Di sini saya akan bercerita mengenai tokoh pemuda yang inspiratif, dia bernama Ahmad Kholiqurrahman, yang akrab di panggil Ulil, dia berumur 16 tahun, dia anak kedua dari tiga bersaudara. Dia dilahirkan dari keluarga harmonis dan berkecukupan dalam kehidupan sehari-harinya, namun dia memiliki kekurangann pada penglihatannya, dia lahir dalam keadaan buta karena selaput lendir di matanya, di umur 1 tahun Dokter mata menyarankan untuk mengoperasi matanya, namun orang tuanya tidak mengijinkan karena masih terlalu kecil, orang tuanya pun mengambil alternatif lain untuk mengobati anaknya tersebut, namun tidak berhasil.
Setelah berumur 2 tahun orang tuanya pun mencoba untuk mengikuti saran Dokter agar mengoperasi mata anaknya, tetapi hasilnya tidak terlalu memuaskan karena tindakan tersebut sudah terlambat, kata Dokter. Dari yang awalnya buta dia pun mulai bisa melihat dengan tindakan operasi tersebut, walaupun pandangannya tidak terlalu jelas.
Di kehidupan sehari-hari dia lewati dengan perasaan minder dengan keadaan tersebut. Upaya terus dilakukan oleh keluarganya, walaupun hasil yang di dapat tidak seperti yang di inginkan. Suatu ketika keluarganya pun merasa putus asa akan usaha yang dilakukan untuk mengobati anaknnya tersebut. Merasa prihatin terhadap keadaan anaknya itu, sang Ibu pun tak henti-henti menyemangati anaknya serta menerima keadaan tanpa harus merasa minder.
Di usia 0-4 tahun beban itu tidak terlalu terasa karena dia masih bermain di lingkungan rumah saja, namun beban itu mulai terasa saat dia berusia 5 tahun keatas karena disitu dia mulai berinteraksi dengan lingkungan sekitar dan mulai bermain dengan teman-temannya. Belum lagi orang tuanya bingung tentang pendidikan anaknya, apakah si anak tersebut mampu bersekolah seperti anak lainnya. Semakin bingunglah orang tuanya terhadap keadaan anaknya tersebut. Dengan hal tersebut membuat keadaan semakin sulit.
Dengan bertambahnya usia si anak, dia pun mulai sadar dengan kekurangan yang dimiliki, dia pun berfikir tidak boleh menyerah dengan keadaan tersebut dan harus tetap semangat menjalani kehidupan sehari-hari. Suatu ketika dia mulai berbicara kepada orang tuanya bahwa dia ingin bersekolah seperti anak lainnya. Dengan keinginan yang kuat dan upaya yang meyakinkan saat berbicara kepada orang tuanya. Sehingga timbullah semangat baru dalam diri orang tuanya tentang keadaan anaknya tersebut. Mulailah orang tuanya mencarikan sekolah untuk anaknya dan membelikan kaca mata untuk membantu penglihatan si anak. Setelah bersekolah di SDN 42 Pontianak Kota ternyata dia menjadi salah satu anak yang berprestasi di kelasnya. Dengan penuh semangat ia terus belajar dan terbiasa bergaul dengan teman-temannya tanpa harus malu dan minder.
Hal itu dibuktikan dengan keaktifannya sebagai guru ngaji dan remaja masjid di lingkungan kami tepatnya di Masjid Ma’ashabirin, Jalan Perdamaian Kota Baru Ujung. Pemuda yang sangat bisa di banggakan dan takkan cukup ribuan kata ucapan terima kasih terhadap apa yang telah dilakukannya, khususnya pada remaja atau pemuda yang berada di lingkungan kami.
Sedangkan saya yang memiliki kekurangan pada penglihatan saya ini bahkan bisa dikatakan buta jika tanpa bantuan kaca mata, karena minus saya sudah mencapai 900 hingga 1000 lebih, dengan keadaan ini saya masih sangat bersemangat dalam menuntut ilmu dan belajar mengaji. Saya saja yang memiliki kekurangan ini masih bisa dan semangat mengaji, mengapa kalian yang bagus penglihatannya tidak bisa atau tidak semangat mengaji dan menuntut ilmu”.
Pesan yang disampaikan :