Mohon tunggu...
Sosbud

"Catcall" Bukan Pujian

2 September 2017   22:40 Diperbarui: 3 September 2017   10:57 2006
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Catcall jika diterjemahkan memiliki konotasi ejekan dan jika dialihbahasakan memiliki arti siulan, teriakan, dan komentar mengenai hal-hal bersifat seksual terhadap perempuan yang lewat di jalan sehingga menimbulkan ketidaknyamanan pada diri si perempuan. Catcall merupakan kekerasan dan pelecehan seksual yang bersifat verbal. Hal ini menunjukkan rasa tidak hormat yang mengganggu keamanan dan kenyamanan perempuan yang menjadi korban tersebut. Terkadang sang pelaku melakukannya dengan santai seolah-olah tidak ada yang salah atas perbuatannya, kemudian tertawa setelahnya dan menganggap semua itu sebagai lelucon. Sedangkan beberapa dari korban yang tidak mengerti bahwa itu adalah ancaman bagi mereka terkadang menganggapnya sebagai pujian.

Faktanya, seringkali catcall dilakukan oleh pria yang tidak dikenal kepada perempuan yang sedang berjalan sendirian di jalan. Beberapa korban mengaku merasa risih, takut, dan marah ketika ada  lelaki yang tidak dikenal bersiul dan berteriak "Cewek, sendirian aja mau ditemenin nggak?" dan "Kayaknya boleh juga nih" atau sekedar memanggil dengan nada menggoda. Inilah yang menjadikan para perempuan takut untuk berjalan sendirian dan memilih naik kendaraan sendiri atau kendaraan umum. Ini juga yang menyebabkan mereka memilih untuk menunduk, mengepalkan tangan, dan pura-pura buta dan tuli jika bertemu dengan lelaki macam itu saat berjalan sendirian. Mereka menyadari bahwa menunduk adalah bentuk rasa takut mereka dan mengepalkan tangan adalah bentuk rasa marah mereka.

Pakaian juga merupakan salah satu sebab hal ini bisa terjadi. Jika yang berpakaian tertutup saja masih berpeluang menjadi korban catcall, maka yang berpakaian terbuka pun pasti akan memiliki peluang yang lebih besar lagi. Lebih menyedihkan jika catcall dilakukan oleh anak kecil. Tidak menutup kemungkinan bahwa anak-anak kecil yang menjadi pelaku terpengaruh atau meniru pelaku dewasa lainnya. Ini semua terjadi karena banyak orang yang membiarkan dirinya menjadi obyek catcall, bahkan ada yang menganggap hal tersebut sebagai suatu pujian.

Oleh karena itu, catcall masih akan terus menjadi kezaliman yang lazim jika tidak ada upaya melawan dan menegur kepada pelaku oleh korban atau orang yang menyaksikan hal itu terjadi. Catcall terjadi bukan karena pakaian, tapi karena sang korban perempuan. Catcall terjadi bukan hanya karena sang korban perempuan, namun karena tidak adanya perlawanan. Maka, berusaha untuk bersikap berani dan tegas adalah salah satu cara untuk menghilangkan pelecehan verbal yang telah merajalela.

Sumber :

MM. 2016. "'Catcall' Tidak Bisa Ditoleransi". http://magdalene.co/news-1028-catcall-tak-bisa-ditoleransi.html. 2 September 2017

Duhita, M. 2017. "Catcalling: Gangguan Menyebalkan untuk Perempuan". https://kumparan.com/maria-duhita/catcalling-gangguan-menyebalkan-untuk-perempuan. 2 September 2017

Mohon tunggu...

Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun