Mohon tunggu...
Maya Lestari
Maya Lestari Mohon Tunggu... Pelajar Sekolah - Pelajar SMA

Manusia penuh pertanyaan

Selanjutnya

Tutup

Cerpen Pilihan

Sketsa Gadis Tidak Percaya Diri

11 Februari 2023   22:35 Diperbarui: 11 Februari 2023   23:05 204
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Cerpen. Sumber ilustrasi: Unsplash

"... atau mungkin juga peri kecil dengan sayap yang indah di belakang punggungnya. Aku menyukai segala hal yang terlihat cantik."

Aku mengangguk menyetujui, aku tahu sejak awal ketika dia bahkan setiap hari kedapatan menggambar sesuatu dibalik bangkunya. Mungkin semua orang memang tahu itu, sesuatu yang tidak bisa Radya tutupi dan kupikir ini adalah suatu ciri khas dari dirinya.

"Tapi aku tak suka menggambar diriku, sesuatu yang tidak cantik selalu terpampang jelas ketika aku bercermin, dan aku membencinya. Pernah aku coba untuk menggambar potret diriku sendiri. Namun kau tahu? Seseorang yang ku gambar dengan guratan pensil itu, seseorang yang memiliki ciri fisik yang mirip denganku---karena memang inilah diriku--- terlukiskan cantik sekali."

Kata-kata yang terucap dari mulutnya seolah mengandung belati yang aku tahu, belati itu telah melukainya lebih dulu ketika sebelum dia mengatakannya padaku. Rasa rendah diri yang dia rasakan. Sudah berapa lama hal itu berselang?

".. Ini membuatku tak senang, aku seperti membohongi diriku sendiri. Aku merasa terhina, aku tak suka dengan itu, rasanya seperti bahkan oleh diriku sendiri aku mengejek dengan mengatakan ia cantik sementara dalam arti sebenarnya tidak, aku tidak menyukainya. Aku merusak potret sketsa itu, berusaha membuatnya lebih buruk. Karena ini lebih menyerupai diriku."

Ini sama sekali tidak benar. Radya, apa yang kau sedang berusaha sampaikan?

"Dalam suatu waktu, saat seseorang bahkan mungkin tidak mengatakannya dengan jelas, tapi aku tahu itu. Cantika Radya bukanlah gadis yang rupawan, meski arti dari sebuah namanya adalah demikian."

Kata-kata yang terlontar membuatku marah, benar-benar. Intonasi dalam suara Radya membuatku kembali percaya, dia memang merasa serendah itu dalam memandang fisiknya. Tahukah engkau kau salah besar?

"Radya dengar!" Dapat kulihat air mukanya yang awalnya sendu berubah sedikit terkejut ketika aku berbicara dengan nada yang menyentak.

"Apa benar kecantikan itu hal yang terpenting?" Radya tak menjawab atau setidaknya belum, masih dengan tampang terkejutnya.

"Apa yang kamu coba ingin katakan?"          

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun