seorang narapidana. Rambut gondrong acak-acakan dengan uban yang sudah mulai menyembul dari kepala, menunjukkan dengan jelas karakter dan identitas lakon yang ia perankan. Ia terbangun dari tidurnya di pagi hari dan langsung membakar emosi penonton lewat amarahnya yang tak terbendung akibat meratapi nasib buruk yang telah menimpa dirinya.
"Sialan kamu, bisakah biarkan aku tidur sejenak. Penjahat juga butuh tidur," lantangnya.
Sang aktor dengan lihai mampu mengayunkan pasang-surut emosi penonton. Diakhir cerita, aktor tersebut memberikan epilog bahwa setelah dipenjara selama bertahun-tahun, suatu ketika ada wartawan yang kembali membuka berkas hukum sang bramocorah dan ternyata terbukti ia tidak bersalah. Namun ketika pagar sel dibuka nahas sang bramocorah telah bunuh diri dengan menggantung dirinya di seutas tali. Ini adalah sebagai bentuk perlawanannya terhadap penegak hukum bahwa kejahatan kecil selalu diperlakukan tidak adil, sedangkan kejahatan besar (elite-red) selalu tumpul.
Karena pementasan ini mengusung tema monolog, maka secara harfiah hanya ada satu orang untuk melakukan adegan atau sketsanya. Di satu sesi dia menjadi bramocorah, lalu menjadi hakim, menjadi bos, dan bahkan menjadi Tuhan. Menampilkan artikulasi dan bahasa tubuh yang lugas menjadi tugas besar sang aktor untuk bisa memerankan Aeng. Jam terbang dan pengalaman yang tinggi juga yang membuatnya telah memiliki pengalaman yang cukup banyak dalam seni peran ini.
Lakon yang diperankan oleh aktor ini cukup menguras emosi. Butuh persiapan yang panjang untuk mempersiapkan pementasan ini.
5. Simpulan
Berdasarkan analisis yang sudah dilakukan, dapat disimpulkan bahwa pemeran aktor dalam drama teater Monolog Aeng/Alimin sudah cukup baik menampilkan perannya. Dari segi tata rias, tata panggung, dan tata musik juga sudah sesuai meskipun hanya menggunakan properti yang sederhana.
Alur cerita dalam teater sudah menarik sebab dalam teater tersebut menjelaskan ketidak bebasan berpendapat, perbedaan kelas ekonomi, kebenaran adalah hal yang susah ditemukan dan tidak adilnya hukum. Disarankan nantinya akan semakin banyak penulis yang menuliskan karya-karya yang mengangkat ketidakadilan di sekitarnya.
6. Daftar Pustaka
Wijaya, Putu."Pementasan Teater Bala | Monolog Aeng/Alimin | karya Putu Wijaya " Youtube, diunggah oleh Teater Bala SMAN 1 Bawang, 29 Maret. 2022, https://youtu.be/-rdpltGqG-U
https://tirto.id/apa-itu-seni-pertunjukan-dan-jenis-jenisnya-gbTL
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H