Mohon tunggu...
Maya Rahmayati
Maya Rahmayati Mohon Tunggu... ibu rumah tangga -

Seorang IRT, Pekerja Sosial Kemasyarakatan# bercita-cita melanjutkan study, dan selalu percaya "Tumbuh dan berkembang itu, dimulai dari menguatkan Akar (ke bawah)". untuk sesuatu yang saya percaya maka saya memilih untuk Tetap Semangat!! :)

Selanjutnya

Tutup

Politik Pilihan

Jalesveva Jayamahe: Catatan dari Pidato Perdana Sang Nahkoda

27 Oktober 2014   19:40 Diperbarui: 17 Juni 2015   19:33 115
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Politik. Sumber ilustrasi: FREEPIK/Freepik

Euphoria pesta rakyat menyambut presiden dan wakil presiden IndonesiaJoko Widodo dan Jusuf Kalla resmi dilantik pada 20 Oktoberlalu. Untuk sebagian orang masih menyisakan kenangan pesta, cerita-cerita betapa bangganya mereka dapat merasakan kedekatan dengan pemimpinnya. Sebagian besar lainnya tentu saja masih menunggu nama-nama menteri yang akan membantu beliau mensukseskan program, kebijakan strategis yang akan dijalankan oleh Pemimpin Negara dan Bangsa bernama Indonesia ini.

Seorang sahabat saya yang pada Pemilihan Presiden (Pilpres) tanggal 9 Juli lalu berbeda pilihan dengan saya mengatakan “Presidenmu dilantik tuh, gak ikut Pesta rakyat?” tanyanya. Saya hanya tersenyum dan menanggapi singkat “Presiden kita lah, Presiden Indonesia dia, dan saya cukup menikmatinya di layar kaca”.

Semarak, gegap gempita, perayaan yang juga menyabet tiga kategori rekor MURI, bagi saya itu hal yang tak akan mengganggu aktifitas saya. Sebagaimana yang telah saya tuliskan dalam akun media sosial saya sebelumnya “Siapapun Presiden, Ketua MPR/DPR kredit bulanan setoran motor, biaya listrik, air, tetap kita yang bayar” Bukan pesimis, tapi inilah fakta, bahwa semeriah apapun pesta kita berbahagia, pada akhirnya kita pun akan kembali pada aktifitas pada kerja-kerja yang tak perlu terlalu lama diabaikan dan terus larut didalamnya.

Bahkan disela-sela kesibukan harian, saya memutuskan untuk menjadikan pidato perdana Presiden pada pelantikan lalu sebagai angel tulisan. Bukankah ini bagian dari pilihan saya untuk terlibat dan melibatkan diri sebagai pencatat, sebagai pendokumentasi dari proses dan dinamika yang akan terus berjalan, tak selesai pada soal dukung mendukung, kritik mengkritik, tapi penting untuk menikmatinya sebagai perjalanan dengan detail ragam persoalan.

Dalam pidato perdana yang dibacakan Jokowi (panggilan akrabnya) sesaat setelah resmi dilantik dan mengucap sumpah jabatan di sidang Paripurna gedung MPR/DPR, dan disaksikan jutaan rakyat diseluruh Nusantara melalui layar kaca. Satu kalimat yang bagi saya cukup berkesan adalah mengenai komitmennya untuk menjadikan Laut sebagai sektor penting dalam pembangunan. “Kita harus bekerja dengan sekeras-kerasnya untuk mengembalikan Indonesia sebagai negara Maritim. Samudra, laut, selat dan teluk adalah masa depan peradaban kita. Kita telah terlalu lama memunggungi laut, memunggungi samudra, memunggungi selat dan teluk”penggalan kalimat yang memperjelas posisi geografis Indonesia sebagai Negara Maritim yang sudah lama kita abaikan.

Sekian banyak potensi dari sumber daya alam khususnya laut yang selama ini masih dikesampingkan. Kita ketahui, keberadaan Kementerian Kelautan dan Perikanan yang secara struktur disetiap Provinsi, Kabupaten/Kota memiliki Satuan Kerja Perangkat daerah (SKPD) yang fokus mengurus Kelautan dan Perikanan.

Tidak hanya itu, keindahan wilayah pantai Indonesia yang tersohor sampai ke mancanegara, wajah alam yang cukup menjanjikan di sektor pariwisata, laut menjadi salah satu yang yang dominan membuat tamu mancanegara memilih mengakhiri masa liburan di Negara ini. Pun telah menjadi urusan Kementerian Pariwisata dan dijadikan satu sektor dengan pengembangan Ekonomi Kreatif, di Era Kepemimpinan SBY.

Instansi, Kelembagaan, Sektor perikanan, Pariwisata, Pertambangan selama ini melihat laut sebagai Objek yang masih penting untuk terus dieksplorasi lebih dalam dan lebih jauh lagi. Semangat baru dari kutipan penggalan kalimat Jalesveva Jayamahe “Di laut kita kembali berjaya” seolah hadir sebagai warisan kalimat nenekmoyang yang menjelaskan wilayah Berjaya. Membongkar nalar kita, bahwa Laut tak sekedar dipandang sebagai objek akan tetapi menjadi subjek pembangunan dari aktifitas-aktifitas yang memediasi persoalan antar pulau. Sebut saja sektor perhubungan, yang berkaitan dengan infrastruktur di laut.

Jika selama ini kita beranggapan keberadaan laut dan perairan menjadi pembatas dari satu pulau ke pulau yang lain, satu daratan dengan daratan yang lain. Maka dengan semangat baru ini, merubah cara pandang kita bahwa sesungguhnya laut/ perairan Indonesia adalah penghubung satu pulau dengan yang lainnya. Sehingga prioritas penghubung ini menjadi penting.

Hampir setiap tahun, bahkan pada musim Angin Barat (istilah dipakai nelayan tradisional untuk menjelaskan musim hujan dan angin di laut dan kita akrab menyebutnya dengan angina muson) pada musim ini kerap terjadi kecelakaan khususnya pada transportasi laut. Tak hanya berdampak pada kerugian materi namun mengancam keselamatan nyawa penumpang. Kerap terjadi, namun disikapi sebagai angin lalu, pelengkap laporan jumlah kecelakaan setiap tahun dan jumlah korban jiwa. Tapi tak juga serius dibenahi.

Kapal-kapal Ferry sebagai pelayanan transportasi di dermaga kerap lalai dilakukan pengecekan terhadap standar pelayaran, oprasional mesin, bahkan kenyamanan para penumpang. Pada sektor ini, kita seolah menutup mata, justru lebih suka menyodorkan pilihan transportasi udara dengan harga tiket yang jauh lebih mahal, lebih efektif dan efisien. tanpa mau berbenah pelayanan disektor transportasi laut. Pilihan apa sebenarnya yang sedang kita berikan pada pengguna jasa layanan transportasi ini? Kita tak hanya sedang bicara soal harga transportasi, keselamatan, menghidupkan kembali kejayaan Maritim tapi yang terpenting adalah pilihan destinasi perjalanan.

Jika anda ingin menikmati pemandangan hamparan pulau, gugusan gunung dan warna-warna pulau, pilihannya adalah silakan anda menikmatinya dengan pesawat, terbangkah dilangit Indonesia yang indah. Tapi jika anda ingin menikmati detail perjalanan, menyusuri perbukitan, menikmati amis dan segarnya aroma laut dan tantangan gelombang, interaksi sosial dalam pelayaran, maka pilihan anda adalah transportasi laut kami menyediakannya. Berlayarlah di lautan Indonesia yang indah, menuju pulau-pulau yang hendak anda kunjungi. Begitu kira-kira pesan destinasi pilihan paket perjalanan yang tentu saja ini tak hanya soal bagaimana Instansi dapat mengemas kata-kata promosi akan tetapi juga menyediakan pelayanan yang baik sebagai penunjang.

Pada penutup pidatonya Jokowi kembali menegaskan satu hal yang pernah disampaikan oleh Presiden Pertama Republik Indonesia, Bung Karno. Bahwa untuk membangun Indonesia menjadi negara besar, negara kuat, negara makmur, negara damai, kita harus memiliki jiwa Cakrawarti Samudera; jiwa Pelaut yang berani mengarungi gelombang dan hempasan ombak yang menggulung.

“Sebagai nahkoda yang dipercaya oleh rakyat, saya mengajak semua warga bangsa untuk naik ke atas kapal Republik Indonesia dan berlayar bersama menuju Indonesia Raya. Kita akan kembangkan layar yang kuat. Kita akan hadapi semua badai dan gelombang samudera dengan kekuatan kita sendiri.” Menegaskan betapa kita mampu menjadi bangsa yang besar dengan berani mengarungi badai dan gelombang. Melihat detail persoalan dan potensi sebagai sesuatu yang tak hanya disikapi sebagai puncak perayaan. Tapi mengembalikan kekuatan, keberanian.

Harapan sebagai anak bangsa, Pemimpin baru Indonesia ini, akan konsisten pada visi misinya, pada janji politiknya dan tentu saja sebagai kalimat penutup yang diucapkannya bahwa ia akan setia dan berdiri pada kehendak rakyat dan konsitusi semoga saja menjadi satu catatan yang tak hanya disikapi secara lipsing politis tapi benar-benar sebagai gambaran utuh Ia adalah Pemimpin, Nahkoda dari kapal besar bernama Indonesia yang siap berlayar untuk Indoenesia raya, Indoenesia Hebat kedepan.***

Tulisan ini saya tulis sehari setelah Pelantikan Presiden RI ke-7. Terbit di harian Lombok Post pada Minggu, 26102014. 12 Jam sebelum pengumunan Kabinet Kerja. Yang saya sukai dari kabinet ini, terdapat Menko "Kemaritiman" dan mengapresiasi Kementrian Kelautan dibawah kepemimpinan Ibu Susi Pudjiastuti. ‪SELAMAT BEKERJA.

Mohon tunggu...

Lihat Konten Politik Selengkapnya
Lihat Politik Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun