Mohon tunggu...
Mayasari Noer
Mayasari Noer Mohon Tunggu... -

Selanjutnya

Tutup

Humaniora

Celengan untuk Tiket ke Paris

18 Mei 2017   19:54 Diperbarui: 18 Mei 2017   22:39 492
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Kaleng susu bekas merk Dancow itu sudah kucuci bersih dan kulap kering. Kututup kembali rapat-rapat tutup kaleng yang telah kupalu dengan pisau, supaya membentuk segaris celah untuk memasukkan uang koin dan syukur-syukur kalau dapat uang kertas dari mamak. 

Kubawa kaleng itu ke omku, yang bekerja sebagai tukang reparasi elektronik di pasar. 

"Om, solderkan dulu pinggir-pinggirnya supaya tidak bisa dicongkel." pintaku sedikit cemas sambil menyodorkan kaleng kosong tadi.

Acuh tak acuh om menurut saja, maklumlah di matanya anak ingusan masih SMP kelas 2 ini kumat lagi palingan. 

Kupeluk erat celenganku yang sudah tidak mungkin lagi bisa dicongkel oleh kakak atau adik-adikku. Celenganku mantap, anti congkel anti maling anti bandit ! Kecuali cunguk-cunguk itu berani menghilangkan sekaligus dengan kalengnya! Haduh...

Tiba di rumah, cepat-cepat aku mengambil spidol Snowman hitam, kutulis dengan bangga, di tutup kaleng bagian atas. Persis di atas lobang celengan : untuk beli tiket ke Paris!

Malam itu aku tidur sambil memeluk celenganku, masih kosong. Tapi aku yakin sekeping demi sekeping uang jajanku akan segera memenuhi kaleng ini.

"Sudah SMP tapi masih baga*," mungkin begitu kadang-kadang teman maupun keluarga sendiri menilaiku.

9 tahun kemudian, suatu malam yang dingin di tahun 2001, aku berusaha menekan perasaanku. Berusaha mengalahkannya...

Dari atas komedi putar raksasa aku berpegang kuat pada pegangan besi, dan memandang takjub ke bawah. Ke lautan kunang-kunang,  yang berkelip dengan angkuh memancarkan cahaya kemewahannya. Menyelimuti seluruh sudut kota, bagaikan langit sejuta bintang yang berpindah ke daratan.

Malam itu, malam yang dingin di kota Paris.  

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun