Mohon tunggu...
Mayang Wahjudi
Mayang Wahjudi Mohon Tunggu... pelajar/mahasiswa -

Mahasiswi, 21, Hamburg, pecinta buku\r\n

Selanjutnya

Tutup

Sosbud

Angklung Kembali Menghipnotis Hamburg - Jerman

15 Januari 2012   11:49 Diperbarui: 25 Juni 2015   20:52 398
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Untuk pertama kalinya, Technical University of Hamburg (TUHH) menggelar konser kooperasi bersama Stadtteilschule Harburg. Telah terdaftar 7 grup musik ternama yang siap mengisi program acara „Just Music“ pada hari Sabtu, tanggal 14 Januari kemarin. Di antaranya, grup musik Angklung Hamburg Orchestra (AHO) bimbingan Prio Adhi Setiawan dipercaya untuk memeriahkan konser perdana tersebut. Sejak didirikan pada tahun 2002 oleh para mahasiswa Indonesia di TUHH, AHO telah menjadi salah satu duta budaya Indonesia yang kian aktif berpartisipasi dalam berbagai acara kebudayaan yang diselenggarakan di Jerman bagian utara. Grup musik yang kini beranggotakan 30 pelajar berumur 13-23 tahun mempunyai misi untuk memperkenalkan alat musik angklung kepada masyarakat Jerman. Tidak kehilangan kreatifitas, beraneka ragam kegiatan telah berhasil diadakan, mulai dari ngamen di pusat-pusat kota sampai dengan bekerja sama dengan KJRI Hamburg untuk mendirikan program “Angklung for Kids” untuk anak-anak TK dan Sekolah Dasar. Penampilan AHO di konser “Just Music” tercatat sebagai aksi pertama mereka pada tahun 2012. Kali ini, AHO diberikan kesempatan untuk menjadi salah satu puncak acara yang dikemas dalam waktu tiga jam. Irama “Kicir-kicir” yang merdu pun melantun di atas panggung Audimax I yang berkapasitas 700 orang, membawa penoton seolah berada di alam nusantara sebelum memperlihatkan kebolehan alat musik bambu tersebut menyulap lagu “New York – New York” dalam nuansa khasnya. Tak segan untuk mengambil hati penonton, AHO dengan percaya diri memainkan salah satu karya Herbert Grönemeyer, “Demo – Letzter Tag”. Diakhiri oleh senjata pamungkas “Mission Impossible”, AHO kembali mendapatkan riuh semarak tepuk tangan yang luar biasa dari penonton. Prof. Liese selaku moderator konser dengan antusias berkomentar bahwa “angklung dapat mengubah lagu apapun menjadi unik, menambahkan flair tersendiri […]”. Dalam wawancara singkat di atas panggung, duo Ketua AHO Ihsan Nuraha dan Hanif Sudarbo memperlihatkan bagaimana mudahnya memainkan angklung dan juga aspek team-building yang dapat diraih dalam berharmonisasi. Dengan ini AHO kembali membuktikan bahwa musik angklung merupakan contoh budaya Indonesia yang bersifat universal dan sangat diminati masyarakat Jerman. Penampilan AHO senantiasa dipenuhi dengan banyak pujian dan juga sambutan meriah dari penonton. Anna Budweg, salah satu penonton „Just Music“, mengaku sangat kagum dan takjub atas kekompakan grup dan kehebatan alat musik sederhana asli Indonesia yang dapat memainkan jenis musik apapun. www. angklunghamburg.de http://www.youtube.com/watch?v=rydGw0lr1O4 Photos by courtesy of Firyal Izzaturrahim Purwanto

Mohon tunggu...

Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun