(Artikel ini merupakan catatan perjalanan saya selama di Mandeh, sebuah kawasan wisata bahari yang sangat tenang dan elok, di Pesisir Selatan, Sumatera Barat. Perjalanan saya jadi sangat mengesankan berkat bantuan luar biasa dari pemda Pessel yang mengantarkan saya ke tempat-tempat paling indah, paling sunyi, paling sendiri, sekaligus yang paling membuat jatuh cinta. Catatan perjalanan ini cukup panjang, jadi saya membaginya menjadi beberapa bagian. Selamat menikmati)
Mungkin begini cara Tuhan menciptakan Mandeh: Ia mematahkan satu sudut surga, lalu melemparkannya ke bumi. Terhampar di area seluas 18 ribu hektar, Mandeh menjadi satu dari sangat sedikit kawasan wisata bahari yang membuatmu betah berlama-lama hanya dengan memandanginya saja.
“Marilah lihat dari puncak Langkisau,” ajak Riko, teman seperjalananku selama di Pesisir Selatan.
“Langkisau?” aku mengenal daerah ini hanya dalam dua kegiatan yang banyak diulas media, pertama, Kejuaraan Internasional Paralayang pada tahun 2013, dan kedua, Festival Langkisau yang rutin diadakan setiap kali Tour de Singkarak hadir.
Alih-alih menjelaskan, Riko malah langsung mengajakku naik ke Puncak Langkisau. Jalan mendaki dan berliku. Di beberapa tempat sedikit curam, namun jalannya mulus. Sepanjang jalan, dari sela-sela pepohonan, laut terhampar seluas mata memandang. Biru, hijau, aqua. Ada yang lebih indah dari ini, Riko? Aku bertanya.
Tentu saja ada. Pertanyaan tolol, pikirku. Dan sebaiknya aku menahan diri untuk bicara, setidaknya sampai aku menyaksikan apa yang selama ini hanya ada dalam pembicaraan orang saja.
Oh, Tuhan. Betapa mudahnya Kau menciptakan surga
**
Bagian Pertama
‘Aku akan ke Mandeh’, pikirku saat mengepak barang. Dan aku merasa berdebar. Selama empat tahun ini cerita tentang Mandeh bergulir dari mulut ke mulut, sebelum sampai ke telingaku. Aku cuma bisa mendengarkan sambil mencoba membayangkan. Aku belum pernah mendengar atau melihat serupa yang dibicarakan orang-orang.Birunya tak terkatakan. Kilau airnya seperti kuarsa. Pulau-pulaunya berserak dan wangi seperti durian masak. Udaranya embun sebelum siang. Ikan-ikannya lebih besar dari tempayan. Serius? Kau harus melihat sendiri, kata seseorang padaku, “tapi sekali kau terjerat, akan terperangkap selamanya.”
Sahih sudah. Aku harus ke Mandeh.