MAYA CITANIYAH SABRINA/191241026
UNIVERSITAS AIRLANGGA
Demam berdarah dengue (DBD) adalah infeksi yang disebabkan oleh virus dengue yang dapat mengakibatkan demam akut. DBD merupakan salah satu manifestasi simptomatik dari infeksi virus dengue. Penyakit DBD adalah penyakit yang menular disebabkan oleh virus dengue dan ditularkan melalui nyamuk Aedes SP.Â
Tanda-tanda dari penyakit DBD yaitu dengan demam mendadak 2-7 hari tanpa ada penyebab yang jelas, lemas/lesu, gelisah, nyeri pada hulu hati, dan disertai pendarahan pada kulit berupa petechie, purpura,echymosis, epistaksis, perdarahan gusi, hematemesis, melena, hepatomegali, trombositopeni, dan kesadaran menurun atau renjatan (Arsin, 2013)
Meski telah menjadi perhatian global selama bertahun-tahun, penyakit ini masih menjadi ancaman serius bagi kesehatan masyarakat, terutama di negara-negara tropis. DBD sendiri telah menjadi masalah kesehatan masyarakat yang serius di Indonesia. Salah satu tantangan utama dalam pengendalian DBD adalah siklus hidup nyamuk Aedes aegypti yang sangat adaptif. Nyamuk ini dapat berkembang biak dalam wadah-wadah kecil yang seringkali terdapat di sekitar pemukiman manusia, seperti bak mandi, vas bunga, dan ban bekas.
Perilaku manusia yang kurang memperhatikan kebersihan lingkungan, seperti membuang sampah sembarangan, menjadi faktor yang memperparah masalah. Tak hanya itu perubahan iklim di Indonesia juga turut memperburuk situasi. Peningkatan suhu dan curah hujan yang tidak menentu menciptakan lingkungan yang lebih kondusif bagi perkembangbiakan nyamuk Aedes aegypti.Â
Selain itu, perubahan iklim juga dapat mempengaruhi pola migrasi nyamuk, sehingga penyakit DBD dapat menyebar ke daerah-daerah baru. Gejala awal DBD seringkali mirip dengan penyakit demam lainnya, sehingga diagnosis yang akurat seringkali tertunda. Hal ini dapat menyebabkan keterlambatan penanganan dan meningkatkan risiko komplikasi.
Kurangnya kesadaran masyarakat akan pentingnya menjaga kebersihan lingkungan dan melakukan pemberantasan sarang nyamuk (PSN) juga merupakan kendala besar dalam pengendalian DBD. Banyak masyarakat yang masih belum memahami bahaya penyakit ini dan cara pencegahannya. Oleh karena itu, peran kesehatan masyarakat sangat dibutuhkan disini.Â
Kesehatan masyarakat memiliki peran yang sangat strategis dalam upaya penanggulangan DBD. Salah satu alasan utamanya adalah kemampuan mereka dalam melakukan pencegahan secara komprehensif. Tenaga kesehatan masyarakat memiliki pengetahuan mendalam mengenai epidemiologi DBD, sehingga mampu mengidentifikasi daerah-daerah yang berisiko tinggi. Dengan pemahaman yang baik ini, mereka dapat menyusun strategi pencegahan yang tepat sasaran, seperti melakukan surveilans secara berkala, mengidentifikasi tempat-tempat penularan, dan memberikan edukasi kepada masyarakat.
Selain pencegahan, kesehatan masyarakat juga berperan aktif dalam meningkatkan kesadaran dan partisipasi masyarakat. Melalui berbagai program promosi kesehatan, masyarakat dapat diberikan pemahaman yang benar tentang DBD, mulai dari penyebab, gejala, hingga upaya pencegahan. Pemberdayaan masyarakat juga menjadi kunci keberhasilan dalam pengendalian DBD. Kesehatan masyarakat juga memiliki peran penting dalam koordinasi lintas sektor.