Probolinggo
Alamat Instansi: Jl. Pahlawan No. 26 A Probolinggo
Alamat Rumah: Perum Asabri Blok B No. 52/ 107
No. HP: 081559992633 – 085236907676
Telp. Sekolah: (0335) 423186
Mengajar Bidang Studi: Matematika
Prestasi Yang Pernah Diraih: 1. Juara I Lomba Inovasi Guru (Jawa Pos)
2. Juara I Lomba Media Pembelajaran (Yayasan Tunas Bangsa)
3. Juara I Lomba Prestasi Guru Kota Probolinggo
4. Presentator dalam kegiatan Seminar Pendidikan di Hotel Trio Malang
5. Presentator dalam kegiatan MGMP Matematika SMK se- Kota Probolinggo
6. Presentator dalam kegiatan seminar internasional di Yala Thailand
Karya Tulis Yang Pernah Dipublikasikan : 19 karya tulis yang terpublikasikan
Pembimbingan Siswa Prestasi: 12 Prestasi siswa mencapai juara dan 18 Prestasi siswa belum mencapai juara
BAB I
PENDAHULUAN
A.Latar Belakang
Pada hakekatnya pendidikan merupakan suatu pembentukan dan pengembangan kepribadian manusia secara menyeluruh, yakni pembentukan dan pengembangan potensi ilmiah yang ada pada diri manusia secara menyeluruh, sehingga manusia mampu menghadapi setiap perubahan yang terjadi. Dalam rangka pembangunan manusia Indonesia seutuhnya, pembangunan di bidang pendidikan merupakan sarana dan wahana yang sangat baik dalam pembinaan sumber daya manusia. Oleh karena itu, dalam proses pendidikan disamping menekankan pada ilmu pengetahuan (kognitif) juga diarahkan pada pengembangan kecerdasan untuk dapat belajar cepat dengan terampil dalam melaksanakan sesuatu (psikomotor), serta diarahkan pada pengembangan sikap mental dan kepribadian untuk terjun di masyarakat (afektif). Selain itu pendidikan perlu mendapatkan perhatian dan penanganan oleh pemerintah, keluarga dan pengelola pendidikan.
Menurut Undang-Undang Nomor 20 tahun 2003 tentang Pendidikan Nasional: “Pendidikan adalah usaha sadar dan terencana untuk mewujudkan suasana belajar dan proses pembelajaran agar peserta didik secara aktif mengembangkan potensi dirinya untuk memiliki kekuatan spiritual keagamaan, pengendalian diri, kepribadian, kecerdasan akhlaq mulia, serta keterampilan yang diperlukan dirinya, masyarakat, bangsa dan negara”.
Pendidikan juga merupakan bimbingan terhadap perkembangan pribadi yang bersifat menyeluruh, perkembangan pribadi dengan segala macam aspeknya misalnya cipta, rasa, jasmani, dan lain-lain. Secara sederhana diartikan sebagai usahan manusia untuk membina kepribadiannya sesuai dengan nilai-nilai di dalam masyarakat dan kebudayaan. Dalam UU RI No. 20 Tahun 2003, pemerintah juga telah mengatur tentang tujuan dan fungsi pendidikan Nasional yang berbunyi : “Pendidikan Nasional berfungsi mengembangkan kemampuan dan membentuk watak serta peradaban bangsa yang bermartabat dalam rangka mencerdaskan kehidupan bangsa. Bertujuan mengembangkan potensi peserta didik agar menjadi manusia yang beriman dan bertaqwa kepada Tuhan Yang Maha Esa, berakhlaq mulia, sehat, berilmu, cakap, kreatif, mandiri dan menjadi warga negara yang demokratis serta bertanggung jawab.
Sudah jelas bahwa tujuan pendidikan di atas mengandung pengertian bahwa setiap manusia Indonesia diharapkan mampu meningkatkan kualitas iman dan taqwa kepada Allah SWT, dan berbudi pekerti yang luhur, memiliki pengetahuan, keterampilan serta bertanggung jawab kepada masyarakat dan bangsa, yang berarti pendidikan harus terdiri atas tiga aspek tujuan pendidikan yaitu kognitif, afektif dan psikomotor.
Keberhasilan dalam menempuh setiap jalur pendidikan dapat diketahui melalui evaluasi proses pendidikan yang telah ditempuh dan telah diukur dengan prestasi belajar yang mana kesemuanya tersebut tergantung pada kualitas belajar seseorang. Salah satu indikator tercapainya hasil belajar adalah dengan diketahuinya prestasi belajar yang dicapai oleh siswa, sebagai subyek belajar.
Prestasi belajar merupakan indikator penting dalam melihat keberhasilan siswa, hal yang menentukan prestasi belajar siswa dapat diidentifikasikan melalui faktor yang berasal dari siswa itu sendiri seperti adanya dorongan kuat untuk mencapai tujuan, disiplin terhadap diri sendiri, minat, motivasi, dan kemampuan awal yang dimiliki siswa. Faktor dari luar diri siswa seperti lingkungan pergaulan, lingkungan keluarga, perhatian orang tua dan sebagainya.
Saiful Bahri Djamarah dalam bukunya Prestasi Belajar dan Kompetensi Guru, yang mengutip dari Mas’ud Hasan Abdul Qahar, bahwa “prestasi adalah apa yang telah dapat diciptakan, hasil pekerjaan , hasil yang menyenangkan hati yang diperoleh dengan jalan keuletan kerja”. Dalam buku yang sama Nasrun Harahap, berpendapat bahwa prestasi adalah “penilaian pendidikan tentang perkembangan dan kemajuan siswa berkenaan dengan penguasaan bahan pelajaran yang disajikan kepada siswa.
Prestasi belajar siswa dapat dipengaruhi oleh banyak faktor, yaitu faktor dari dalam diri siswa, faktor dari luar diri siswa. Faktor yang berasal dari dalam diri siswa adalah kemampuan yang ada pada dirinya juga faktor motivasi, minat, sikap, kebiasaan belajar, ketekunan sosial ekonomi. Sedangkan faktor dari luar siswa yang ikut mempengaruhi hasil dan proses belajar adalah lingkungan belajar yang termasuk di dalamnya adalah sarana atau fasilitas belajar.
Masa remaja adalah masa dimana seorang anak mencari pola hidup yang sesuai dengan jati dirinya. Seorang remaja akan cenderung memilih untuk bergaul dengan kelompok teman sebaya sebagai wadah penyesuaian diri. Interaksi yang dilakukan bersama teman sebaya berdampak pada perubahan perilaku, gagasan bahkan corak kehidupan kepribadian individu. Kelompok teman sebaya merupakan salah satu lingkungan sosial bagi remaja untuk belajar hidup bersama orang lain yang bukan anggota keluarganya. Lingkungan teman sebaya merupakan suatu kelompok yang baru, yang memiliki ciri, norma, kebiasaan yang jauh berbeda dengan apa yang ada dalam lingkungan keluarga remaja. Usia remaja merupakan usaha mencari identitas, dan hal itu dapat berpengaruh dalam kehidupan anak-dan karakter anak.
Sekolah merupakan lembaga pendidikan formal yang secara sistematis melaksanakan program bimbingan, pengajaran dan latihan dalam rangka membantu siswa agar mampu mengembangkan potensinya, baik yang menyangkut aspek moral-spiritual, intelektual, emosional maupun sosial. Sekolah merupakan faktor penentu bagi perkembangan karakter siswa, baik dalam cara berfikir, bersikap maupun cara berperilaku. Sekolah berperan sebagai substitusi keluarga dan guru substitusi orang tua. Sekolah sebaiknya berupaya untuk menciptakan iklim yang kondusif atau kondisi yang dapat memfasilitasi siswa (yang umumnya usia remaja) untuk mencapai perkembangannya. Tugas-tugas perkembangan remaja itu menyangkut aspek-aspek kematangan dalam berinteraksi sosial, kematangan personal, kematangan dalam mencapai filsafat hidup dan kematangan dalam beriman dan bertaqwa kepada Tuhan Yang Maha Esa. Untuk itu pihak sekolah perlu menyelenggarakan kegiatan-kegiatan penunjang selain penyampaian materi berupa kegiatan belajar mengajar.
Organisasi Siswa Intra Sekolah (OSIS) merupakan organisasi siswa yang resmi dan diselenggarakan di sekolah dengan tujuan untuk melatih kepemimpinan siswa serta memberikan wadah bagi siswa untuk melakukan kegiatan yang sesuai dengan bakat dan minat siswa. OSIS SMK Negeri 3 Probolinggo mempunyai berbagai macam kegiatan yang dapat menyalurkan bakat dan kreatifitas yang dimiliki siswa seperti Pramuka, Pecinta Alam (Palung), KIR, PMR, Basket, Rohis, Modeling, Seni Tari, Volly dan Membatik.
Siswa dapat berpartisipasi dalam kegiatan-kegiatan tersebut sesuai dengan minat dan bakat yang dimiliki, sehingga kreatifitas yang ada di dalam diri siswa dapat tersalurkan dengan baik. Siswa yang aktif di dalam mengikuti kegiatan OSIS cenderung memiliki sifat-sifat yang lebih menonjol dibanding dengan siswa yang kurang aktif dalam berbagai kegiatan OSIS. Siswa yang aktif dalam berbagai kegiatan OSIS akan menjadi probadi yang kreatif , mempunyai sikap disiplin tinggi, lebih bertanggung jawab, mempunyai pemikirn yang luas, lebih percaya diri, berani dalam berpendapat dan keyakinan dalam menyatakan pendapat serta berani mempertahankan pendapatnya.
Akan tetapi siswa yang terlalu aktif dalam berbagai kegiatan OSIS juga dapat memberi dampak yang kurang bagus terhadap prestasi belajarnya. Terkait dengan waktu pelaksanaan kegiatan-kegiatan tersebut biasanya dilakukan di luar jam sekolah sampai sore hari. Siswa sampai di rumah sudah dalam kondisi yang tidak memungkinkan untuk belajar, sehingga waktu belajar siswa yang terlalu aktif di dalam kegiatan OSIS tidak maksimal dibanding dengan siswa yang kurng atau tidak aktif mengikuti kegiatan OSIS.
Berdasarkan uraian latar belakang yang telah dijabarkan di atas, maka penulis terdorong melakukan suatu inovasi pemikiran yang mampu membawa siswa menjadi berguna dan berprestasi pada tingkat keterampilan yang dan kompetensi yang dimiliki untuk membangkitkan rasa percaya diri, tanggung jawab, dan mampu bersaing dengan siswa sekolah lainnya yang lebih unggul melalui upaya mengikutsertakan siswa dalam berbagai ajang kreatifitas dan lomba antar sekolah baik antar sekolah dalam kota maupun pada tingkat nasional.
B.Permasalahan
Sekolah Menengah Kejuruan Negeri 3 (SMKN 3) Probolinggo merupakan salah satu Sekolah Kejuruan Negeri yang ada di Kota Probolinggo yang mendalami Keahlian Pariwisata yang di dalamnya ada 4 Program Keahlian, yaitu Tata Busana, Tata Boga, Akomodasi Perhotelan dan Tata Kecantikan Rambut. Secara akademik kemampuan siswa SMKN 3 jika dibandingkan dengan Sekolah Menengah Atas lainnya masih jauh lebih rendah, hal ini dikarenakan Input siswa secara formal dari nilai Ujian Nasional/ Kelulusan adalah rendah.
Dengan kondisi siswa yang kemampuan akademisnya rendah, sekolah tetap dituntut untuk mampu menghasilkan output yang super (siswa yang super) dan sekolah juga harus tetap mendapatkan siswa pada tahun berikutnya. Melihat tuntutan masyarakat akan ouput dan prestasi siswa, masyarakat percaya manitipkan anak-anaknya pada SMKN 3 untuk didik menjadi anak yang berprestasi dan berkarakter.
C.Strategi Pemecahan Masalah
Melihat permasalahan tersebut di atas maka strategi pemecahan masalah yang dapat dilakukan adalah dengan menggali potensi non akademis untuk menunjukkan kompetensi agar siswa mampi berprestasi. Dengan berprestasinya siswa melalui kompetensi yang dimilikinya maka secara tidak langsung mampu membentuk karakter siswa.
BAB II
PEMBAHASAN
A.Alasan Pemilihan Strategi Pemecahan Masalah
Menurut Kemendiknas (2010:7), karakter adalah nilai-nilai yang unik/baik yang terpateri dalam diri dan terjawantahkan dalam perilaku. Karakter secara koheren memancar dari hasil olah pikir, olah hati, olah rasa dan karsa, serta olah raga seseorang atau sekelompok orang. Karaker sangatlah beragam bentuknya, terdapat 18 nilai karakter bangsa diantaranya: religius, jujur, toleransi, disiplin, kerja keras, kreatif, mandiri, demokratis, rasa ingin tahu, semangat kebangsaan, cinta tanah air, menghargai prestasi, komunikatif, cinta damai, gemar membaca, peduli lingkungan, peduli sosial dan tanggung jawab.
Berdasarkan penelitian yang dilakukan oleh Tasripin (2011) bahwa pengembangan pendidikan karakter melalui kegiatan ekstrakurikuler berkontribusi positif terhadap pembentukan dan pengembangan karakter siswa. Penelitian lain yang berhubungan dengan prestasi belajar adalah penelitian yang dilakukan oleh St. Andri Widiyanti (2012). Hasil penelitian St. Andri Widiyanti mengemukaan bahwa terdapat perbedaan kepribadian dalam Pendidikan Agama Katolik antara siswa yang memiliki motivasi tinggi dan motivasi rendah dalam belajar, artinya siswa yang motivasi rendah maka kepribadian/karakternya juga rendah dan juga sebaliknya. Prestasi belajar juga dipengaruhi oleh motivasi belajar artinya jika seseorang bermotivasi tinggi maka siswa juga akan bersemangat untuk belajar dan hasilnya dia akan lebih mudah dalam mengerjakan soal-soal pelajaran ketika tes dilakukan.
Menurut Thomas Lickona (1992:22), karakter merupakan sifat alami seseorang dalam merespon situasi secara bermoral. Sifat alami itu dimanifestasikan dalam tindakan nyata melalui tingkah laku yang baik, jujur, bertanggungjawab, menghormati orang lain dan karakter mulia lainnya. Sedangkan Menurut Kemendiknas (2010:7), karakter adalah nilai-nilai yang unik-baik yang terpateri dalam diri dan terejawantahkan dalam perilaku. Karakter secara koheren memancar dari hasil olah pikir, olah hati, olah rasa dan karsa, serta olah raga seseorang atau sekelompok orang.
Menurut Andersen (1980:23) ada dua metode yang dapat digunakan untuk mengukur ranah afektif, yaitu metode observasi dan metode laporan-diri. Penggunaan metode observasi berdasarkan pada asumsi bahwa karakteristik afektif dapat dilihat dari perilaku atau perbuatan yang ditampilkan, reaksi psikologi, atau keduanya. Metode laporan-diri berasumsi bahwa yang mengetahui keadaan afektif seseorang adalah dirinya sendiri. Namun, hal ini menuntut kejujuran dalam mengungkap karakteristik afektif diri sendiri.
Menurut Thurow (dalam Masnur Muslich, 2011:21), dalam hal kualitas produksi, negara AS kalah dengan Jepang karena strategi pendidikan di Jepang lebih mementingkan bagaimana menyiapkan tenaga kerja yang berkualitas dan professional, yang merupakan bagian terbesar dari penduduk. AS yang lebih mementingkan 10% siswa terpandai. Sebaliknya, strategi pendidikan Jepang justru menyiapkan 50% siswa terbawah (dalam skala IQ) untuk menjadi tenaga kerja yang handal. Mereka yang sangat tinggi kemampuan akademisnya (yang populasinya tidak lebih dari 15%), akan masuk ke jenjang perguruan tinggi setelah menempuh ujian saringan perguruan tinggi yang sangat sulit. Dengan strategi seperti ini sistem pendidikan di Jepang terutama pendidikan dasar dianggap relatif tidak sulit dan menyenangkan bagi anak-anak.
Bagaimana dengan di Indonesia? Dimanapun manusia di muka bumi ini, yang memiliki IQ diatas angka 120 tidak lebih dari 10% jumlah penduduk. Sebaliknya, sebagian besar mereka
B.Hasil atau dampak yang dicapai dari strategi yang dipilih mengawali tugas sebagai guru
C.Kendala-kendala yang dihadapi dalam melaksanakan strategi yang dipilih . Strategi-strategi yang dipakai dimaksudkan untuk menyelesaikan masalah secara efisien dan efektif
D.Faktor-faktor pendukung
E.Alternatif Pengembangan
BAB III
KESIMPULAN DAN REKOMENDASI OPERASIONAL
A.Rumusan Simpulan
B.Rekomendasi Operasional
DAFTAR PUSTAKA
Patimah. (2011). Pendidikan Karakter Melalui Program Ekstrakurikuler. Diakses dari http://skp.unair.ac.id/repository/Guru-Indonesia/PENDIDIKANKARAKTER_PATIMAH_16759.pdf.html pada tanggal 10 Juni 2012, Jam 13.00 WIB.
Thomas Lickona. (1992). Educating for Character: How Our School Can Teach Respect and Responsibility. New York: Bantam Books.
Lorin Andersen. (1980). Assessing Affective Characteristic in the Schools. Boston: Allyn and Bacon.
Tasripin. (2011). Pengembangan Pendidikan Karakter melalui Kegiatan Ekstrakurikuler Berbasis Pembiasaan: Studi Kasus di SDN Sukarame 01 Kecamatan Caringin Kabupaten Garut. Tesis. PPs-UPI.
Kementrian Pendidikan Nasional. (2010). Kerangka Acuan Pendidikan Karakter (ebook). Jakarta: Kementrian Pendidikan Nasional.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H