Mohon tunggu...
Mayang Riyantie
Mayang Riyantie Mohon Tunggu... Dosen - Dosen Ilmu Komunikasi

Banyak Cara untuk Bisa Maju, tetapi hanya 1 cara untuk tetap diam.

Selanjutnya

Tutup

Ilmu Sosbud

Prambanan Jazz Festival (PJF): Menjelajahi Harmoni Global dan Identitas Budaya dalam Bingkai Lyotard

17 Januari 2024   16:51 Diperbarui: 17 Januari 2024   16:52 69
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Ilmu Sosbud dan Agama. Sumber ilustrasi: PEXELS

Yogyakarta, Indonesia - Prambanan Jazz Festival (PJF), yang mengukuhkan dirinya sebagai perhelatan musik tahunan bergengsi di pelataran Candi Prambanan, tidak hanya menawarkan hiburan musikal tetapi juga merupakan wadah unik untuk menjelajahi kompleksitas dan dinamika budaya global. Inisiasi festival pada 16 Oktober 2015 menjadi awal sejarah yang menunjukkan bahwa PJF bukan sekadar perayaan musik, tetapi juga refleksi identitas budaya Indonesia dalam era globalisasi. Mari kita telaah lebih mendalam sambil mengaitkannya dengan pemikiran kritis filsuf kontemporer, Jean-Franois Lyotard.

Candi Prambanan, sebagai latar belakang megah festival, bukan sekadar candi kuno; itu adalah simbol identitas dan kebanggaan budaya Indonesia. Melibatkan situs bersejarah ini sebagai panggung untuk pertunjukan jazz menunjukkan bahwa PJF tidak hanya berusaha menghibur, tetapi juga membawa perhatian pada kekayaan warisan budaya yang diakui oleh dunia. Lyotard, dalam pemikirannya tentang kompleksitas sosial, akan menyoroti pentingnya menghormati dan mempertahankan identitas budaya di tengah arus globalisasi.

PJF tidak hanya menampilkan musisi dari berbagai negara, tetapi juga membawa ke dalam panggungnya berbagai genre musik, menciptakan pesta suara global yang merayakan keberagaman. Lyotard, yang menggarisbawahi pentingnya perbedaan dan keragaman dalam masyarakat, dapat dihubungkan dengan visi festival ini. Di sini, keberagaman bukanlah hambatan, melainkan kekuatan yang menciptakan harmoni unik, sesuai dengan pandangan Lyotard tentang nilai dalam keberagaman.

Kehadiran musisi internasional di PJF menjadi bentuk konkret dari globalisasi dalam dunia seni. Lyotard akan menganalisis peran mereka sebagai agen-agen yang membawa ide dan pengaruh dari berbagai latar belakang budaya. PJF menjadi tempat di mana pertukaran ide dan pengalaman lintas batas terjadi, menciptakan ruang untuk dialog antarbudaya dan pemahaman yang mendalam.

Dalam konteks PJF, konsep Lyotard tentang 'pemberdayaan narasi lokal' dapat diaplikasikan. Melalui penyelenggaraan festival di lokasi bersejarah dan melibatkan seniman lokal, PJF memberikan suara kepada narasi lokal dalam skala global. Ini bukan hanya tentang musik, tetapi juga tentang membuka platform bagi identitas budaya yang kaya untuk bersuara dalam dunia yang semakin terhubung.

Dalam pandangan Lyotard, PJF dapat dilihat sebagai perwujudan harmoni antara tradisi dan modernitas. Festival ini tidak hanya mengeksplorasi batas-batas antara genre musik, tetapi juga antara masa lalu dan masa kini. Melalui harmonisasi suara global, PJF membuktikan bahwa budaya yang berkembang tidak selalu harus bertentangan dengan nilai-nilai tradisional, melainkan bisa menjadi simbiosis yang memperkaya.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Ilmu Sosbud Selengkapnya
Lihat Ilmu Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun